BAB I
PENDAHULUAN
Ganglia
basalis yang mengatur kontrol motorik juga terlibat dalam banyak neuronal pathways seperti fungsi
emosional, motivasional, assosiatif, dan juga fungsi kognitif.1 Hubungan
antara ganglia basalis dan regio korteks cerebri memperbolehkan koneksi-koneksi
yang diorganisasikan menjadi sirkuit tersendiri. Aktivitas neuronal didalam
ganglia basalis berhubungan dengan area motorik korteks cerebri dan parameter pergerakan.2
Sirkuit
kortikal-ganglia basalis-thalamus menjaga organisasi somatotopik neuron yang
berhubungan dengan gerakan. Sirkuit ini memperlihatkan subdivisi fungsional
dari sirkuit okulomotor, prefrontal dan sirkuit cingulate, yang memainkan peran
penting dalam atensi, pembelajaran dan potensiasi aturan behaviour-guiding. Keterlibatan ganglia basalis berhubungan dengan
gerakan involunter dan stereotipe atau penghentian gerakan tanpa keterlibatan
dari fungsi motorik volunter, seperti pada penyakit Parkinson, penyakit Wilson,
progressive supranuclear palsy atau
penyakit Huntington. Gejalanya berbeda sesuai dengan lokasi lesi.1
Neurotransmitter
adalah bahan kimia otak yang mengkomunikasikan informasi ke seluruh otak dan
tubuh. Terdapat dua jenis neurotransmitter, yaitu neurotransmitter inhibitori (serotonin,
GABA, dopamin) dan neurotransmitter eksitatori (dopamin, norepinefrin,
epinefrin). Neurotransmitter eksitatori menstimulasi otak sedangkan yang
menenangkan otak dan membantu menjaga keseimbangan disebut neurotransmitter
inhibitori.3
Ganglia
basalis memiliki neurotransmitter klasik yang paling banyak, dan tambahan
neuropeptida yang mungkin berpartisipasi dalam modulasi transfer informasi
ganglia basalis. Neurotransmitter ini antara lain GABA, glutamat, asetilkolin,
dan dopamin.4 Reduksi pada neurotransmitter dan protein yang
terlibat dalam transmisi sinaptik dan mRNA yang berhubungan ditemukan
prevalensinya pada otak manusia yang menderita penyakit Huntington meski pada
stadium awal dengan sedikit atau tidak ada kehilangan sel. Secara signifikan,
level neuropeptida MSN berkurang, begitu pula dengan dopamin, glutamat dan
endocannabinoids.5 Hilangnya neuron dopaminergik berpigmen dari
substantia nigra pars compacta serta adanya badan Lewy dan Lewy
neurites merupakan neuropatologik
utama pada penyakit Parkinson.6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Neuroanatomi
dan Neurofisiologi Sirkuit Kortikal-Ganglia Basalis-Thalamus
Istilah
ganglia basalis merujuk pada massa gray
matter yang terdapat didalam hemisfer cerebral. Secara anatomis, ganglia
basalis termasuk nukleus kaudatus, putamen dan globus palidus. Nukleus kaudatus
dan putamen (striatum) merupakan tempat utama input ke ganglia basalis.
Sedangkan globus palidus merupakan outflow
utama nukleus dari ganglia basalis. Secara fungsional, ganglia basalis dan interconnections dan neurotransmitternya
membentuk sistem ekstrapiramidal yang termasuk midbrain nuklei seperti substansia
nigra, dan nuklei subthalamikus.7
Input
dan output ganglia basalis paling banyak muncul dari atau ke korteks baik
secara langsung atau tidak langsung melalui thalamus. Sehingga ganglia basalis
membentuk side loop atau jalan
memutar dalam hubungannya dengan otak ke perilaku.8 Pars compacta
mengandung neuron-neuron dopaminergik. Globus pallidus internum dan pars
retikulata dari putamen merupakan nuklei output utama ganglia basalis. Globus
palidus internum dan pars retikulata putamen mirip dari segi sitologi,
konektivitas, dan fungsi. Dua nuklei ini dapat dipertimbangkan sebagai struktur
tunggal yang dipisahkan oleh kapsula interna. Hubungannya mirip dengan kaudatus
dan putamen. Terdapat dua pathways utama
ganglia basalis: direct pathways yang
menghasilkan gerakan dan indirect
pathways yang menghambat gerakan.9
Gambar
1. Lokalisasi anatomi thalamus dan ganglia basalis dilihat dari kiri. Thalamus
dan ganglia basalis terletak berdekatan. Lesi biasanya tidak hanya melibatkan
satu nukleus saja, tapi mempengaruhi struktur multipel pada sirkuit
kortikal-ganglia basalis-thalamus. Perhatikan massa intermedia yang
menghubungkan thalamus kanan dan kiri.1
Direct pathway disediakan
oleh reseptor D1-dopamin, substansi-P dan dynonorphin-containing neurons. Indirect
pathway disediakan oleh reseptor D2-dopamin dan enkephalin-containing neurons. Output neuron globus
pallidus external bersifat GABAergik dan menghasilkan efek inhibitorik pada
neuron subtalamikus glutamatergik, yang kemudian mengirimkan proyeksi
eksitatorik pada kedua nuklei output ganglia basalis (globus pallidus internal
dan substansia nigra pars reticulata, yang neuronnya juga bersifat GABAergik
seperti pada globus pallidus eksternal). Kedua pathways kemudian menyediakan efek antagonis pada output ganglia
basalis: Direct pathway: mengirimkan
input inhibitorik pada kedua nuklei, sedangkan indirect pathway: menghasilkan input eksitatorik (Gambar 2, kiri).
Proyeksi dual dari nuklei output ganglia basalis ke nuklei yang berbeda dari
thalamus (regio lateralis, regio centralis, dan regio dorsalis) diorganisasikan
secara paralel dan somatotopikal.1 Kemudian neuron thalamikus
mengirimkan input konvergen ke area kortikal yang sama tapi lamina berbeda.
Fungsi
ganglia basalis di modulasi oleh innervasi striatal dan ekstrastriatal
dopaminergik. Meskipun begitu, dopamin pada spiny
neurons striatal memberikan peningkatan ke sinaps pada dendritic spines yang juga dimodulasi oleh input eksitatorik dari
korteks. Pada keadaan ini, spiny neurons striatal
dilatih oleh dopamine-mediated
reinforcement signal untuk mengenali dan register konteks salient dan/atau keadaan yang
kemungkinan dapat berguna dalam mengatur perilaku.
Gambar 2. Sirkuit kortikal-ganglia basalis-thalamus (melalui
nuklei thalamus) pada kontrol otak (kiri) dan dalam otak yang terkena sindrom
parkinson (kanan). Pada gambar kanan, ketidakseimbangan pada direct dan indirect pathways terlihat dari ukuran panah. Perhatikan
hiperaktivitas output nukleus sirkuit ganglia basalis (substansia nigra pars
reticulata dan globus pallidus iternal) dan nukleus subthalamikus pada sindrom
parkinson. Hanya satu subset pathway ganglia
basalis yang terlihat (D1 reseptor dopamin tipe 1, D2 reseptor dopamin tipe 2,
SP substansi P, Met-Enk met-enkephalin, DA dopamin, Gpe globus pallidus
eksternal, Gpi internal globus pallidus, SNpc substansia nigra pars compacta,
SNpr substansia nigra pars reticulata, STN nukleus subthalamikus; SO oralis
subregio, SI intermedia subregio.1-2
Gambar
3. Direct pathway4
Pada
direct pathway (Gambar 3), sel
striatal memproyeksikan ke globus pallidus internal secara langsung.
Konsekuensi pathway ini yaitu
peningkatan drive eksitatori dari thalamus
ke korteks. Proyeksi dari kortikal menggunakan neurotransmitter eksitatorik
glutamat. Ketika glutamat diaktivasi, proyeksi kortikal mengeksitasi neuron
striatal. Input eksitatorik ini cukup untuk mengaktifkan sel striatal. Sel
striatal ini menggunakan neurotransmitter inhibitorik GABA dan aksonnya melewati
dan menghambat sel globus pallidus interna. Sel globus pallidus interna yang
memproyeksi ke VA/VL juga menggunakan GABA. Sehingga, signal kortikal
mengeksitasi neuron striatal yang menghasilkan inhibisi yang lebih banyak dari
striatum ke globus pallidus internal. Lebih banyak inhibisi globus pallidus
internal berarti lebih kurang inhibisi dari thalamus motor (VA/VL). Sejak
thalamus motor menerima inhibisi yang kurang, sel VA/VL akan meningkatkan firing dari neurotransmitternya.
Penurunan inhibisi ini disebut dis-inhibisi. Meski tidak sama dengan eksitasi
langsung, kemiripannya mengarah pada peningkatan aktivitas. Jadi, hasil akhir
input eksitatorik kortikal ke neuron striatal pada awal direct pathway yaitu peningkatan firing neuron-neuron VA/VL dan sebagai gantinya mengaktifkan
korteks motorik dan meningkatkan aktivitas motorik.4
Gambar
4. Indirect pathway4
Pada
indirect pathway dibandingkan dengan direct pathway direct pathway yang
memproyeksi ke globus pallidus internal, neuron striatal pada indirect pathway memproyeksi ke globus
pallidus eksternal. Sel dalam globus pallidus eksternal memproyeksi ke nukleus
subthalamikus kemudian menuju ke globus pallidus internal, dan berproyeksi ke
VA/VL, dan akhirnya ke korteks motorik. Peningkatan aktivitas pada neuron
striatal GABAergik menurunkan aktivitas pada globus pallidus eksternal. Sel
GABAergik pada globus pallidus eksternal menghambat sel di nukleus
subthalamikus, sehingga penurunan aktivitas pada globus pallidus eksternal
menghasilkan inhibisi yang kurang dari sel dalam nukleus subthalamikus. Nukleus
subthalamikus mengalami dis-inhibisi dan aktivitasnya meningkat. Kembalinya
proyeksi dari nukleus subthalamikus menghasilkan eksitasi yang lebih banyak pada
sel di globus pallidus internal. Sehingga hasil akhir dari indirect loop yaitu peningkatan aktivitas sel GABAergik di globus
pallidus internal yang memproyeksi ke VA/VL atau peningkatan inhibisi dari
neuron thalamikus. Indirect pathway menghambat
thalamus motorik dan korteks motorik, dan pada akhirnya mengurangi aktivitas
motorik.2,4
Dopamin
diproduksi oleh sel di pars compacta substansia nigra (SNc). Terminal akson
nigrostriatal menghasilkan dopamin kedalam striatum. Dopamin memiliki efek
eksitatorik terhadap psel dalam striatum yang merupakan bagian dari direct pathway. Ini melalui reseptor D1.
Dopamin memiliki efek inhibitorik terhadap sel striatal berhubungan dengan indirect pathway via reseptor D2. Dengan kata lain, direct pathway (yang mengaktifkan aktivitas motorik) dieksitasi
oleh dopamin sementara indirect pathway (yang
mengurangi aktivitas motorik) diinhibisi. Kedua efek ini mengarah pada
peningkatan aktivitas motorik.4
Terdapat populasi
neuron kolinergik (ACh) dalam striatum yang yang aksonnya tidak meninggalkan
striatum (disebut interneurons atau neuron sirkuit lokal). Sinaps interneuron
kolinergik ini pada neuron striatal GABAergik yang berproyeksi ke globus
pallidus internal dan neuron striatal yang berproyeksi ke globus pallidus
eksternal. Kolinergik beraksi menghambat sel striatal dari direct pathway dan mengeksitasi sel striatal indirect pathway. Sehingga efek asetilkolin (ACh) berlawanan dengan
efek dopamin pada direct dan indirect pathways, sehingga efek ACh
pada aktivitas motorik merupakan lawan dari dopamin. ACh inhibisi direct pathway dan eksitasi indirect pathway. Efek interneuron
striatal kolinergik yaitu menurunkan aktifitas motorik.4
B. Sirkuit
Kortikal-Ganglia Basalis-Thalamus Pada Penyakit Parkinson
1.
Definisi Penyakit Parkinson
Penyakit
Parkinson adalah salah satu penyakit neurogeneratif yang menyerang sistem
ekstrapiramidalis (basal ganglia) dan bersifat kronik progresif, yang akan
menyebabkan terjadinya gangguan pada fungsi motoris yaitu kekakuan ekstremitas,
tremor, bradikinesia serta ketidakstabilan postur tubuh (kehilangan
keseimbangan) yang merupakan empat karakteristik utama yang menandai penyakit
ini. Penyakit Parkinson sering dianggap sebagai proses patologis sederhana yang
melibatkan degenerasi selektif dari jalur nigrostriatal dan reduksi bersamaan
dalam konsentrasi dopamin striatal. Model ini telah menuntuk kearah
perkembangan pengobatan farmakologis yang ada untuk penyakit Parkinson dan
mencari sesuatu hal yang baru. Kesederhanaan patologi yang mendasari juga telah
menyebabkan pandangan kita lebih dekat dengan menemukan modifikasi-penyakit,
daripada mengurangi-gejala, dalam pengobatan penyakit ini. Namun, optimisme ini
telah luntur dengan temuan bahwa banyak fitur nonmotor
penyakit Parkinson berhubungan dengan degenerasi nondopaminergik transmitter systems.10
2.
Neuroanatomi
Penyakit
Parkinson didominasi gangguan ganglia basal, yang merupakan kelompok inti yang
terletak di dasar otak depan. Striatum, terdiri dari kaudatus dan
putamen, adalah kompleks nuklear terbesar dari ganglia basal. Striatum menerima
masukan rangsang dari beberapa daerah korteks serebral, serta penghambatan dan
rangsang masukan dari sel dopaminergik dari substantia nigra pars
compacta (SNc). Ini masukan kortikal dan nigral diterima oleh neuron
proyeksi, yang dari 2 jenis: mereka yang memproyeksikan langsung ke segmen
internal globus pallidus (GPi), tempat keluarutama dari ganglia basal; dan
yang proyeksi kedalam segmen eksternal dari globus pallidus (GPe),
mendirikan jalur langsung ke GPi melalui inti subthalamic (STN).11
Gambar 5. Bagian sagital, 12 mm lateral garis
tengah, menunjukkan inti subthalamikus (STN) (warna lavender). STN adalah salah
satu target operasi yang lebih disukai untuk stimulasi otak dalam untuk
mengobati gejala penyakit Parkinson lanjut.10
3.
Patogenesis Penyakit Parkinson
Tidak ada kriteria
standar khusus yang ada untuk diagnosis neuropathologik penyakit
Parkinson, seperti kekhususan dan kepekaan karakteristiknya yang
ditemukan belum ditentukan dengan jelas. Namun, berikut ini
adalah 2 temuan neuropathologic utama pada penyakit Parkinson:
·
Hilangnya neuron dopaminergik berpigmen
dari substantia nigra pars compacta
·
Adanya badan Lewy dan Lewy
neurites
Hilangnya
neuron dopamin terjadi paling menonjol dalam ventral lateral yang substantia
nigra. Sekitar 60-80% dari neuron dopaminergik yang hilang sebelum tanda-tanda
motorik penyakit Parkinson muncul.Beberapa orang yang dianggap normal
neurologis pada saat kematian mereka ditemukan memiliki badan Lewy pada
pemeriksaan otopsi. Badan-badan insidental Lewy telah dihipotesiskan untuk
mewakili fase prasimptomatik penyakit Parkinson. Prevalensi badan
Lewy insidental meningkat dengan usia. Perhatikan bahwa badan Lewy tidak
spesifik untuk penyakit Parkinson, seperti yang ditemukan dalam beberapa kasus
parkinson atipikal, penyakit Hallervorden-Spatz, dan gangguan lainnya. Meskipun
demikian, temuan badan lewi dan Lewy neurites memberikan
gambaran patologi karakteristik penyakit Parkinson.6
Apapun
yang awalnya membangkitkan degenerasi neuron, studi-studi toksik
Parkinson’s disease model dan fungsi-fungsi gen terlibat dalam bentuk
diturunkan dari PD mengusulkan dua hipotesis utama mengenai patogensis penyakit
ini. Satu hipotesis berpendapat bahwa misfolding dan agregasi
protein yang berperan dalam kematian neuron dopaminergik SNpc neuron,
sementara yang lain mengusulkan bahwa penyebabnya adalah disfungsi
mitokondria dan stres oksidatif, termasuk oksidasi toksik spesies DA.
Faktor-faktor patogen yang disebutkan di atas tidak saling
eksklusif, tujuan sebenarnya adalah menjelaskan urutan di
mana faktor-faktor ini bekerja, titik dari interaksi antara
jalur-jalur ini yang menjadi kunci untuk kematian neuron
dopaminergik SNpc. Titik potensial yang digambarkan berikut ini
mungkin bisa menjelaskan. Ditemukan bahwa kerusakan oksidatif α-synuclein
dapat meningkatkan kemampuannya untuk misfold. Isu lain adalah
apakah beberapa jalur terkait kematian sel molekuler yang
teraktifasi selama neurodegenerasi penyakit Parkinson akhirnya melibatkan apoptosis,
atau masih sangat berbeda.12
Gambar
6. Mekanisme neurodegenerasi13
Sebuah
bukti-bukti, rinci dalam ulasan ini, menunjukkan bahwa akumulasi protein yang
gagal melipat cenderung menjadi peristiwa penting dalam neurodegenerasi
penyakit Parkinson. Mutasi patogen bisa langsung menginduksi
konformasi abnormal protein (seperti diyakini terjadi dengan kasus α-synuclein)
atau merusak kemampuan mesin seluler untuk mendeteksi
dan mendegradasi protein yang gagal melipat (UCH-L1); peran DJ-1
masih harus diidentifikasi. Kerusakan oksidatif, terkait dengan disfungsi
mitokondria dan metabolisme dopamin normal, juga dapat merangsang
gagalnya konformasi protein melipat. Masih belum jelas apakah protein
yang gagal melipat secara langsung menyebabkan keracunan atau kerusakan sel
melalui pembentukan agregat protein (Lewy body). Kontroversi mengenai apakah
ada badan Lewy meningkatkan toksistas atau melindungi sel dari efek
berbahaya dari protein yang gagal melipat dengan menghilangkan mereka
dalam kompartemen larut, jauh dari unsur-unsur seluler. Stres oksidatif,
krisis energi (yaitu, deplesi ATP) dan aktivasi program kematian sel
juga diyakini menjadi faktor yang memicu kematian neuron dopaminergik pada
penyakit Parkinson.13
4.
Progresifitas Penyakit Parkinson
Walaupun penyakit Parkinson secara klasik
didiagnosa melalui onset tersembunyi dari manifestasi motorik,
konsep premotor penyakit
Parkinson sangat membantu. Bukti yang sangat banyak dari
disfungsi olfaktorius, abmormalitas tidur, cardiac sympathetic
denervation, konstipasi, depresi dan nyeri dapat mendahului onset
tanda motorik dari penyakit
Parkinson. Laju progresifitas penyakit Parkinson sangat bervariasi diantara individu dan
sulit untuk diprediksi.14-5
Gambar
7. Onset klinik penyakit Parkinson16
Grafik
ini menunjukkan hilangnya produksi dopamin sel dalam otak berhubungan
dengan perkembangan gejala non-motorik daripada motorik. Gejala-gejala mayor
belum terlihat sampai kira-kira 50 % dari dopamin sel hilang. Pada grafik
satu ini dapat dilihat bahwa penyakit dapat dibagi kedalam tiga fase: fasea
presimptomatik, fase dimana gejala nonmotorik sebagian besar
muncul, kemudian fase terakhir dimana gejala motorik mulai terlihat
meningkat. Pada fase presimptoomatik, hilangnya sel-sel dalam otak terjadi
secara berangsur-angsur dan tidak ada gejala yang terdeteksi oleh pasien. fase
ini mungkin berlangsung sampai 10 tahun. Sementara kehilangan sel mulai
terakumulasi, gejala-gejala non-motor mulai terjadi seperti
konstipasi, hilangnya pembauan, perubahan mood, gangguan tidur seprti REM
sleep behavior disorder. Akhirnya dengan hilangnya sel dopamin menyebabkan
gejala motorik khas seperti tremor, bradikinesia atau kelambatan, serta
kekakuan mulai terdeteksi.16-7
Fase
awal dari penyakit, kehilangan sel khas mulai pada bagian bawah
batang otak dan secara berangsur-angsur menyebar keatas sampai melibatkan mid
brain dan substantia nigra yang mengandung sel yang memproduksi
dopamin. Setelah itu, sel mulai mempengaruhi permukaan atau area kortikal
dari otak. Semakin lama area-area yang sebelumnya terpengaruh menjadi
lebih berat.16
5.
Motor Sirkuit Pada Penyakit Parkinson
Motor sirkuit basal
ganglia memodulasi keluaran kortikal yang diperlukan untuk gerakan yang normal.
Sinyal dari korteks serebral diproses melalui basal ganglia-talamokortikal
sirkuit motor dan kembali ke daerah yang sama melalui jalur umpan balik. Output
dari sirkuit motor diarahkan melalui segmen internal globus pallidus (GPi) dan
substantia nigra pars reticulata (SNr). Output penghambatan ini diarahkan ke
jalur talamokortikal dan menekan gerakan. Dua jalur yang ada dalam
rangkaian ganglia basal, jalur langsung dan tidak langsung, sebagai berikut:6
- Di jalur
langsung, keluar dari striatum langsung menghambat GPi dan SNr; neuron
striatal yang mengandung reseptor D1 merupakan jalur langsung dan proyek
ke GPi / SNr
- Jalur
tidak langsung mengandung koneksi penghambatan antara striatum dan segmen
eksternal globus pallidus (GPE) dan antara GPE dan inti subthalamic (STN);
neuron striatal dengan reseptor D2 merupakan bagian dari jalur tidak langsung
dan proyek ke GPE.
Gambar 8. Skema representasi dari ganglia basalis -
sirkuit motor talamokortikal dan neurotransmitter dalam keadaan normal.6
STN menggunakan pengaruh
rangsang pada GPi dan SNr. GPi/SNr mengirimkan hambat output ke inti
lateralis ventral (VL) thalamus. Dopamin dilepaskan dari nigrostriatal (pars
nigra substantia compacta [SNpc]) neuron untuk mengaktifkan jalur langsung dan
menghambat jalur tidak langsung. Pada penyakit Parkinson, penurunan penyebab
dopamin striatal peningkatan output hambat dari GPi / SNr baik
melalui jalur langsung dan tidak langsung, sebagai berikut.6,13
Gambar 9. Skema
representasi dari sirkuit ganglia basalis - motor talamokortikal dan
perubahan relatif dalam aktivitas neuron pada penyakit Parkinson.6
Peningkatan
penghambatan dari jalur talamokortikal menekan gerakan. Melalui jalur langsung,
penurunan striatal menyebabkan stimulasi dopamin menurun penghambatan GPi/SNr.
Melalui jalur tidak langsung, penurunan dopamin menyebabkan penghambatan
meningkat penghambatan GPe, menghasilkan disinhibisi dari STN tersebut. Peningkatan
output STn meningkatkan GPi / SNr penghambatan output ke talamus.17
C. Sirkuit
Kortikel-Ganglia Basalis-Thalamus Pada Penyakit Huntington
1.
Definisi
Sindroma
Huntington merupakan salah satu penyakit yang bersifat genetik autosomal, yang
biasanya muncul pada dekade keempat. Sindroma Huntington terdiri dari dominant
inheritance, choreathetosis, dan dementia. Onset penyakit lambat dan sulit
didiagnosis, tapi biasanya iritabilitas general dan perilaku eksplosif
mendahului gejala motorik. Kemudian akan terjadi kehilangan memori dan defisit
atensi, yang diikuti oleh tangan yang tidak tenang, bergerak tanpa istirahat.
Akhirnya penyakit ini berkembang dengan gerakan fasial dan gerakan sentakan
konstan dari seluruh bagian tubuh. Meskipun terjadi gerakan kontinu, dapat
terjadi hipotonia. Secara umum gejala yang dialami pasien pengidap Huntington
disease ini sudah terjabarkan dalam sindromanya, dan prognosis untuk pasien
yang terdiagnosa mengalami Huntington disease adalah buruk, dimana ia akan kehilangan
kemampuan untuk mengkoordinasi gerakan-gerakannya, kehilangan karakternya, dan
yang berakhir pada kematian.18
2.
Manifestasi Klinik
Gejala fisik awal yang paling khas gerakan-gerakan
yang tidak terkontrol disebut korea. Korea mungkin awalnya diperlihatkan
secara umum sebagai kegelisahan, kecil tidak sengaja dimulai atau sudah gerakan,
kurangnya koordinasi, atau memperlambat gerakan saccadic mata. Kelainan motor
ini kecil biasanya mendahului lebih jelas tanda-tanda disfungsi motor oleh sekurang-kurangnya
tiga tahun. Ini adalah tanda-tanda bahwa sistem di dalam otak yang bertanggung jawab
untuk gerakan telah terpengaruh. Psikomotorik fungsi menjadi semakin terganggu,
sehingga tindakan yang memerlukan ototkontrolterpengaruh. Konsekuensi yang umum
adalah ketidakstabilan fisik, ekspresi wajahyang abnormal, dan kesulitan,
mengunyah, menelan dan berbicara. Makan kesulitan sering menyebabkan penurunan berat
badan dan dapat mengakibatkan kekurangan gizi. Perubahan perilaku dapat terjadi
sebelum gerakan masalah, dan dapat meliputi:4,18
·
gangguan perilaku
·
halusinasi
·
lekas marah
·
kemurungan
·
kegelisahan
·
fidgeting Paranoia psikosis
3.
Patofisiologi
Atrofi
bilateral pada daerah kepala nukleus kaudatus dan putamen merupakan karakteristik
abnormalitas dari Huntington disease, dan umumnya juga ditemukan atrofi girus pada
daerah lobus frontal dan temporal. Atrofi dari nuklelus kaudatus menyebabkan terjadinya
perubahan penampakan dari frontal horns yang terbentuk pada gambar CT
scan kepala karena adanya ventrikel lateral dextra dan sinisitra, karena kepala
dari nukleus kaudatus akan memberi gambaran menonjol pada ventrikel. Selain itu
ventrikel otak akan nampak membesar yang berjalan seiringan dengan progresivitas
penyakit ini.18
Khorea
Huntington ditandai dengan gerakan khoreiform involunter yang terlihat sebagai
sentakan yang cepat, involunter dan tanpa tujuan, bersifat ireguler dan pada
lokasi yang bervariasi dari tubuh. Sentakan ini tidan bisa diinhibisi, tidak
dapat dikontrol atau diatur oleh pasien dan berlangsung spontan. Penyebab awal
dari gerakan tidak terkontrol ini yaitu kehilangan sel GABAergik di striatum
yang memproyeksikan hanya ke GP (eksternal), awal dari indirect pathway (yang menurunkan aktivitas motorik) sehingga VA/VL
dan korteks motorik meningkat, menyebabkan hiperaktivitas sistem motorik. Sebagai
tambahan, sel kolinergik striatal juga mulai mati. Kehilangan kedua tipe ini
menyebabkan kurangnya inhibisi VA/VL dan meningkatkan output motorik.
Gambar 10. Interaksi
neurotransmitter pada korea Huntington.4
BAB
III
KESIMPULAN
- Ganglia basalis jelas terlibat dalam fungsi motorik. Ganglia basalis menerima input utama dari korteks motorik dan beraksi, via thalamus motorik. Juga, masalah ganglia basalis mengarah pada defisit motorik
- Hasil akhir input eksitatorik kortikal ke neuron striatal pada awal direct pathway yaitu peningkatan firing neuron-neuron VA/VL dan sebagai gantinya mengaktifkan korteks motorik dan meningkatkan aktivitas motorik.
- Hasil akhir dari indirect loop yaitu peningkatan aktivitas sel GABAergik di globus pallidus internal yang memproyeksi ke VA/VL atau peningkatan inhibisi dari neuron thalamikus. Indirect pathway menghambat thalamus motorik dan korteks motorik, dan pada akhirnya mengurangi aktivitas motorik.
- Penyakit Parkinson didominasi gangguan ganglia basal, yang merupakan kelompok inti yang terletak di dasar otak depan.
- Atrofi bilateral pada daerah kepala nukleus kaudatus dan putamen merupakan karakteristik abnormalitas dari Huntington disease, dan umumnya juga ditemukan atrofi girus pada daerah lobus frontal dan temporal.
DAFTAR
PUSTAKA
- Herrero MT, Barcia C, Navarro JM. Functional Anatomy of Thalamus and Basal Ganglia [Internet]. J Child’s Nerv Syst. 2012 [cited 2014 Dec 06]; 18:386–9. Available from http://yadda.icm.edu.pl/yadda/element/bwmeta1.element.springer-bc305334-8300-3c71-b913-2da0fad38e8c
- Leisman G, Benjamin OB, Melillo R. Cognitive-Motor Interactions of the Basal Ganglia in Development. Front. Syst. Neurosci. 2009; 8:16.
- Neurogistics.com [internet]. What are Neurotransmitters?. Nodate [cited 2014 Dec 06]. Available from https://www.neurogistics.com/TheScience/WhatareNeurotransmi09CE.asp
- Wichmann T, DeLong MR. Neurotransmitters and Disorders of the Basal Ganglia. USA: Elsevier Inc; 2009. p. 761-9
- Austen J, Raymond M, Raymond LA. Review: Early Synaptic Pathophysiology in Neurodegeneration: Insights From Huntington’s Disease. J Trends in Neurosci. 2010;33(11):513
- Hauser RA, Lyons KE, McClain TA, Pahwa R. Parkinson disease. Medscape Refference. 2014 [cited 2014 Dec 06]. Available from: http://www.medscape.com/
- Waxman SG. Clinical Neuroanatomy. 27th ed. New York: McGraw-Hill: 2013. p.230
- Hening W, Harrington DL, Poizner H. Motor Functions of the Basal Ganglia. Springer Publishing. c2009-[cited 2014 Dec 06]. Available from http://tdlc.ucsd.edu/research/publications/Hening_Harrington_Poizner_Motor_Functions_2009.pdf.
- Melillo, R., and Leisman, G. Neurobehavioral Disorders of Childhood: An Evolutionary Perspective. New York: NY Springer Science. 2009; p. 47-75.
- Obeso JA, Rodriguez-Oroz C, Goetz G, Marin , Kordower H, Rodriguez , et al. Missing pieces in the Parkinson’s disease puzzle. Nature Medicine. 2010 June; 16(6): p. 653-659.
- Kravitz, Freeze BJ, Parket PRL, et al. Regulation of Parkinsonian Motor Behaviours by Optogenic Control of Basal Ganglia Circuitry. Nature. 2010;466:622-6.
- Santens P, Boon P, Roost V, Caemaert J. The pathophysiology of motor symptoms in Parkinson’s disease. Acta neurol. belg. 2009;103:129-134.
- Dauer W, Przedborski. Parkinson's disease: mechanisms and models. Neuron. Sept 2003; 39:889–909.
- Williams AP, Williams DR, Kempster PA, Holton JL, Revesz T, Lees AJ. A clinico-pathological study of subtypes in Parkinson’s disease. A Journal of Neurology. 2009; 135:2947–2957.
- O’Sullivan SS, Williams DR, Gallangher DA, Massey LS, Moriyama LS, Less AJ. Nonmotor symptoms as presenting complaints in Parkinson’s disease: A clinicopathology study. Mov. Disord. 2008; 23(1):101–6.
- Kumar R, Rabin S. Progression of Parkinson’s Disease. Colorado Neurological Institute. 2012; p. 187.
- Golbe LI, Mark MH, Sage JI. Parkinson's Disease Handbook. A guide for patient and their families Mark MH, editor. American Parkinson Disease Association, Inc.; 2009.
- Ropper AH, Samuels MA. .Adams and Victor’s : Principles of Neurology. Edisi- 9. Degenerative Diseases of the Nervous Systems. McGraw Hill.Singapore. 2009;1027-31.
Comments
Post a Comment