LAPORAN DISKUSI KELOMPOK TUTORIAL MODUL GANGGUAN HAID: DISMENORE (NYERI HAID)
Klik disini untuk download file microsoft word.
BAB I
PENDAHULUAN
Haid
atau menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus
disertai pelepasan endometrium (Prawirohardjo, 1999). Menurut Fitria (2007),
haid atau menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai
dengan perdarahan dan terjadi berulang setiap bulan kecuali pada saat
kehamilan. Menstruasi merupakan masa reproduktif pada kehidupan seorang wanita,
dimulai dari menarche sampai terjadinya menopause. Menstruasi atau haid adalah
perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi berkala dan
dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini
penting dalam reproduksi, pada
manusia biasanya terjadi setiap bulan antara usia
pubertas dan menopause.
Kelainan-kelainan
siklus menstruasi antara lain adalah: Amenore, Dismenore, Menorrhagia, dan PMS.
Pada laporan ini kelompok akan membahas tentang kasus mengenai Dismenore. Dismenore
(nyeri menstruasi), yaitu nyeri diperut bawah , menyebar ke daerah pinggang,
dan paha. Nyeri ini timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama
dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun
beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari sbelum dan selama menstruasi
(Wiknjosastro, 2007).
Selain
kelainan-kelainan dari siklus menstruasi, juga terdapat kelainan-kelainan
ginekologi lainnya seperti Perdarahan Uterus Disfunctional, Perdarahan Tumor
Abnora, dan tumor, baik tumor jinak maupun ganas. Pada laporan ini kelompok
akan membahas tentang tumor ganas yaitu karsinoma serviks. Karsinoma serviks
adalah neoplasma malignansi yang terjadi pada daerah serviks yaitu di antara
uterus dan vagina. Biasanya gejala klinis tidak tampak pada stadium awal dan
gejala klinis muncal pada stadium lanjut.
BAB II
ISI
A. Skenario 1
Pada skenario 1
kasusnya sebagai berikut:
”Ratna
adalah seorang gadis remaja berumur 14 tahun. Hari ini ia tidak ke sekolah
karena sementara mengalami haid dan merasa nyeri pada perut bagian bawah.
Awalnya nyeri di bagian perut kemudian menjalar ke bagian pinggang. Ia juga
merasa mual, muntah dan sakit kepala. Menurut Ibunya Ratna juga cepat marah dan
mudah tersinggung. Ratna menarche usia 13 tahun.”
1. Klarifikasi Istilah
·
Menarche
: Usia pertama kali mendapat haid
2. Identifikasi Masalah
·
Nyeri
perut bagian bawah, menjalar ke pinggang
·
Mual,
muntah, sakit kepala
·
Cepat
marah, mudah tersinggung
Daftar Pertanyaan yang
diperlukan untuk menjawab masalah:
a) Anamnesis
b) Pemeriksaan Fisik
c) Pemeriksaan Penunjang
d) Diagnosis dan Diagnosis Banding
e) Etiologi
f) Faktor resiko
g) Patogenesis
h) Patofisiologi
i)
Penatalaksanaan
j)
Edukasi
k) Pencegahan
l)
Epidemiologi
m) Komplikasi
n) Prognosis
3. Hasil Analisis Masalah
Pada kasus ini pasien masih remaja berumur
14 tahun, sedang mengalami siklus haid yaitu fase menstruasi. Pasien datang
dengan keluhan nyeri perut bagian bawah saat haid yang menjalar sampai
pinggang. Keluhan yang dialami pasien sampai membuatnya tidak masuk sekolah,
dan aktivitas hariannya terganggu. Selain mengeluh nyeri, pasien juga merasa
mual, muntah, sakit kepala, cepat marah dan mudah tersinggung. Dari keluhan
diatas kelompok mengambil hipotesis bahwa pasien tersebut mengalami dismenore. Dismenore adalah nyeri selama haid yang dapat
dirasakan di perut bawah atau pinggang, dapat bersifat seperti malas-malas,
seperti ngilu, atau seperti ditusuk-tusuk (Prawirohardjo, 1994). Dismenore ini
terjadi akibat pelepasan berlebihan prostaglandin pada saat pertengahan fase
luteal siklus haid. Akibat pelepasan prostaglandin yang berlebihan tersebut
akan menyebabkan manifestasi klinik berupa nyeri perut bagian bawah, yang
menjalar ke pinggang, serta efek-efek sistemik seperti mual, muntah, dan sakit
kepala. Gejala-gejala lain seperti cepat marah dan mudah tersinggung
kemungkinan merupakan gejala-gejala pre-menstrual sindrom (PMS) sebagai akibat
dari ketidakseimbangan hormon yang terjadi pada masa menstruasi.
4. Skema/Peta Konsep
Menstruasi
Pelepasan Prostagandin berlebihan pada
fase luteal
DISMENORE
Nyeri perut bagian bawah yang menjalar
ke pinggang
Mual,
muntah, sakit kepala
Cepat marah dan mudah tersinggung
5. Daftar tujuan Pembelajaran
Tujuan
pembelajaran yang diharapkan dari modul ini yaitu:
·
Menerapkan
prinsip-prinsip ilmu Biomedik, ilmu Hmaniora, ilmu Kedokteran Klinik, dan Ilmu
Kesehatan Masyarakat/ Kedokteran Pencegahan/ Kedokteran Komunitas yang
berhubungan dengan terjadinya gangguan ginekologis ataupun gangguan haid.
·
Menganalisa
masalah/ gangguan ginekologis ataupun gangguan haid melalui pemahaman mekanisme
normal dan perubahan-perubahan yang terjadi di tingkat molekular maupun
selular.
·
Menggunakan
data klinik dan pemeriksaan penunjang yang rasional untuk menegakkan diagnosis
masalah/ gangguan ginekologis ataupun gangguan haid
·
Menggunakan
alasan ilmiah dalam menentukan penatalaksanaan masalah/ gangguan ginekologis
ataupun gangguan haid berdasarkan etiologi, patogenesis, dan patofisiologi.
6. Hasil Belajar Mandiri
a) Anamnesis
·
Identitas
Pasien (nama, nama, umur, pekerjaan, usia, jenis kelamin)
·
Keluhan utama: Nyeri perut bagian bawah yang menjalar ke pinggang, mual,
muntah, sakit kepala, cepat marah dan mudah tersinggung.
·
Riwayat
penyakit sekarang: Keluhan dirasakan menganggu belum lama
·
Riwayat
penyakit dahulu: tidak pernah ada keluhan seperti hal tersebut yang dirasakan
berat oeh pasien.
·
Riwayat
haid: menarche usia 13 tahun, ada gejala PMS seperti mudah marah dan mudah
tersinggung.
·
Riwayat
kehamilan: G0P0A0
·
Riwayat
Obsgin: tidak diketahui ( riwayat haid, riwayat seksual, dan kelainan
ginekologi lainnnya)
·
Gaya
hidup: tidak diketahui (olahraga, kebiasaan merokok dan alkoholisme, stress)
b) Pemeriksaan Fisik
·
Keadaan
umum (tensi, nadi, respirasi, suhu, conjungtiva anemis)
·
Pemeriksaan
ginekologi à pemeriksaan abdomen ( inspeksi, palpasi, perkusi
abdomen) dan pemeriksaan genitalia eksterna (inspeksi genitalia eksterna à inspeksi vulva
untuk melihat adanya ulkus, pembengkakan, pus, darah, leucorrhoe). VT dan
inspekulo tidak dilakukan karena pasien masih belum menikah.
c) Pemeriksaan Penunjang
·
Pemeriksaan
darah lengkap dan urinalisis
·
Pemeriksaan
kadar hormon: FSH, LH, estrogen dan progesteron
·
USG
d) Diagnosis dan Diagnosis Banding
Diagnosis yang kelompok ambil yaitu dismenore primer. Dismenore primer
adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa ada kelainan alat-alat genital yang
nyata. Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah
menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus haid
pada bulan-bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulatoar yang
tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau
bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun
pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri ialah
kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat
menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat
dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diarea, iritabilitas, dan sebagainya.
Sedangkan diagnosis banding yang
diambil yaitu endometriosis. Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan
endometrium yang masih berfungsi terdapat di luar kavum uteri. Gejala-gejala
yang ditemukan pada penyakit ini adalah 1) nyeri
perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan selama haid,
2) dispareunia, 3) nyeri waktu defekasi, khususnya pada waktu
haid, 4) poli- dan hipermenorea, 5) infertilitas.
e) Etiologi
Penyebabnya
dismenore yaitu karena adanya jumlah Prostaglandin F2α yang berlebihan pada darah menstruasi
yang merangsang hiperaktivitas uterus. Hormon yang berperan disini yaitu estrogen
yang merangsang pelepasan prostaglandin oleh rahim.
f) Faktor resiko
·
Menarche pada usia lebih awal
Menarche
pada usia lebih awal menyebabkan alat-alat reproduksi belum berfungsi secara
optimal dan belum siap mengalami perubahan-perubahan sehingga timbul nyeri
ketika menstruasi.
·
Belum pernah hamil dan melahirkan
Wanita yang hamil
biasanya terjadi alergi yang berhubungan dengan saraf yang menyebabkan
adrenalin mengalami penurunan, serta menyebabkan leher rahim melebar sehingga
sensasi nyeri haid berkurang bahkan hilang.
·
Lama menstruasi lebih dari nomal
Lama menstruasi
lebih dari normal (7 hari), menstruasi menimbulkan adanya kontraksi uterus,
terjadi lebih lama mengakibatkan uterus lebih sering berkontraksi, dan semakin
banyak prostaglandin yang dikeluarkan . Produksi prostaglandin yang berlebihan
menimbulkan rasa nyeri, sedangkan kontraksi uterus yang turus menerus
menyebabkan suplai darah ke uterus trhenti dan terjadi disminore.
·
Umur muda
Perempuan semakin tua, lebih sering mengalami
menstruasi maka leher rahim bertabah lebar, sehingga pada usia tua kejadian
disminore jarang ditemukan.
g) Patogenesis
Berawal
dari siklus haid yang berlangsung secara fisiologis.
• Masa reproduksi:
pubertas-menopause
– sesuai dengan
irama hormonal
• Lapisan
endometrium uterus
– proliferasi
untuk menerima embryo
– lepas kalau
kehamilan tidak terjadi
• Menopause:
siklus menstruasi berhenti
– ovum habis,
kadar estrogen turun
terjadi antara usia 45-50 tahun
• Pembagian
fisiologis
– fase folikel:
perdarahan - 15 (9-23) hari,
– fase ovulasi:
1-3 hari, sampai ovulasi
– fase luteum: 12
hari - perdarahan berikut
• Sesuai dengan
perubahan hormonal
• Menjelang akhir
fase luteum:
– estrogen dan
progesteron ↑à FSH dan LH
mencapai titik terendah (feedback negatif)
– perbandingan
LH/FSH sedikit di atas 1
Pada kasus ini terjadi peningkatan prostaglandin yang
diakibatkan oleh menurunnya produksi hormone estrogen dan progesteron.
Berdasarkan semua teori yang dikemukakan, hormonal tetap memegang peranan
penting memicu terjadinya kerjasama berbagai factor yang menimbulkan dismenorea
primer sebagai berikut :
korpus luteum mempunyai umur 8 hari
sebagai korpus luteum menstruatikum, sejak umurnya 4 hari (sejak ovulasi) telah
mulai terjadi penurunan pengeluaran estrogen dan progesteron.
h) Patofisiologi
Dismenore adalah nyeri yang terjadi
tanpa tanda-tanda infeksi atau penyakit panggul. Dismenore biasanya terjadi
akibat pelepasan berlebihan suatu
prostaglandin,
prostaglandin F2a, dari sel-sel endometrium uterus. Prostaglandin
F2a adalah
suatu perangsang kuat kontraksi otot polos miometriumdan kontraksi
pembuluh darah
uterus, hal ini memperparah hipoksia uterus yang secara normal
terjadi pada
haid, sehingga timbul rasa nyeri hebat. Nyeri hebat tersebut dapat
teratasi dengan
inhibitor prostaglandin misalnya indometasin, dapat secara
efektif
mengurangi kram. Inhibator prostaglandin harus digunakan pada saat
tanda awal
nyeri muncul, atau sebagian wanita pada tanda pertama pengeluaran
(Corwin,2000).
·
Nyeri
perut bagian bawah, menjalar ke pinggang à pelepasan prostaglandin yang berlebihan yang menyebabkan hiperaktifitas uterus
sedangkan penjalaran ke pinggang diakibatkan oleh peningkatan
sensitivitas serabut saraf
·
Mual,
muntah, sakit kepala à peredaran prostaglandin secara sistemik
·
Cepat
marah, mudah tersinggung à gangguan keseimbangan
hormon estrogen dan progesteron
i)
Penatalaksanaan
-
Obat Anti Inflamasi Non
Steroid (OAINS) : OAINS/NSAID adalah terapi awal yang
sering digunakan untuk dismenorea. OAINS/NSAID mempunyai efek analgetika yang
secara langsung menghambat sintesis prostaglandin dan menekan jumlah darah haid
yang keluar. Seperti diketahui sintesis prostaglandin diatur oleh dua isoform
siklooksigenase (COX) yang berbeda, yaitu COX-1 dan COX-2. Sebagian besar NSAID/OAINS bekerja
menghambat COX-2.
-
Pil Kontrasepsi Kombinasi : bekerja dengan cara mencegah ovulasi dan pertumbuhan jaringan
endometrium sehingga mengurangi jumlah darah haid dan sekresi Prostaglandin
serta kram uterus. Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi sangat efektif untuk
mengatasi dismenorea dan sekaligus akan membuat siklus haid menjadi teratur.
-
Latihan Fisik : latihan fisik dapat meningkatkan aliran darah ke daerah pelvis sehingga menstimulasi pelepasan Beta Endorfin
yang bekerja sebagai analgesik non spesifik .
-
Kompres Hangat : Penempelan panas dengan suhu 39 derajat Celsius selama 12 jam terbukti sama efektifnya dengan
penggunaan ibuprofen.
j)
Edukasi
·
Memberikan konseling kepada pasien
·
Menghindari faktor-faktor resiko
k) Pencegahan
·
Hindari konsumsi alkohol
Alkohol
merupakan racun bagi tubuh kita, dan hati bertanggungjawab
terhadap
penghancur estrogen untuk disekresi oleh tubuh. Fungsi hatiterganggu karena
adanya komsumsi alkoholyang terus menerus, maka estrogen tidak bisa disekresi dari tubuh, akibatnya estrogen dalam tubuh
meningkat dan dapat menimbulkan gangguan
pada pelvis.
·
Hindari merokok
Merokok
dapat meningkatkan lamanya mensruasi dan meningkatkan lamanya disminore.
·
Rajin berolahraga
Kejadian
disminore akan meningkat dengan kurangnya aktifitas selam menstruasi dan kurangnya olah raga, hal ini dapat menyebabkan sirkulasi darah dan oksigen menurun. Dampak pada uterus adalah aliran darah dan sirkulasi oksigen pun berkurang dan menyebabkan nyeri.
·
Hindari stress
Stres
menimbulkan penekanan sensasi saraf-saraf pinggul dan otot-otot punggung bawah sehingga menyebabkan disminore.
l)
Komplikasi
·
syok neurogenik
·
mengganggu aktivitas sehari-hari
·
emosional : gelisah & depresi
m) Prognosis
Tergantung penatalaksanaan dan kepatuhan pasien dalam pengobatan
Peta Konsep
Menstruasi
|
|||
Pelepasan
Prostagandin berlebihan pada fase luteal
DISMENORE
Nyeri
perut bagian bawah yang menjalar ke pinggang
Mual, muntah, sakit kepala
Cepat
marah dan mudah tersinggung
|
B. Skenario 2
Pada Skenario 2 kasusnya sebagai berikut:
”Nyonya Conny, 44 tahun, datang ke tempat praktek dokter dengan keluhan
keluar arah dari kemaluan apabila senggama. Keluhan ini mulai dirasakan
penderita sejak 6 bulan yang lalu. Saat ini, sejak 10 hari yang lalu, darah
yang keluar terjadi terus-menerus dan berbau busuk. Penderita tidak mengalami
keluhan BAB dan BAK.”
1. Klarifikasi Istilah
• Senggama: berhubungan badan/seks.
Disebut juga coitus.
2. Identifikasi Masalah
• Perdarahan post-coitus sejak 6
bulan lalu
• Perdarahan pervaginam
terus-menerus yang berbau busuk sejak 10 hari lalu
Daftar Pertanyaan yang diperlukan
untuk menjawab masalah:
a) Anamnesis
b) Pemeriksaan Fisik
c) Pemeriksaan Penunjang
d) Diagnosis dan Diagnosis Banding
e) Etiologi
f) Faktor resiko
g) Patogenesis
h) Patofisiologi
i) Penatalaksanaan
j) Edukasi
k) Pencegahan
l) Epidemiologi
m) Komplikasi
n) Prognosis
3. Hasil Analisis Masalah
Pada kasus ini pasien sudah
menikah dan berumur 44 tahun, mengeluh keluar darah dari vagina apabila
melakukan hubungan seksual sejak 6 bulan lalu, kemudian darah keluar terus
menerus dan berbau busuk sejak 10 hari lalu. Berdasarkan keluhan pasien
tersebut, kelompok mengambil hipotesis bahwa pasien tersebut menderita
carcinoma serviks, sehingga diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk
memastikan diagnosis tersebut terutama pemeriksaan IVA dan histopatologi.
Carcinoma serviks sendiri merupakan tumor ganas primer yang berasal dari sel
epitel skuamosa, dan termasuk kanker pertama tersering di Indonesia, yang
biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun.
4. Skema/Peta Konsep
Metaplasia epitel di daerah
skuamokolumnar juction
Carcinoma
Cerviks
Perdarahan post-coitus
Perdarahan
pervaginam terus-menerus
Keluar keputihan atau cairan dari vagina
yang berbau busuk
5. Daftar Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran yang
diharapkan dari modul ini yaitu:
• Menerapkan prinsip-prinsip ilmu Biomedik, ilmu
Hmaniora, ilmu Kedokteran Klinik, dan Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Kedokteran
Pencegahan/ Kedokteran Komunitas yang berhubungan dengan terjadinya gangguan
ginekologis ataupun gangguan haid.
• Menganalisa masalah/ gangguan ginekologis ataupun
gangguan haid melalui pemahaman mekanisme normal dan perubahan-perubahan yang
terjadi di tingkat molekular maupun selular.
• Menggunakan data klinik dan pemeriksaan penunjang
yang rasional untuk menegakkan diagnosis masalah/ gangguan ginekologis ataupun
gangguan haid
• Menggunakan alasan ilmiah dalam menentukan
penatalaksanaan masalah/ gangguan ginekologis ataupun gangguan haid berdasarkan
etiologi, patogenesis, dan patofisiologi.
6. Hasil Belajar Mandiri
a) Anamnesis
•
Identitaspasien
o
(nama,
umur, pekerjaan, usia, jeniskelamin)
•
Keluhanutama
o
Keluhannya
apa?
o
Sejak
kapan keluar darah saat senggama?
o
Bagaimana
frekuensinya (hilang timbul /terus menerus)?
•
Keluhantambahan
o
Apakah
ada keputihan juga?
o
Apakah
disertai nyeri saat bersenggama?
o
Apakah
ada masalah dengan BAB dan BAK (sulit BAK, nyeri saat BAK, saat BAB keluar
darah)?
o
Apakah
ada nyeri panggul?
o
Apakah
ada penurunan nafsu makan, cepat lelah, dan BB menurun?
•
Riwayatpenyakitdahulu
o
Apakah
pasien pernah menderita penyakit lain sebelumnya?
•
Riwayatpenyakitkeluarga
o
Adakah
dalam keluarga yang mengalami tumor ginekologis?
•
RiwayatHaid
o
Kapan
haid pertama kali?
o
Kapan
haid terakhir?
o
Siklus
haidnya teratur atau tidak?
o
Saat haid
nyerinya hebat atau tidak?
•
Riwayat
obstetric
•
Punyaanakbrp?
•
Berpa
kali melahirkan?
o
Persalinannyabgmn?
•
Riwatatginekologis
(polip, mioma, dll)
•
Riwayatpsikososial
b) Pemeriksaan Fisik
·
Pemeriksaan fisik umum
Tanda
vital (TNRS)
Tanda
anemis
Compos
mentis
Penilaian
pasien gemuk/kurus
·
Pemeriksaan ginekologis
Pemeriksaan organ genitalia externa :
>>
inspeksi :
Melihat
mons veneris apakah ada lesi/pembengkakkan
Melihat
Kulit vulva kemerahan, massa, leukoplakia?
Melihat
apakah ada peradangan/pembengkakkan pada meatus externa uretra
Melihat
apakah ada parut diperineum?
>>palpasi
:
Palpasi
dilakukkan secara bimanual. (tapi akan lebih baik jika di anastesi terlebih dahulu) à Perabaan
korpus uteri
Perabaan parametrium
Perabaan adneksa
Pemeriksaan
organ genitalia interna :
>>vagina
toucher
Dinding
vagina licin/kasar?
Teraba
massa atau tidak?
Perabaan
kavum douglasi teraba atau tidak?
>>inspekulo
Melihat
dinding vagina(rugae vaginalis,fluor albus)?
Lihat
porsio(bulat, terbelah melintang, peradangan, massa)?
Cari
letak perdarahan
c) Pemeriksaan Penunjang
1.
Tes laboratorium :
pemeriksaan darah lengkap
2. Pap smear :
melihatbentukmorfologidariserviksdenganmengambilbahanpemeriksaandariservikskemudiandiperiksa
di lab PA
3. Tes IVA (inspeksi visual asamasetat 3-5%)
:tesinidilakukandenganmengoleskanasamasetat 3-5% kedaerahserviks. Jikahasil
yang ditemukanpositif, daerahsekitarserviksakantampakberwarnakeputihan. Jika
negative makadaerahservikstidakmenimbulkanperubahanwarna.
4. Kolposkopi :
pemeriksaaninidilakukandenganmelihatlangsungkeadaanserviksmenggunakanlensabinokuler
d) Diagnosis dan Diagnosis Banding
Diagnosis yang kelompok ambil yaitu Carcinoma Serviks. Ca serviks adalah tumor
ganas primer yang berasal dari sel epitel skuamosa. Terjadi pada serviks atau
leher rahim, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu
masuk ke arah uterus dan vagina.
Menurut Dalimartha (2004), gejala ca
serviks pada kondisi pra-kanker yang paling sering ditemukan yaitu fluor albus
yang makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dan
sekitar 75-80% mengalami perdarahan setelah bersenggama atau perdarahan kontak
dan post-coitus. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah
yang keluar berbentuk mukoid dan berwarna merah terang.
Pada pemeriksaan dengan Pap smear
akan menunjukan gambaran histologik sel skuamosa, tergantung stadiumnya. Pada
pemeriksaan dengan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) disebut positif, apabila
terdapat area putih (acetowhite) di daerah sekitar porsio serviks. Selain itu
bisa dilakukan pemeriksaan seperti kolposkopi dan biopsi untuk mengonfirmasi
diagnosis, mengetahui penyebaran kanker, dan menentukan pilihan pengobatan.
Sedangkan diagnosis banding yang
diambil yaitu:
§ Hiperplasia Endometrium
Hiperplasia endometrium adalah suatu
kondisi dimana lapisan di dalam rahim tumbuhsecara berlebihan. Pada suatu saat
hiperplasia endometrium mungkin dapat berkembang menjadi karsinoma endometrium.
Hiperplasia endometrium disebabkan oleh adanya kelebihan estrogen,
kegagalanovulasi pada saat menopause, pemberian steroid estrogenik jangka
panjang, ataukarena adanya tumor sel teka granulosa ovarium.
Gejala-gejala hiperplasia
endometrium adalah perdarahan abnormal, sekresi abnormal per vagina, timbul
batuk darah, nyeri area hati, nyeri tulang, sakit kepala, keram diarea perut
bagian bawah (rahim).
§ Disfunctional Bleeding
Disfunctional bleeding atau
perdarahan uterus disfungsional adalah perdarahanabnormal yang dapat terjadi di
dalam siklus atau di luar siklus menstruasi karenagangguan fungsi mekanisme
pengaturan hormon tanpa kelainan organ.
Macam disfunctional bleeding yaitu
menorrhagia (menstruasi berlebihan),metrorrhagia (perdarahan diantara dua
siklus menstruasi), meno-metrorrhagia, daninter menstrual bleeding (perdarahan
rahim yang bervariasi dalam hal jumlahnya pada periode menstruasi).
Penyebab disfunctional bleeding
adalah adanya kegagalan ovulasi. Kegagalan ovulasiini dapat disebabkan oleh
adanya gangguan endokrin, lesi primer di ovarium,gangguan metabolisme
(obesitas, malnutrisi, penyakit sistemik).
e) Etiologi
Sebab langsung
dari kanker serviks belum diketahui, tetapi hanya berupa faktor-faktor resiko
yang memungkinkan terjadinya pernyakit tersebut, salah satunya akibat infeksi
HPV tipe 16 dan 18 yang hampir 90% menyebabkan Ca serviks.
f) Faktor resiko
1. Infeksi HPV (Human Papilloma Virus)
Penelitian epidemiologi
memperlihatkan bahwa infeksi HPV terdeteksi menggunakan penelitian molekular
pada 99,7% wanita dengan karsinoma sel skuamosa karena infeksi HPV adalah
penyebab mutasi neoplasma (perubahan sel normal menjadi sel ganas). Terdapat
138 strain HPV yang sudah diidentifikasi, 30 diantaranya dapat ditularkan
melalui hubungan seksual. Dari sekian tipe HPV yang menyerang anogenital (dubur
dan alat kelamin), ada 4 tipe HPV yang biasa menyebabkan masalah di manusia seperti
2 subtipe HPV dengan risiko tinggi keganasan yaitu tipe 16 dan 18 yang
ditemukan pada 70% kanker leher rahim serta HPV tipe 6 dan 11, yang menyebabkan
90% kasus genital warts (kutil kelamin)
2. Faktor seksual dan reproduksi
·
Hubungan seks
idealnya dilakukan setelah seorang wanita benar-benar matang. Ukuran kematangan
bukan hanya dilihat dari sudah
menstruasi atau belum. Kematangan juga bergantung pada sel-sel mukosa yang
terdapat di selaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel-sel mukosa
baru matang setelah wanita berusia 20 tahun ke atas. Jadi, seorang wanita yang
menjalin hubungan seks pertama kali (coitarche)
di bawah usia 16 tahun akan meningkatkan resiko. Hal ini berkaitan dengan
kematangan sel-sel mukosa pada serviks. Pada usia muda, sel-sel mukosa pada
serviks belum matang. Artinya, masih rentan terhadap rangsangan sehingga tidak
siap menerima rangsangan dari luar termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma.
Karena masih rentan, sel-sel mukosa bisa berubah sifat menjadi kanker. Sifat
sel kanker selalu berubah setiap saat yaitu mati dan tumbuh lagi. Dengan adanya
rangsangan, sel bisa tumbuh lebih banyak dari sel yang mati, sehingga
perubahannya tidak seimbang lagi. Kelebihan sel ini akhirnya bisa berubah sifat
menjadi sel kanker. Lain halnya bila hubungan seks dilakukan pada usia di atas
20 tahun, dimana sel-sel mukosa tidak lagi terlalu rentan terhadap perubahan.
·
Wanita dengan
aktivitas seksual yang tinggi, dan sering berganti-ganti pasangan.
Berganti-ganti pasangan akan memungkinkan tertularnya penyakit kelamin, salah
satunya Human Papilloma Virus (HPV).
·
Insidensi meningkat dengan tingginya paritas apa lagi jarak persalinan
terlampau dekat
3. Usia
Usia
> 35 tahun mempunyai risiko tinggi terhadap kanker leher rahim.
Semakin tua usia seseorang, maka semakin meningkat risiko terjadinya kanker
laher rahim. Meningkatnya risiko kanker leher rahim pada usia lanjut merupakan
gabungan dari meningkatnya dan bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap
karsinogen serta makin melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat usia.
4. Kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi pil dalam
jangka waktu lama (5 tahun atau lebih) meningkatkan risiko kanker leher rahim
sebanyak 2 kali. Penggunaan metode kontrasepsi barrier (penghalang), terutama
yang menggunakan kombinasi mekanik dan hormon memperlihatkan penurunan angka
kejadian kanker leher rahim yang diperkirakan karena penurunan paparan terhadap
agen penyebab infeksi
5. Merokok
Merokok merupakan penyebab penting
terjadinya kanker leher rahim jenis karsinoma sel skuamosa. . Penelitian menunjukkan,
lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang
ada di dalam rokok. Zat-zat tersebut akan menurunkan daya tahan serviks di
samping merupakan ko-karsinogen infeksi virus. Nikotin, mempermudah semua
selaput lendir sel-sel tubuh bereaksi atau menjadi terangsang, baik pada mukosa
tenggorokan, paru-paru maupun serviks. Namun tidak diketahui dengan pasti
berapa banyak jumlah nikotin yang dikonsumsi yang bisa menyebabkan kanker leher
rahim
6. Kondisi imunosupresi (penurunan kekebalan tubuh)
Pada wanita imunokompromise
(penurunan kekebalan tubuh) seperti transplantasi ginjal dan HIV, dapat
mengakselerasi (mempercepat) pertumbuhan sel kanker dari noninvasif menjadi
invasif (tidak ganas menjadi ganas)
7. Penggunaan antiseptik.
Kebiasaan pencucian vagina dengan menggunakan
obat-obatan antiseptik maupun deodoran akan mengakibatkan iritasi di serviks
yang merangsang terjadinya kanker.
8. Ras
Pada ras Afrika-Amerika kejadian
kanker leher rahim meningkat sebanyak 2 kali dari Amerika Hispanik. Sedangkan
untuk ras Asia-amerika memiliki angka kejadian yang sama dengan warga Amerika.
Hal ini berkaitan dengan faktor sosioekonomi
g) Patogenesis
Kausa utama karsinova serviks adalah
infeksi HPV yang onkogenik. Resiko terinfeksi HPV meningkat setelah melakukan
aktifitas seksual. Pada kebanyakan
wanita, infeksi ini akan hilang dengan spontan. Tetapi jika infeksi ini
persisten maka akan terjadi integrasi genom dari virus kedalam genom sel
manusia, menyebabkan hilangnya kontrol normal dari pertumbuhan sel serta
ekspresi onkoprotein E6 dan E7 yang bertanggung jawab terhadap perubahan
maturasi dan diferensiasi dari epitel serviks (WHO, 2008).
Menurut Budiningsih (2007) dalam
Sawono (2007), lokasi awal dari terjadinya karsinoma serviks adalah pertemuan
epitel kolumner di endoserviks dengan epitel skuamos di ekstoserviks atau yang
juga dikenal dengan squamocolumnar junction. Terjadinya karsinoma serviks yang
invasif berlangsung dalam beberapa tahap. Tahapan pertama dimulai dari lesi
preinvasif yang ditandai dengan adanya abnormalitas dari sel yang disebut
dysplasia. Dysplasia ditandai dengan adanya anisositosis (sel dengan ukuran
yang berbeda) , poikilositosis ( bentuk sel yang berbeda, hiperkromatik sel dan adanya gambaran sel yang sedang bermitosis dalam jumlah yang tidak
biasa. Perubahan dysplasia ringan sampai sedang masih bersifat reversible dan
sering disebut dengan cervical intraepithelial neoplar sia (CIN) derajat 1-2.
Displasia berat (CIN 3) dapat berlanjut menjadi karsinoma in situ sampai
karsinoma invasif berjalan lambat (10-15 tahun).
Gejala pada CIN umumnya
asimptomatik, seringkali terdeteksi saat pemeriksaan koposkopi. Sedangkan pada
tahap invasif, gejala yang dirasakan lebih nyata seperti perdarahan
intermenstrual dan post koitus, discharge vagina purulen yang berlebihan
berwarna kekuning-kuningan terutama bila lesi nekrotik, berbau dan dapat
bercampur dengan darah, sistisis berulang, dan gejala akan lebih parah pada
stadium lanjut di mana penderita akan mengalami cachexia, obstruksi
gastrointestinal dan sistem renal.
h) Patofisiologi
§ Perdarahan post-coitus dan terus menerus: Terjadi karena sel epitel squamosa serviks mengalami lesi
kanker dan tergantikan dengan sel epitel kolumnar yang tipis serta rentan
terjadi perdarahan kontak
§ Bau busuk: Getah
yang keluar dari vagina berbau busuk akibat adanya infeksi dan nekrosis
jaringan
i)
Penatalaksanaan
Berdasarkan
stadium:
j)
Edukasi
1.
Menggunakan kondom bagi
pelaku seks multiplepartner
2.
Melakukan pap smear rutin
3.
Setia terhadap 1 pasangan
4.
Usia<18 tahun hindari
kontak seksual
5.
Konsumsi vitamin ( vit C
dan as. Folat )
6.
Quit smoking
k) Pencegahan
Ø Menghindari berbagai faktor resiko, yaitu berhubungan
seks pada usia uda, pernikahan pada usia muda, dan berganti-ganti pasangan
seks.
Ø Wanita usia di atas 25 tahun, telah menikah, dan
sudah mempunyai anak perlu melakukan pemeriksaan pap smear setahun sekali atau
menurut petunjuk dokter.
Ø Pilih kontrasepsi metode barrier, seperti diafragma
dan kondom, karena dapat memberi perlindungan terhadap karsinoma serviks
Ø Memeperbanyak makan sayur dan buah segar.
Ø Pada pertengahan tahun 2006 telah beredar vaksin
pencegah infeksi HPV tipe 16 dan 18 yang menjadi penyebab karsinoma serviks.
l)
Komplikasi
§
Gangguan berkemih à Gagal ginjal
§ Akibat radiasi : Waktu fase akut terapi radiasi pelvik,
jaringan-jaringan sekitarnya juga terlibat seperti intestines, kandung kemih, perineum
dan kulit. Efek sampingan gastrointestinal secara akut termasuk diare, kejang
abdominal, rasa tidak enak pada rektal dan perdarahan pada GI.
§ akibat tindakan bedah: Komplikasi yang paling sering akibat bedah
histerektomi secara radikal adalah disfungsi urin akibat denervasi partial otot
detrusor. Komplikasi yang lain seperti vagina dipendekkan, fistula
ureterovaginal, pendarahan, infeksi, obstruksi usus, striktur dan fibrosis
intestinal atau kolon rektosigmoid, serta fistula kandung kemih dan rektovaginal.
m) Prognosis
Prognosis Ca serviks tergantung cepatnya diagnosis dan tepatnya
penanganan. Semakin dini diagnosis dan semakin cepat di tangani prognosis
kemungkinan baik. Prognosis juga di
tentukan oleh stadiumnya. Angka ketahanan hidup ( AKH ) 5 tahun menurut data data internasional
adalah sebagai berikut :
Tingkat
|
AKH-5 tahun
|
T1S
|
Hampir 100 %
|
T1
|
70-85 %
|
T2
|
40-60 %
|
T3
|
30-40 %
|
T4
|
< 10 %
|
Peta Konsep
Metaplasia epitel di daerah
skuamokolumnar juction
Lesi
prakanker (Neoplasia Intraepitel Serviks)
Carcinoma
Cerviks
Perdarahan post-coitus à sel epitel squamosa serviks
mengalami lesi kanker dan tergantikan dengan
sel epitel kolumnar yang tipis serta rentan terjadi perdarahan kontak
Bau
busuk à adanya infeksi dan nekrosis jaringan
|
BAB II
PENUTUP
Berdasarkan
pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya kelompok mengambil kesimpulan bahwa
pada skenario 1, pasien menderita dismenore primer dengan keluhan nyeri perut
bagian bawah yang menjalar ke pinggang, mual, muntah, sakit kepala dan mudah
tersinggung. Dismenore primer ini tidak disertai dengan kelainan alat-alat genital yang nyata, dan
disebabkan oleh adanya pelepasan prostaglandin yang berlebihan pada pertengahan
fase luteal. Penatalaksanaan yang dilakukan antara lain dengan memberikan
NSAID, terapi hormonal berupa pil kontrasepsi kombinasi, menghindari stress,
dan memperbanyak aktivitas fisik pada saat haid agar peredaran darah uterus
lancar. Prognosis kasus ini baik.
Sedangkan
pada skenario 2, pasien mengalami karsinoma serviks dengan keluhan perdarahan
post-coitus sejak 6 bulan lalu dan perdarahan pervaginam terus-menerus yang
berbau busuk sejak 10 hari lalu. Terdapat banyak faktor resiko yang bisa
menyebabkan karsinoma serviks pada pasien tersebut, seperti usia melakukan
koitus, jumlah paritas, umur yang semakin tua, infeksi virus HPV, dan
imunodefisiensi. Perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti IVA, pap smear
dan histopatologi untuk konfirmasi diagnosis dan menentukan stadium.
Penatalaksanaan dilakukan berdasarkan stadium, antara lain terapi bedah,
radiasi, dan kemoterapi. Prognosis kasus ini buruk, karena biasanya karsinoma
serviks terdiagnosis pada stadium invasif, lanjut bahkan terminal. Semakin
cepat di diagnosis maka prognosis akan semakin baik.
REFERENSI
Anwar, Mochamad. Ilmu Kandungan
Edisi 3. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirojhardjo.
2011
Manuaba, Ida Bagus
Gede. Buku Ajar Penuntun Kuliah Ginekologi. Jakarta: Tunas Info. 2010
Schorge, Schaffer,
Halvorson, Hoffmann, Bradshaw, Cunningham. William’s Gynecology. Mc Graw-Hill Companies Inc 2008
FK-UI. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: FK-UI 2001.
Sudoyo, Aru W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Ed V. Jakarta: Internal Publishing 2009
Sherwood L. Fisiologi Manusia:
dari sel ke sistem. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Price, Sylvia Anderson.
Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC 2005
Internet
Comments
Post a Comment