BAB
I
PENDAHULUAN
Diare masih merupakan salah satu
penyebab utama kesakitan dan kematian di seluruh dunia, menyerang semua usia,
terutama bayi dan anak balita juga merupakan masalah kesehatan masyarakat di
negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya
yang masih tinggi.1 Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007,
diare merupakan penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia.2 Diare
menurut WHO secara klinis didefinisikan
sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari tiga kali
sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau
tanpa darah. Secara klinis dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair
akut, disentri, dan diare persisten.3
Diare merupakan penyakit yang
disebabkan oleh infeksi mikroorganisme meliputi bakteri, virus, parasit,
protozoa, dan penularannya secara fekal-oral. Diare dapat mengenai semua
kelompok umur dan berbagai golongan sosial, baik di negara maju mau-pun di
negara berkembang, dan erat hubungannya dengan kemiskinan serta lingkungan yang
tidak higienis.4 Di Indonesia, diare merupakan penyakit endemis
terdapat disepanjang tahun, dan puncak tertinggi pada peralihan musim peghujan
dan kemarau.5
Rotavirus merupakan penyebab utama
diare dengan dehidrasi berat pada anak dibawah 5 tahun di seluruh dunia. Sebuah
studi metaanalisis yang dilakukan oleh Parashar et al. pada tahun 2009 menunjukkan
bahwa infeksi rotavirus dapat menyebabkan 114 juta episode diare, 24 juta
kunjungan rawat jalan, 2,4 juta kunjungan rawat inap dan 610.000 kematian
balita pada tahun 2004.6 Diperkirakan 82% kematian akibat diare
rotavirus terjadi pada negara berkembang, terutama di Asia dan Afrika, dimana
akses kesehatan dan status gizi masih menjadi masalah.7
Tingginya angka kejadian diare
akibat rotavirus, serta tingginya angka kematian akibat diare rotavirus, yang
tidak dapat diatasi hanya dengan menjaga hygiene dan sanitasi, menuntut adanya
terobosan baru dalam mengatasi masalah kesehatan akibat rotavirus, yaitu dengan
vaksin.2 Pemberian vaksin rotavirus secepatnya secara global tidak
hanya akan mencegah diare berat dan dehidrasi pada anak, tetapi dapat pula
memperkuat aspek pengendalian diare. Dari sebuah studi kohort yang melibatkan
4,2 juta anak Indonesia, diperkirakan bahwa adanya imunisasi rutin dengan vaksin
Rotavirus dapat mencegah 8148 kematian, 176.375 kasus rawat inap dan 488.547
rawat jalan karena diare di Indonesia.1 Pemberian vaksin rotavirus
adalah salah satu dari 7 langkah yang direkomendasikan WHO untuk pengendalian
diare secara komprehensif. Langkah-langkah lainnya adalah: penggantian cairan
untuk mencegah dehidrasi, terapi zink, vaksinasi rotavirus dan campak, ASI
eksklusif dan suplementasi vitamin A, membiasakan cuci tangan dengan sabun,
meningkatkan suplai air bersih, dan peningkatan sanitasi komunitas.7
BAB II
PEMBAHASAN
IMUNISASI
ROTAVIRUS
Infeksi pertama rotavirus akan
menimbulkan kekebalan terhadap infeksi rotavirus selanjutnya, dan dapat
melindungi terhadap infeksi rotavirus dengan strain yang berbeda. Hal ini
menjadi dasar pemikiran pembuatan vaksin untuk menginduksi kekebalan terhadap
rotavirus.8
a.
Jenis-jenis
vaksin rotavirus
Terdapat 2 jenis vaksin rotavirus
yang diberikan 2 atau 3 dosis vaksin tergantung dari jenis vaksin yang
digunakan yakni vaksin Rotarix® dan vaksin RotaTeq®:7,9
·
Vaksin Rotarix® (GlaxoSmithKline)
merupakan vaksin hidup pada manusia yang dilemahkan. Vaksin ini diketahui
secara efektif menurunkan kejadian diare rotavirus sebesar 57% dan mempunyai
efek proteksi lebih dari 70%. Vaksin ini diberikan secara oral dalam 2 dosis
(106 cfu/ml/dosis) dengan rentang waktu 8 minggu setiap pemberian vaksin. Dosis
pertama diberikan pada rentang usia 6-14 minggu, dan dosis kedua pada umur 24
minggu.
·
Vaksin Rotavirus lainnya yang mengandung
5 strain rotavirus dikembangkan dari serum manusia dan bovine (sapi), vaksin
ini lebih dikenal dengan nama RotaTeq® (Merck). RotaTeq® dilaporkan mempunyai
efek perlindungan lebih dari 90%. RotaTeq diberikan secara oral dan dilakukan
dalam 3 dosis. Jarak pemberian antar dosis berkisar 4-10 minggu sejak pemberian
dosis pertama. Dosis pertama diberikan pada saat bayi berumur 1,5 bulan. Dosis
ketiga maksimal diberikan pada usia 8 bulan.
Rotarix® dan RotaTeq® diberikan
melalui oral (lewat mulut) dan dapat diberikan secara bersamaan dengan
vaksin-vaksin lain pada anak, tanpa mengurangi efektivitasnya. Kontraindikasi
diberikannya vaksin adalah hipersensitivitas terhadap komponen vaksin dan
penderita SCID (Severe Combined Immunodeficiency Disease). Sedangkan kejadian
ikutan paska imunisasi yang dilaporkan adalah demam, tinja berdarah, muntah,
diare, nyeri perut, gastroenteritis, dan dehidrasi.
Vaksin rotavirus
melalui mulut adalah cara terbaik untuk melindungi anak balita dan anak-anak
dari penyakit rotavirus. Vaksin ini tidak akan mencegah diare dan muntah-muntah
disebabkan oleh infeksi-infeksi lain tetapi baik sekali untuk mencegah diare
yang parah dan muntah-muntah yang disebabkan oleh rotavirus. Pemberian pertama
imunisasi rotavirus harus kurang dari usia 12 minggu, karena akan terlambat
memulai imunisasi rotavirus dengan RotaTeq® sesudah anak berusia 12 minggu.
Dosis terakhir seharusnya diberikan sebelum anak berumur 32 minggu.11
Untuk mendapatkan imunisasi rotavirus, anda dapat mengunjungi dokter spesialis anak
di kota tempat tinggal anda atau di rumah sakit yang melayani imunisasi
rotavirus.
b.
Kapan
bayi tidak boleh divaksinasi rotavirus?
Bayi tidak boleh diberikan vaksin
rotavirus apabila:12
·
Bayi yang pernah mendapat reaksi alergi
berat karena vaksin rotavirus tidak boleh diberikan dosis berikutnya. Jelaskan
pada dokter anda bila bayi anda pernah mengalami reaksi alergi yang berat.
·
Bayi dengan kelainan sistem imun.
·
Bayi yang pernah mengalami kelainan usus
yang disebut intususepsi.
·
bayi yang sedang mengalami penyakit yang
berat sebaiknya ditunda sampai bayi sehat.
·
Pada keadaan respons imun tubuh yang
lemah vaksin tidak boleh diberikan misalnya pada: HIV/AIDS atau penyakit lain
yang menyebabkan penurunan sistem imun, pengobatan steroid jangka lama, penyakit
kanker dalam pengobatan.
c.
Efek
samping vaksin rotavirus:11
·
Efek-efek sampingan yang umum: Anak
gelisah/rewel, pilek, mual muntah, malas minum ASI, demam, diare (dalam satu
minggu sesudah vaksinasi rotavirus),
·
Efek-efek sampingan yang jarang: anafilaksis
(reaksi alergi parah), intususepsi
d.
Hal
yang perlu dilakukan bila terjadi reaksi yang serius:12
·
Apabila anda menduga terjadi intususepsi
atau alergi berat, segera hubungi dokter. Bila tidak dapat dihubungi bawa bayi
anda segera ke rumah sakit terdekat. Jelaskan kapan bayi divaksinasi rotavirus.
·
Tanda-tanda yang harus diamati jika
terjadi intususepsi: perhatikan bila bayi sakit perut hebat dan bayi akan
menangis keras. Mulanya episode ini berlangsung sebentar dalam beberapa menit
dan akan hilang timbul berulang dalam waktu 1 jam. bayi akan menarik kedua
kakinya sampai ke dada. Disertai muntah beberapa kali atau mengalami diare
berdarah, tampak lemah, dan sangat gelisah. Gejala ini timbul pada 1 minggu
setelah vaksinasi dosis pertama dan kedua. Diperkirakan angka kejadiaannya 1
diantara 200.000 dosis sampai 1 diantara 100.000 unit.
·
Tanda-tanda yang harus diamati jika
terjadi reaksi alergi berat: reaksi alergi berat ditandai dengan biduran, edema
muka dan tenggorok, susah bernapas, denyut nadi meningkat, mual dan lemas. Ini
dapat terjadi setelah beberapa menit sampai beberapa jam setelah vaksinasi.
·
Reaksi yang serius dapat juga terjadi,
tapi sangat jarang. Sebagian besar bayi yang mendapatkan vaksinasi dengan
rotavirus tidak menimbulkan masalah. Sebagian kecil mungkin timbul efek samping
seperti gelisah, diare dan muntah.
·
Intususepsi adalah penyakir penyumbayan
saluran cerna yang memerlukan perawatan di rumah sakit dan mungkin membutuhkan
tindakan operasi. kelainan ini dapat terjadi alamiah pada bayi dan pada umumnya
tidak diketahui penyebabnya.
e.
Tindakan
pencegahan:11
Sampai 13% (per seratus) bayi akan mengeluarkan rotavirus
tadi dalam kotorannya dalam minggu pertama sesudah dosis pertama. Orang yang
memiliki imunitas rendah sebaiknya menghindari mengganti popok kotor selama
waktu ini. Dianjurkan selalu mencuci tangan benar-benar sesudah mengganti popok
kotor .
BAB III
RINGKASAN
·
Diare merupakan penyakit yang disebabkan
oleh infeksi mikroorganisme meliputi bakteri, virus, parasit, protozoa, dan
penularannya secara fekal-oral.
·
Diare menurut WHO secara klinis
didefinisikan sebagai bertambahnya
defekasi (buang air besar) lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan
perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah.
·
Diare merupakan masalah kesehatan
masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan
mortalitas-nya yang masih tinggi.
·
Rotavirus merupakan penyebab utama diare
dengan dehidrasi berat pada anak dibawah 5 tahun di seluruh dunia.
·
Pemberian vaksin rotavirus secepatnya
secara global tidak hanya akan mencegah diare berat dan dehidrasi pada anak,
tetapi dapat pula memperkuat aspek pengendalian diare.
·
Terdapat 2 jenis vaksin rotavirus yang
diberikan 2 atau 3 dosis vaksin tergantung dari jenis vaksin yang digunakan
yakni vaksin Rotarix® dan vaksin RotaTeq®. Jadwal imunisasi rotavirus
bergantung jenis vaksin yang digunakan. Untuk mendapatkan imunisasi rotavirus
dapat menghubungi dokter spesialis anak di kota anda.
·
Vaksin Rotarix® diberikan dalam 2 dosis:
dosis pertama diberikan pada rentang usia 6-14 minggu, dan dosis kedua pada
umur 24 minggu.
·
Vaksin RotaTeq® diberikan dalam 3 dosis:
pada usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan.
·
Efek-efek sampingan yang dapat muncul:
Anak gelisah/rewel, pilek, mual muntah, malas minum ASI, demam, diare, anafilaksis,
dan intususepsi.
·
Tindakan pencegahan: orang yang memiliki
imunitas rendah sebaiknya menghindari mengganti popok kotor. Dianjurkan selalu
mencuci tangan benar-benar sesudah mengganti popok kotor .
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Subdit Pengendalian Diare dan Infeksi
Saluran Pencernaan Kementrian Kesehatan RI. Situasi Diare di Indonesia. Buletin
Jendela Data dan Informasi Kesehatan. 2011; II: 1.
2.
Riset Kesehatan Dasar. Laporan Nasional
2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan,
Republik Indonesia. 2008. p. viii.
3. Merry SM. Pengertian Diare. e-Journal. 2013 [cited March 3rd 2015]; 4: 1-2. Downloaded from http://www.e-jurnal.com/2013/04/pengertian-diare.html.
3. Merry SM. Pengertian Diare. e-Journal. 2013 [cited March 3rd 2015]; 4: 1-2. Downloaded from http://www.e-jurnal.com/2013/04/pengertian-diare.html.
4. Gerald T. Keusch, Olivier F, Alok B, et
al. Diarrheal Diseases. Disease Control Priorities Project. 2009 [cited March 3rd
2015]. Downloaded from: http://www.dcp2.org/pubs/DCP/19/.
5.
Magdarina
D Agtini, Rooswanti Soeharno, Murad Lesmana, dkk. The burden of diarrhoea,
shigellosis, and cholera in North Jakarta, Indonesia: findings from 24 months
surveillance. BMC Infectious Diseases 2005; 5: 89.
6.
Parashar
UD, Burton A, Lanata C, Boschi PC, Shibuya K, Steele D, et al. Global Mortality
Associated With Rotavirus Disease Among Children in 2004. J Infec Dis. 2009;
200 (Suppl 1): S9-S15.
7. Sri SS. Vaksin Rotavirus Untuk Pencegahan Diare. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. 2011; II: 34.
7. Sri SS. Vaksin Rotavirus Untuk Pencegahan Diare. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. 2011; II: 34.
8.
Juana
A, Manuel A, Franco HB, Harry BG.
Rotavirus Vaccines: Recent Developments and Future Consideration. Nature
Reviews Microbiology. 2009; 5: 529–539,
9. Gerard J. Rotavirus Infection-Indonesian. NSW Health. Nodate [cited Marc 3rd 2015]. Downloaded from: http://www.health.nsw.gov.au/factsheets/infection/rotavirus.html
9. Gerard J. Rotavirus Infection-Indonesian. NSW Health. Nodate [cited Marc 3rd 2015]. Downloaded from: http://www.health.nsw.gov.au/factsheets/infection/rotavirus.html
10.
Firmansyah
A, Kadim M, Martiza I, Prasetyo D, Mulyani NS, Widowati T, et al. Burden of
Severe Rotavirus Diarrhea in Indonesia. The Journal of Infectious Diseases.
2009; 200: S188–94.
11. Department of Health Australia. Immunisation Information: Rotavirus. Nodate [cited Marc 3rd 2015]. Downloaded from: http://www.immunise.health.gov.au/rotavirus.htm
12. Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro SR, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko, et al. Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi ke-5. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2014.
11. Department of Health Australia. Immunisation Information: Rotavirus. Nodate [cited Marc 3rd 2015]. Downloaded from: http://www.immunise.health.gov.au/rotavirus.htm
12. Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro SR, Kartasasmita CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko, et al. Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi ke-5. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2014.
LAMPIRAN
Contoh brosur untuk edukasi
(tampak depan/print halaman depan)
Comments
Post a Comment