Makalah Kesehatan Masyarakat (Kesehatan Kerja, Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut, Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas, Imunisasi dan Vaksin)
A.
Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Mengacu kepada standar
keselamatan pasien maka rumah sakit harus merancang proses baru atau
memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui
pengumpulan data, menganalisis secara intensif Kejadian Tidak Diharapkan, dan
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
Proses perancangan tersebut harus mengacu pada
visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien, petugas pelayanan
kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor
lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan ”Tujuh Langkah
Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
Berkaitan hal tersebut diatas maka perlu ada
kejelasan perihal tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit tersebut.
Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien
Rumah Sakit adalah sebagai berikut :
1. BANGUN
KESADARAN AKAN NILAI KESELAMATAN PASIEN
Ciptakan kepemimpinan
dan budaya yang terbuka dan adil.
Langkah penerapan :
a. Bagi Rumah Sakit :
1)
Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang
menjabarkan apa yang harus dilakukan staf segera setelah terjadi insiden,
bagaimana langkah-langkah pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan apa
yang harus diberikan kepada staf, pasien dan keluarga.
2)
Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang
menjabarkan peran dan akuntabilitas individual bilamana ada insiden.
3)
Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden
yang terjadi di rumah sakit.
4)
Lakukan assessment dengan menggunakan survei
penilaian keselamatan pasien.
b. Bagi Unit/Tim :
1)
Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk
berbicara mengenai kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada
insiden.
2)
Demonstrasikan kepada tim anda ukuran-ukuran yang
dipakai di rumah sakit anda untuk memastikan semua laporan dibuat secara
terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan/solusi yang
tepat.
2. PIMPIN DAN DUKUNG STAF ANDA
Bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang
Keselamatan Pasien di rumah sakit anda.
Langkah penerapan :
a. Untuk Rumah
Sakit :
1)
Pastikan ada anggota Direksi atau Pimpinan yang
bertanggung jawab atas Keselamatan Pasien.
2)
Identifikasi di tiap bagian rumah sakit,
orang-orang yang dapat diandalkan untuk menjadi ”penggerak” dalam gerakan
Keselamatan Pasien.
3)
Prioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda rapat
Direksi/Pimpinan maupun rapat-rapat manajemen rumah sakit.
4)
Masukkan Keselamatan Pasien dalam semua program
latihan staf rumah sakit anda dan pastikan pelatihan ini diikuti dan diukur
efektivitasnya.
b. Untuk Unit/Tim :
1)
Nominasikan ”penggerak” dalam tim anda sendiri
untuk memimpin Gerakan Keselamatan Pasien.
2)
Jelaskan kepada tim anda relevansi dan pentingnya
serta manfaat bagi mereka dengan menjalankan gerakan Keselamatan Pasien.
3)
Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan
insiden.
3. INTEGRASIKAN
AKTIVITAS PENGELOLAAN RISIKO
Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta
lakukan identifikasi dan assessment hal yang potensial bermasalah.
Langkah penerapan :
a. Untuk Rumah Sakit :
1)
Telaah kembali struktur dan proses yang ada dalam
manajemen risiko klinis dan non-klinis, serta pastikan hal tersebut mencakup
dan terintegrasi dengan Keselamatan Pasien dan Staf.
2)
Kembangkan indikator-indikator kinerja bagi sistem
pengelolaan risiko yang dapat dimonitor oleh Direksi/Pimpinan rumah sakit.
3)
Gunakan informasi yang benar dan jelas yang
diperoleh dari sistem pelaporan insiden dan assessment risiko untuk dapat
secara proaktif meningkatkan kepedulian terhadap pasien.
b. Untuk Unit/Tim :
1)
Bentuk forum-forum dalam rumah sakit untuk
mendiskusikan isu-isu Keselamatan Pasien guna memberikan umpan balik kepada
manajemen yang terkait.
2)
Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien
dalam proses assessment risiko rumah sakit.
3)
Lakukan proses assessment risiko secara teratur, untuk menentukan akseptabilitas
setiap risiko, dan ambilah langkah-langkah yang tepat untuk memperkecil risiko
tersebut.
4)
Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan
sebagai masukan ke proses assessment dan pencatatan risiko rumah sakit.
4. KEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN
Pastikan staf anda agar dengan mudah dapat melaporkan
kejadian/insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS)
Langkah penerapan :
a. Untuk Rumah Sakit :
Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden ke
dalam maupun ke luar, yang harus dilaporkan ke KPPRS - PERSI
b. Bagi Unit/Tim :
Berikan semangat kepada rekan sekerja anda untuk secara
aktif melaporkan setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah
tetapi tetap terjadi juga, karena mengandung bahan pelajaran yang pentng
5. LIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN
Kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan
pasien
Langkah penerapan :
a. Untuk Rumah Sakit :
1)
Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang secara
jelas menjabarkan cara-cara komunikasi terbuka tentang insiden dengan para
pasien dan keluarganya.
2)
Pastikan pasien dan keluarga mereka mendapat
informasi yang benar dan jelas bilamana terjadi insiden.
3)
Berikan dukungan, pelatihan dan dorongan kepada
staf agar selalu terbuka kepada pasien dan keluarganya.
b. Bagi
Unit/Tim :
1)
Pastikan tim anda menghargai dan mendukung
keterlibatan pasien dan keluarganya bila telah terjadi insiden.
2)
Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan
keluarga bilamana terjadi insiden, dan segera berikan mereka informasi yang
jelas dan benar secara tepat.
3)
Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan
empati kepada pasien dan keluarganya.
6. BELAJAR DAN BERBAGI PENGALAMAN TENTANG
KESELAMATAN PASIEN
Dorong staf anda untuk melakukan analisis akar
masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.
Langkah penerapan :
a. Untuk Rumah Sakit :
1)
Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk
melakukan kajian insiden secara tepat, yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi penyebab.
2)
Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas
kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis/RCA) atau
Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) atau metoda analisis lain, yang harus
mencakup semua insiden yang telah terjadi dan minimum satu kali per tahun untuk
proses risiko tinggi.
b. Bagi
Unit/Tim :
1)
Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari hasil
analisis insiden.
2)
Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin
terkena dampak di masa depan dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas.
7. CEGAH CEDERA MELALUI
IMPLEMENTASI SISTEM KESELAMATAN PASIEN
Gunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah
untuk melakukan perubahan pada sistem pelayanan.
Langkah penerapan :
a. Untuk Rumah Sakit :
1)
Gunakan informasi yang benar dan jelas yang
diperoleh dari sistem pelaporan assessment risiko, kajian insiden, dan audit
serta analisis, untuk menentukan solusi setempat.
2)
Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang
sistem (struktur dan proses) penyesuaian pelatihan staf dan/atau kegiatan
klinis, termasuk penggunaan instrumen yang menjamin keselamatan pasien.
3)
Lakukan assessment risiko untuk setiap perubahan
yang direncanakan.
4)
Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS
– PERSI
5)
Beri umpan balik kepada staf tentang setiap
tindakan yang diambil atas insiden yang dilaporkan
b. Bagi
Unit/Tim :
1)
Libatkan tim anda dalam mengembangkan berbagai cara
untuk membuat asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman.
2)
Telaah kembali perubahan-perubahan yang dibuat tim
anda dan pastikan pelaksanaannya.
3)
Pastikan tim anda menerima umpan balik atas setiap
tindak lanjut tentang insiden yang dilaporkan.
Tujuh langkah
keselamatan pasien rumah sakit merupakan panduan yang komprehensif untuk menuju
keselamatan pasien, sehingga tujuh langkah tersebut secara menyeluruh harus
dilaksanakan oleh setiap rumah sakit.
Dalam pelaksanaan, tujuh
langkah tersebut tidak harus berurutan dan tidak harus serentak. Pilih
langkah-langkah yang paling strategis dan paling mudah dilaksanakan di rumah
sakit. Bila langkah-langkah ini berhasil maka kembangkan langkah yang belum
dilaksanakan.
Bila tujuh langkah ini
telah dilaksanakan dengan baik, rumah sakit dapat menambah penggunaan
metoda-metoda lainnya.
B.
Pembinaan kesehatan
usia lanjut
Pembinaan kesehatan
keluarga ditujukan kepada upaya menumbuhkan sikap dan prilaku yang akan
menumbuhkan kemampuan keluarga itu sendiri untuk mengatasi masalah kesehatan
dengan dukungan dan bimbingan tenaga profesional, menuju terwujudnya kehidupan
keluarga yang sehat. Juga kesehatan keluarga diselenggarakan untuk mewujudkan
keluarga sehat kecil, bahagia dan sejahtera.
Dalam keluarga , usia
lanjut merupakan figur tersendiri dalam kaitannya dengan sosial budaya bangsa
sedangkan dalam kehidupan Nasional, usia lanjut merupakan sumber daya yang
bernilai sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman kehidupan yang dimilikinya
yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan mutu kehidupan masyarakat
keseluruhannya. Sebagai hasil pembangunan terlihat adanya peningkatan umur
harapan hidup waktu lahir yang membawa dampak peningkatan jumlah usia lanjut
dengan berbagai kebutuhan khusus dibidang kesehatan.
Upaya kesehatan usia
lanjut adalah upaya kesehatan paripurna dasar dan menyeluruh dibidang kesehatan
usia lanjut yang meliputi peningkatan kesehatan pencegahan, pengobatan dan
pemulihan. Tempat pelayanan kesehatan tersebut bisa dilaksanakan di Puskesmas-
Puskesmas ataupun Rumah Sakit serta Panti- panti dan institusi lainya.
Tekhnologi tepat guna dalam upaya kesehatan usia lanjut adalah tekhnologi yang mengacu
pada masa usia lanjut setempat, yang didukung oleh sumber daya yang tersedia di
masyarakat, terjangkau oleh masyarakat diterima oleh masyarakat sesuai dengan
azas manfaat.
1. Tujuan Umum
Meningkatakan derajat
kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya
guna dalam kehidupan keluarga dan masyakat sesuai dengan keberadaannya dalam
strata kemasyarakatan.
2. Tujuan Khusus
a.
Meningkatkan kesadaran
pada usia lanjut untuk membina sendiri kesehatannya.
b.
Meningkatkan kemampuan
dan peran serta masyarakat termasuk keluarganya dalam menghayati dan mengatasi
kesehatan usia lanjut.
c.
Meningkatkan jenis dan
jangkauan kesehatan usia lanjut.
d.
Meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan usia lanjut.
3. Sasaran pembinaan Secara Langsung
a.
Kelompok usia menjelang
usia lanjut ( 45 -54 tahun ) atau dalam virilitas dalam keluarga maupun masyarakat luas.
b.
Kelompok usia lanjut
dalam masa prasenium ( 55 -64 tahun ) dalam keluarga, organisasi masyarakat usia lanjut dan
masyarajat umumnya.
c.
Kelompok usia lanjut
dalam masa senescens ( >65 tahun ) dan usia lanjut dengan resiko tinggi ( lebih dari 70 tahun ) hidup
sendiri, terpencil, hidup dalam panti, penderita penyakit berat, cacat dan
lain-lain.
4. Sasaran Pembinaan
Tidak Langsung
a. Keluarga dimana usia lanjut berada
b. Organisasi sosial yang bergerak didalam pembinaan kesehatan usia lanjut.
c. Masyarakat luas.
Pelayanan Kesehatan Dan Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat Usia Lanjut
Pelayanan usia lanjut ini meliputi kegiatan upaya-upaya antara lain:
a.
Upaya promotif
yaitu menggairahkan semangat
hidup bagi usia lanjut agar mereka tetap dihargai dan tetap berguna baik bagi
dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. Upaya promotif dapat berupa
kegiatan penyuluhan, dimana penyuluhan masyarakat usia lanjut merupakan hal
yang penting sebagai penunjang program pembinaan kesehatan usia lanjut yang
antara lain adalah :
1) Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri serta deteksi dini penurunan
kondisi , teratur dan berkesinambungan memeriksakan kesehatannya ke puskesmas
atau instansi pelayanan kesehatan lainnya.
2) Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan
kemampuan usia lanjut agar tetap merasa sehat dan segar
3) Diet seimbang atau makanan dengan menu yang mengandung gizi seimbang.
4) Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
5) Membina ketrampilan agar dapat mengembangkan kegemaran atau hobinya
secara teratur dan sesuai dengan kemampuannya.
6) Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat atau mengadakan kelompok
sosial.
7) Hidup menghindarkan kebiasaan yang tidak baik seperti merokok, alkhohol, kopi,
kelelahan fisik dan mental.
8) Penanggulangan masalah kesehatannya sendiri secara benar
b.
Upaya
preventif
yaitu upaya pencegahan terhadap
kemungkinan terjadinya penyakit maupun kompilikasi penyakit yang disebabkan
oleh proses ketuaan. Upaya preventif dapat berupa kegiatan :
1)
Pemeriksaan kesehatan
secara berkala dan teratur untuk menemukan secara dini penyakit-penyakit usia
lanjut
2)
Kesegaran jasmani yang
dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan usia lanjut serta
tetap merasa sehat dan bugar.
3)
Penyuluhan tentang
penggunaan berbagai alat bantu misalnya kacamata, alat bantu pendengaran agar
usia lanjut tetap dapat memberikan karya dan tetap merasa berguna
4)
Penyuluhan untuk
pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan pada usia lanjut.
5)
Pembinaan mental dalam
meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
c.
Upaya kuratif
yaitu upaya pengobatan pada usia lanjut dan dapat berupa kegiatan:
1)
Pelayanan kesehatan dasar
2)
Pelayanan kesehatan
spesifikasi melalui sistem rujukan
d.
Upaya rehabilitatif
yaitu upaya mengembalikan fungsi organ yang telah menurun.
Yang dapat berupa kegiatan :
1)
Memberikan informasi,
pengetahuan dan pelayanan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya alat
pendengaran dan lain -lain agar usia lanjut dapat memberikan karya dan tetap
merasa berguna sesuai kebutuhan dan kemampuan.
2)
Mengembalikan kepercayaan
pada diri sendiri dan memperkuat mental penderita
3)
Pembinaan usia dan hal
pemenuhan kebutuhan pribadi , aktifitas di dalam maupun diluar rumah.
4)
Nasihat cara hidup yang
sesuai dengan penyakit yang diderita.
5)
Perawatan fisio terapi.
C.
Mengetahui
penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dan pengendaliannya
1.
POLIO
Poliomielitis atau polio, adalah
penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus.
Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus
yang dinamakan poliovirus (PV),
masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah
dan mengalir ke sistem
saraf pusat
menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis).
2.
HEPATITIS B
Penyakit
hepatitis disebabkan oleh virus hepatitis tipe B yang menyerang kelompok resiko
secara vertikal yaitu bayi dan ibu pengidap, sedangkan secara horizontal tenaga
medis dan para medis, pecandu narkoba, pasien yang menjalani hemodialisa,
petugas laboratorium, pemakai jasa atau petugas akupunktur. Penyakit infeksi virus hepatotropiky yang bersifat
sistemik dan akut.
3.
TBC (TUBERCULOSIS)
TBC
adalah penyakit infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis sistemis
sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh. Dengan lokasi terbanyak
diparu yang bisa merupakan lokasi infeksi primer.Penularan penyakit TBC terhadap seorang anak
dapat terjadi karena terhirupnya percikan udara yang mengandung kuman TBC.
Kuman ini dapat menyerang berbagai organ tubuh, seperti paru-paru (paling
sering terjadi), kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati, atau
selaput otak (yang terberat). Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan pada
bayi yang baru lahir sampai usia 12 bulan, tetapi imunisasi ini sebaiknya
dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan. Imunisasi ini cukup diberikan satu kali
saja.
4. CAMPAK
Campak adalah
penyakit yang sangat menular yang dapat disebabkan oleh sebuah virus yang
bernama Virus Campak. Penularan melalui udara ataupun kontak langsung dengan
penderita.Gejala-gejalanya adalah : Demam, batuk, pilek dan bercak-bercak merah
pada permukaan kulit 3 – 5 hari setelah anak menderita demam. Bercak mula-mula
timbul dipipi bawah telinga yang kemudian menjalar ke muka, tubuh dan anggota
tubuh lainnya.
5. DIFTERI
Penyakit Difteri
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphteriae. Mudah menular dan menyerang terutama
saluran napas bagian atas dengan gejala Demam tinggi, pembengkakan pada amandel
(tonsil ) dan terlihat selaput puith kotor yang makin lama makin membesar dan
dapat menutup jalan napas. Racun difteri dapat merusak otot jantung yang dapat
berakibat gagal jantung. Penularan umumnya melalui udara (betuk/bersin) selain
itu dapat melalui benda atau makanan yang terkontamiasi.
6. PERTUSIS
Penyakit Pertusis
atau batuk rejan atau dikenal dengan “ Batuk Seratus Hari “ adalah penyakit
infeksi saluran yang disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis. Gejalanya khas yaitu batuk yang terus menerus
sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan dan muntah kadang-kadang
bercampur darah. Batuk diakhiri dengan tarikan napas panjang dan dalam berbunyi
melengking.Penularan umumnya terjadi melalui udara (batuk/bersin). Pencegahan
paling efektif adalah dengan melakukan imunisasi bersamaan dengan Tetanus dan
Difteri sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang
pentuntikan.
7.
TETANUS
Penyakit tetanus
merupakan salah satu infeksi yan berbahaya karena mempengaruhi sistim urat syaraf
dan otot. Gejala tetanus umumnya diawali dengan kejang otot rahang (dikenal
juga dengan trismus atau kejang mulut) bersamaan dengan timbulnya pembengkakan,
rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu atau punggung.Infeksi tetanus
disebabkan oleh bakteri yang disebut dengan Clostridium
tetani yang memproduksi toksin yang disebut dengan tetanospasmin.
Tetanospasmin menempel pada urat syaraf di sekitar area luka dan dibawa ke
sistem syaraf otak serta saraf tulang belakang, sehingga terjadi gangguan pada
aktivitas normal urat syaraf
8.
INFLUENZA
Influenza adalah
penyakit infeksi yang mudah menular dan disebabkan oleh virus influenza, yang
menyerang saluran pernapasan. Penularan virus terjadi melalui udara pada saat
berbicara, batuk dan bersin, Influenza sangat menular selama 1 – 2 hari sebelum
gejalanya muncul, itulah sebabnya penyebaran virus ini sulit
dihentikan.Berlawanan dengan pendapat umum, influenza bukan batuk – pilek biasa
yang tidak berbahaya.
9. DEMAM
TIFOID
Penyakit Demam
Tifoid adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Salmonella Typhi yang masuk
melalui saluran pencernaan dan menyebar keseluruh tubuh (sistemik), Bakteri ini
akan berkembang biak di kelenjar getah bening usus dan kemudian masuk kedalam
darah sehingga meyebabkan penyebaran kuman dalam darah dan selanjutnya
terjadilah peyebaran kuman kedalam limpa, kantung empedu, hati, paru-paru,
selaput otak dan sebagainya.
D.
Mengetahui jenis
vaksin besertacara penyimpanan,cara distribusi,cara skrining dan konseling pada
sasaran,cara pemberian, kontraindikasi efek samping yang mungkin terjadi danupaya
penanggulangannya
Vaksin dapat dikemas dalam bentuk tunggal
maupun kombinasi. Contoh kemasan vaksin tunggal : BCG, Polio, Hepatitis B, Hib,
campak.Contoh kemasan vaksin kombinasi : DPT (Diptheri, Pertusis, Tetanus), MMR
(campak, gondong, campak jerman), tetravaccine (kombinasi DPT dan polio suntik)
Beberapa vaksin yang dikemas tunggal dapat
diberikan bersamasama,aman dan proteksinya memuaskan, misalnya:
1) Vaksin BCG bersama cacar
2) Vaksin BCG bersama polio
3) Vaksin BCG bersama Hepatitis B
4) Vaksin DPT bersama BCG
5) Vaksin DPT bersama polio
6) Vaksin DPT bersama hepatitis B
7) Vaksin DPT bersama polio dan campak
8) Vaksin DPT bersama MMR
9) Vaksin campak bersama polio
1. Vaksin BCG
Vaksin BCG mengandung kuman BCG yang masih
hidup namun telah dilemahkan.
Penyimpanan :lemari es, suhu 2-8º C
Dosis
:0.05 ml
Kemasan :ampul dengan bahan pelarut 4 ml
(NaCl Faali)
Masa kadaluarsa :satu tahun setelah tanggal
pengeluaran (dapat dilihat pada label)
Reaksi imunisasi :biasanya tidak demam
Efek samping :jarang dijumpai, bisa terjadi
pembengkakan kelenjar getah bening setempat yang terbatas dan biasanya
menyem-buh sendiri walaupun lambat
Indikasi kontra :tidak ada larangan, kecuali
pada anak yang berpenyakit TBC atau uji mantoux positif dan adanya
penyakit kulit berat/menahun.
2. Vaksin DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus)
Di Indonesia ada 3 jenis kemasan : kemasan
tunggal khusus tetanus, kombinasi DT (diphteri tetanus) dan kombinasi DPT.
Vaksin diphteri terbuat dari toksin kuman diphteri yang telah dilemahkan (toksoid),
biasanya diolah dan dikemas bersama-sama dengan vaksin tetanus dalam bentuk
vaksin DT, atau dengan vaksin tetanus dan pertusis dalam bentuk vaksin DPT.
Vaksin tetanus yang digunakan untuk imunisasi aktif ialah toksoid tetanus,
yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Ada
tiga kemasan vaksin tetanus yaitu tunggal, kombinasi dengan diphteri dan kombinasi
dengan diphteri dan pertusis. Vaksin pertusis terbuat dari kuman Bordetella
pertusis yang telah dimatikan.
Penyimpanan :
lemari es, suhu 2-8º C
Dosis
: 0.5 ml, tiga kali suntikan, interval minimal 4 mg
Kemasan : Vial 5 ml
Masa kadaluarsa : Dua tahun setelah tanggal
pengeluaran (dapat dilihat pada label)
Reaksi imunisasi :demam ringan, pembengkakan
dan nyeri ditempat suntikan selama 1-2 hari
Efek samping :Gejala-gejala yang bersifat
sementara seperti lemas, demam, kemerahan pada tempat suntikan. Kadang-kadang
terdapat efek samping yang lebih
berat, seperti demam tinggi atau kejang, yang
biasanya disebabkan unsur pertusisnya.
Indikasi kontra :Anak yang sakit parah, anak
yang menderita penyakit kejang demam kompleks, anak yang diduga menderita batuk
rejan, anak yang menderita
penyakit gangguan kekebalan. Batuk, pilek,
demam atau diare yang ringan bukan merupakan kotraindikasi yang mutlak,
disesuaikan dengan pertimbangan dokter
.
3. Vaksin Poliomielitis
Terdapat 2 jenis vaksin dalam peredaran, yang
masing-masing mengandung virus polio tipe I, II dan III; yaitu (1) vaksin yang mengandung
virus polio yang sudah dimatikan (salk), biasa diberikan dengan cara injeksi,
(2) vaksin yang mengandung virus polio yang hidup tapi dilemahkan (sabin), cara
pemberian per oral dalam bentuk pil atau cairan (OPV) lebih banyak dipakai di
Indonesia.
Penyimpanan : OPV : Freezer, suhu -20º C
Dosis : 2 tetes mulut
Kemasan : vial, disertai pipet tetes
Masa kadaluarsa : OPV : dua tahun pada suhu
-20°C
Reaksi imunisasi : biasanya tidak ada,
mungkin pada bayi ada berak-berak ringan
Efek samping : hampir tidak ada, bila ada
berupa kelumpuhan anggota gerak seperti polio sebenarnya.
Kontra Indikasi : diare berat, sakit parah,
gangguan kekebalan
4. Vaksin Campak
Mengandung vaksin campak hidup yang telah
dilemahkan. Kemasan untuk program imunisasi dasar berbentuk kemasan kering tunggal.
Namun ada vaksin dengan kemasan kering kombinasi dengan vaksin gondong/ mumps
dan rubella (campak jerman) disebut MMR.
Penyimpanan :Freezer, suhu -20º C
Dosis :setelah dilarutkan, diberikan 0.5 ml
Kemasan :vial berisi 10 dosis vaksin yang
dibekukeringkan,beserta pelarut 5 ml (aquadest)
Masa kadaluarsa :2 tahun setelah tanggal
pengeluaran (dapat dilihat pada label)
Reaksi imunisasi :biasanya tidak terdapat
reaksi. Mungkin terjadi demam ringan dan sedikit bercak merah pada pipi di
bawah telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan, atau pembengkakan pada
tempat penyuntikan.
Efek samping :sangat jarang, mungkin dapat
terjadi kejang ringan dan tidak berbahaya pada hari ke 10-12 setelah penyuntikan.
Dapat terjadi radang otak 30 hari setelah penyuntikan tapi angka kejadiannya sangat
rendah.
Kontra Indikasi :sakit parah, penderita TBC
tanpa pengobatan, kurang gizi dalam derajat berat, gangguan kekebalan, penyakit
keganasan. Dihindari pula pemberian pada ibu hamil.
5. Vaksin Hepatitis B
Imunisasi aktif dilakukan dengan suntikan 3
kali dengan jarak waktu satu bulan antara suntikan 1 dan 2, lima bulan antara
suntikan 2 dan 3. Namun cara pemberian imunisasi tersebut dapat berbeda tergantung
pabrik pembuat vaksin. Vaksin hepatitis B dapat diberikan pada ibu hamil dengan
aman dan tidak membahayakan janin, bahkan akan membekali janin dengan kekebalan
sampai berumur beberapa bulan setelah lahir.
Reaksi imunisasi :nyeri pada tempat suntikan,
yang mungkin disertai rasa panas atau pembengkakan. Akan menghilang dalam 2
hari.
Dosis :0.5 ml sebanyak 3 kali pemberian
Kemasan :HB PID
Efek samping :selama 10 tahun belum
dilaporkan ada efek samping yang berarti
Indikasi kontra
:anak yang sakit berat.
6. Vaksin DPT/ HB (COMBO)
Mengandung DPT berupa toxoid difteri dan
toxoid tetanus yang dimurnikan dan pertusis yang inaktifasi serta vaksin
Hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg murni
dan bersifat non infectious.
Dosis :0.5 ml sebanyak 3 kali
Kemasan :Vial 5 ml
Efek samping :gejala yang bersifat sementara
seoerti lemas, demam, pembengkakan dan kemerahan daerah suntikan. Kadang
terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas, meracau yang terjadi
24 jam setelah imunisasi. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya
hilang dalam 2 hari
Kontra indikasi:gejala keabnormalan otak pada
bayi baru lahir atau gejala serius keabnormalan pada saraf yang merupakan kontraindikasi
pertusis, hipersensitif terhadap komponen vaksin, penderia infeksi berat yang
disertai kejang
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Depkes
R.I. 2005. Modul 1 Pelatihan Safe Injection, Pengenalan Penyakit dan Vaksin
Program Imunisasi. Diperbanyak oleh Dinkes Jateng.
2.
Depkes
R.I. 2005. Modul 2 Pelatihan Safe Injection, Penanganan Peralatan Rantai
Vaksin dan Vaksin. Diperbanyak oleh Dinkes Jateng.
3.
Depkes
R.I. 2005. Modul 3 Pelatihan Safe Injection, Perencanaan Program Imunisasi. Diperbanyak
oleh Dinkes Jateng.
4.
Depkes
R.I. 2005. Modul 4 Pelatihan Safe Injection, Penyuntikan yang Aman (Safe
Injection). Diperbanyak oleh Dinkes Jateng.
5.
Depkes
R.I. 2006. Modul Pelatihan Tenaga Pelaksana Imunisasi Puskesmas.
Jakarta: Depkes RI.
6.
Konsil
Kedokteran Indonesia. 2006. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta:
Konsil Kedokteran Indonesia
7.
Muchlastriningsih,
Enny. 2005. Penyakit-penyakit Menular
yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi di Indonesia. Jakarta: CDK.
8.
Depkes
R.I. 2013. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1611/Menkes/SK/IX/2004 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta: Depkes RI
9.
Natalia
Probandari Ari. 2013 Keterampilan
Imunisasi.http://fk.uns.ac.id/static/filebagian/Imunisasi.pdf.
diakses 23 september 2014
10. Susanto, C.E. 2007. Lima Persen Kasus Kematian Balita Karena penyakit yang Bisa di Cegah.http//www.media
indonesia.com. Diakses 23 september 2014
makasih kakak
ReplyDeleteCewek paling cantik
makasih ya dear pretty Nunung ^_^
ReplyDelete