Sifat Hubungan antara ADHD Masa Kanak-Kanak dan Perkembangan Gangguan Bipolar: Review Penelitian Prospektif Risiko Tinggi
Translate Jurnal Psikiatri
Sifat Hubungan
antara ADHD Masa Kanak-Kanak dan Perkembangan Gangguan Bipolar: Review
Penelitian Prospektif Risiko Tinggi
Anne Duffy,
M.D., F. R. C. P. C
ABSTRAK
Objektif: Penulis melakukan review
penelitian prospektif longitudinal pada keturunan orang tua dengan gangguan
bipolar untuk memberi informasi pengertian kami mengenai sifat hubungan antara
ADHD masa kanak-kanak dan risiko terkena gangguan bipolar pada remaja dan
dewasa muda.
Metode: Review literatur penelitian
kohort perspektif yang dipublikasikan dari keturunan orang tua yang menderita
gangguan bipolar sejak tahun 1985 di ambil menggunakan strategi pencaharian
komprehensif pada beberapa database elektronik. Penulis menyediakan hasil
sintesis kualitatif dengan memfokuskan pada ADHD dan hubungan dengan gangguan
bipolar pada keturunan yang berisiko tinggi yang diperiksa secara prospektif.
Hasil ini didiskusikan dengan pengetahuan temuan-temuan dari penelitian kohort
klinis dan epidemiologi prospektif lainnya.
Hasil: Dari penelitian risiko tinggi
yang direview, bukti menunjukkan bahwa diagnosis klinis masa kanak-kanak ADHD
bukan merupakan prediktor yang dapat dipercaya dari perkembangan gangguan
bipolar. Meskipun begitu, penulis menemukan bukti bahwa gejala inatensi mungkin
merupakan bagian presentasi klinis campuran selama stadium awal perkembangan
gangguan bipolar pada keturunan risiko tinggi, muncul bersama gejala ansietas
dan depresif. Penulis juga menemukan bukti permulaan bahwa ADHD masa
kanak-kanak dapat membentuk bagian dari fenotipe perkembangan sataf pada
keturunan yang memiliki risiko mengembangkan sub-tipe gangguan bipolar yang
tidak berespon terhadap stabilisasi lithium.
Hasil: Meski ADHD masa kanak-kanak tidak
muncul sebagai bagian trayektori perkembangan penyakit tipikal gangguan
bipolar, masalah subyektif dengan atensi dapat membentuk bagian perjalanan awal
penyakit, sementara kelainan perkembangan saraf mungkin lebih awal pada subgrup
anak-anak risiko tinggi.
(Am J Psychiatry 2012; 169:1247-1255)
Salah satu observasi
terbaru yang paling penting dari psikiatri datang dari penelitian kohort
longitudinal Dunedin, bahwa mayoritas (hampir 75%) orang dewasa yang terkena
gangguan psikiatri memiliki diagnosa gejala psikiatrik sebelum usia 18 tahun,
dan hampir setengahnya sebelum usia 15 tahun (1). Lebih jauh lagi, sifat yang
mengawali psikopatologi masa kanak-kanak sering berbeda dari gangguan pada
orang dewasa (perkembanagan heterotipik). Temuan ini menekankan bahwa jumlah
substansial manifestasi gangguan psikiatri orang dewasa secara klinis lebih
awal perkembangannya, meskipun presentasi masa kanak-kanak tidak mirip dengan
gangguan keseluruhan orang dewasa. Sehingga, tantangan untuk mereka yang
terlibat dalam deteksi dan interensi awal yaitu untuk memetakan trajektori perkembangan
mayor gangguan psikiatrik dari perjalanan yang paling awal. Paradigma
penelitian yang paling efektif yaitu untuk meneliti secara prospektif anak-anak
berisiko tinggi selama masa perkembangan dan pada masa dewasa awal.
Hasil penelitian
prospektif longitudinal pada remaja risiko tinggi telah lebih dulu menyoroti
kelemahan dari sistem klasifikasi diagnostik saat ini, yang utamanya didesain
untuk menjelaskan stadium akhir daripada perkembangan gangguan-gangguan. Di
luar protokol penelitian, tidak terdapat bahasa sistematik atau kriteria
konsensus untuk mendeksripsikan evolusi gangguan psikiatrik mayor daripada
perjalanan perkembangan gangguan. Perjalanan awal lebih diobati sebagai kondisi
terpisah, diagnosis multipel pada satu orang pasien telah diizinkan, meski
ketika gejala cocok dalam satu kategori diagnosis tunggal, sementara hubungan
temporal antara kondisi-kondisi tersebut diabaikan. Pendekatan ini berlawanan
dengan prinsip yang diberlakukan pada pengobatan bagian kedokteran lain;
menunjukkan bahwa presentasi digolongkan dalam satu diagnosis kecuali jika
terbukti sebaliknya. Apa yang tidak jelas yaitu sifat hubungan antara kondisi
komorbid dalam individu, yang lebih sering termasuk 1) manifestasi yang berbeda
(selama perkembangan dan setelah perjalanan penyakit) dari proses etiologi yang
umum, 2) komplikasi penyakit primer, 3) subtipe penyakit yang berbeda (etiologi
yang berbeda), dan 4) artifak yang berhubungan dengan pemisahan daripada sebuah
kumpulan konvesi diagnostik. Poin kunci untuk artikel ini yaitu pola temporal
psikopatologi yang penting dalam memberi informasi pengetahuan kami mengenai
trayektori penyakit yang berbeda pada remaja risiko tinggi.
Beberapa penelitian
prospektif longitudinal yang dipublikasikan dari keturunan orang tua bipolar
telah mengarah ke observasi konvergen bahwa indeks episode hipomanik atau manik
sering didahului oleh ansietas masa
kanak-kanak, gangguan tidur dan depresif pada awal masa remaja. Observasi ini
lebih lanjut lagi mendukung temuan dari sejumlah penelitian risiko tinggi yang
melaporkan gangguan seumur hidup yang bervariasi luas pada keturunan orang tua
bipolar (untuk review, lihat Delbello dan Geller [7], Lapalme et al. [8], dan
Duffy [9]). Apa yang tertinggal dari perdebatan subyek yaitu apakah ADHD
marupakan atau tidak merupakan awal perjalanan masa kanak-kanak yang dapat
dipercaya dalam memprediksi perkembangan gangguan bipolar. Pertanyaan ini
muncul dalam bagian observasi gejala seperti manik angka tinggi pada sampel
klinis anak-anak dengan ADHD (10,11), angka tinggi ADHD secara klinis mengarah
pada anak-anak dengan gangguan bipolar siklus ultra-cepat (12), dan angka
tinggi komorbiditas pada sejumlah penelitian cross-sectional pada anak dengan orang tua bipolar (13). Meskipun
begitu, diagnosis mania secara klinis mengarah pada sampel pediatrik merupakan
poin perdebatan (14), dan peningkatan angka komorbid ADHD dan gangguan bipolar
tidak konsisten dengan yang ditemukan pada pediatrik klinis (15) atau
penelitian kohort risiko tinggi (16, 17).
Tujuan penulis dalam
artikel ini yaitu untuk klarifikasi sifat yang diperdebatkan mengenai hubungan
antara ADHD dan gangguan bipolar dengan review temuan dari penelitian
longitudinal prospektif pada anak-anak dan remaja yang memiliki risiko keluarga
gangguan bipolar dan mendiskusikan temuan ini dengan pengetahuan dari
penelitian kohort klinis dan epidemiologi prospektif. Penulis kemudia
mengajukan model integratif dari trayektori penyakit ini dengan menekanak area
klinis yang sering melengkapi dan perbedaannya.
METODE
Penelitian prospektif
dan longitudinal dimasukkan dalam review ini jika mereka mempublikasikan
penelitian kohort keturunan orang tua dengan gangguan bipolar yang dikonfirmasi
dan jika melaporkan angka psikopatologi diantara keturunan. Strategi
pencaharian komprehensif melibatkan kombinasi Medical Subject Headings (ADHD, gangguan bipolar, anak-anak dari
orang tua gangguan bipolar, penelitian kohort) dan judul dan istilah abstrak
(bipolar, gangguan mood, anak-anak gangguan afektif mayor, prospektif
longitudinal remaja, defisit atensi) dilakukan pada MEDLINE, Embase, dan
PsycINFO. Pencarian ini dibatasi pada publikasi sejak Januari 1985. Referensi
pencarian juga dilakukan pada semua penelitian yang termasuk.
HASIL
Karakteristik Penelitian yang diikutkan
Pencarian pada
literatur mengidentifikasi sembilan penelitian yang memenuhi kriteria inklusi
untuk review (Tabel 1). Perekrutan dan penyaringan kriteria serta metode yang
digunakan untuk mengevaluasi psikopatologi orangtua dan keturunan berbeda di
antara masing-masing penelitian, seperti terinci di tempat lain (18). Namun,
kebanyakan penelitian digunakan wawancara semistruktural klinis pada kedua
orangtua dan keturunan, dilakukan oleh pewawancara awalnya tidak mengetahui
hubungan keluarga, dan konsensus prosedur diagnostik untuk sampai pada
diagnosis DSM. Beberapa penelitian termasuk informan lainnya (misalnya, guru)
dan menggunakan kuesioner terstandararisasi untuk mengukur tingkat gejala atensi,
perilaku dan emosional. Dua penelitian termasuk yang dibatasi oleh periode
tindak lanjut yang relatif singkat dan sampel keturunan berisiko tinggi yang
sedukut dan tidak dibahas secara formal di sini (19, 20). Penelitian lain yang
lebih informatif memberikan perbandingan kelompok yang diikutkan (21, 22) dan
penilaian klinis prospektif terinci terhadap keturunan risiko tinggi (23, 24). Penelitian
lainnya melaporkan pada sampel yang lebih besar terhadap keturunan yang
memiliki orang tua dengan gangguan bipolar yang khas dan yang diikuti rata-rata
selama paling sedikit 5 tahun ke masa remaja dan dewasa (25-27).
Review
Penelitian Risiko Tinggi Prospektif
Laroche et al. (23, 28)
menerbitkan temuan dari follow-up penelitian prospektif selama 3-7 tahun pada
37 keturunan dari 21 keluarga dengan
orangtua bipolar dipilih dari pasien rawat jalan; tidak ada kontrol keluarga
untuk perbandingan. Orangtua bipolar harus telah diberikan maintenance dengan lithium untuk minimal 1 tahun dan memiliki
anak-anak antara 5 sampai 18 tahun. Pada saat terakhir penilaian, usia
rata-rata keturunan adalah 16.2 tahun (range 58–25 tahun). Diagnosis DSM dibuat
dalam 24% dari keturunan (N59/37) dan berkumpul di domain afektif/internalisasi.
Sementara ada kasus ADHD kriteria penuh didiagnosis, penelitian melaporkan
nilai yang secara signifikan lebih tinggi pada gejala hiperaktif, kecemasan,
neurotik dan depresi pada keturunan berisiko tinggi yang memiliki diagnosis DSM
(sebagian besar gangguan suasana hati dan kecemasan) dibandingkan dengan mereka
yang tidak memiliki diagnosis DSM. Temuan ini menunjukkan bahwa pada awal perkembangan
gangguan bipolar, kecemasan dan gangguan depresi minor mendominasi dan bahwa gejala kurangnya atensi dapat
terjadi dalam konteks perkembangan gangguan mood.
Radke-Yarrow et al.
(21) melaporkan pada penelitian kohort komunitas anak yang memiliki yang
memiliki ibu dengan gangguan afektif setelah follow-up prospektif 3 tahun. Dua
bersaudara dari 100 keluarga yang diikutkan, satu pada infant (1.5-3.5 tahun)
dan satunya lagi pada awal masa kanak-kanak (5-8 tahun). Dilaporkan hubungan
antara gangguan perilaku disruptive
dan keluarga yang mengalami stres yang lebih tinggi (x2=7.05,
p<0.01) dan dari status sosioekonomi yang lebih rendah (x2=7.46,
p<0.02). Anak dengan ibu yang memiliki gangguan afektif lebih besar
kemungkinan memiliki masalah yang bermanifestasi dengan gejala depresi pada
pertangahan (x2=18.69, p<0.0001) dan akhir masa kanak-kanak (x2=10.77,
p<0.0001). Gangguan kecemasan diidentifikasi pada infant dan awal masa
kanak-kanak pada keturunan ibu yang memiliki gangguan afektif dan yang tidak,
dimana ansietas tidak menjadi sering sampai akhir masa kanak-kanak pada
keturunan ibu dengan gangguan bipolar. Pada ringkasannya, ini menjadi terbukti
bahwa anak dari ibu yang depresi merupakan yang paling besar terpengaruh dengan
masalah psikiatri sepanjang domain internalisasi dan eksternalisasi dari
pre-sekolah melewati awal dan akhir masa kanak-kanak. Efej jenis kelamin,
dengan anak laki-laki menunjukkan lebih banyak masalah mengacau (disruptive) dan anak perempuan dengan
masalah internalisasi juga dilaporkan.
Di tahun-tahun
berikutnya, penelitian kohort ini dilanjutkan pada masa remaja (11-19 tahun)
dan lagi pada dewasa muda (18-28 tahun), dengan beberapa keluarga yang
bergabung dengan penelitian, beberapa kategori yang berubah, dan lain-lain yang
meninggalkan penelitian. Temuan-temuan utama dilaporkan oleh Meyer et al. (29)
termasuk bahwa 19% (N56/32) dari keturunan ibu bipolar dan 7% (N53/42)
keturunan dari ibu unipolar mengembangkan gangguan bipolar pada usia rata-rata
16.6 tahun. Berdasarkan skala peringkat, penelitian ini menemukan tingkat yang
relatif lebih tinggi dari gejala atensi dan perilaku masa kanak-kanak pada
keturunan yang terkena gangguan bipolar daripada yang tidak memiliki gangguan
suasana hati pada masa dewasa. Para penulis juga melaporkan bahwa defisit
tertentu dalam fungsi eksekutif selama masa remaja (seperti yang dibuktikan
oleh parameter tertentu pada Wisconsin
Card Sorting Test) dan masalah gangguan atensi yang mendahului diagnosis formal
dan pengobatan gangguan bipolar. Semua keturunan dengan masalah atensi pada masa
kanak-kanak dan defisit fungsi eksekutif pada masa remaja didiagnosis dengan
gangguan bipolar. Temuan ini dibatasi oleh jumlah kecil kasus gangguan bipolar
dan tingkat perkawinan assortative di
keluarga. Meskipun demikian, mereka konsisten dengan penafsiran bahwa
setidaknya beberapa anak-anak beresiko tinggi, didahului kognitif, tapi bukan
merupakan diagnosis klinis ADHD, berhubungan dengan risiko selanjutnya terkena
gangguan bipolar.
Dalam penelitian
prospektif anak usia sekolah (8-16 tahun) ibu dengan gangguan bipolar, depresi,
penyakit medis yang kronis, atau ibu yang sehat, Hammen et al. (22, 30)
melaporkan masalah psikopatologi dan psikososial (berdasarkan daftar perilaku
anak diselesaikan oleh ibu dan seorang guru) pada awal dan pada interval 6
bulan sampai usia 3 tahun. ADHD didiagnosis pada 6% dari keturunan ibu bipolar
dibandingkan dengan 9% dari keturunan ibu tertekan dan 5% dari keturunan yang ibu
sehat sebagai perbandingan. Sebuah proporsi substansial psikopatologi keturunan
ibu bipolar adalah lebih ringan daripada keturunan ibu depresi, gangguan
kecemasan yang menonjol. Berdasarkan ibu dan laporan guru, tidak ada perbedaan
dalam kompetensi sosial bagi, angka perilaku sekolah atau peringkat prestasi
akademik antara anak bipolar ibu dan anak ibu yang sehat (30). Sementara
dibatasi oleh jumlah relatif kecil anak-anak yang diikuti selama 3 tahun,
temuan ini sejalan dengan tafsiran ADHD tidak terlalu diwakili antara keturunan
ibu bipolar dan bahwa awal psikososial dan sekolah fungsi keturunan ini
berisiko tinggi umumnya sebanding dengan yang dari populasi yang sehat dan
berbeda dari anak-anak ibu tertekan.
Akiskal et al. (24)
yang memetakan jalannya perkembangan psikopatologi pada 68 keluarga remaja
(keturunan dan saudara) yang simptomatik dari pasien dewasa dengan gangguan
bipolar yang telah dikonfirmasi serta diperiksa dan dirawat sebagai pasien
rawat jalan dengan gangguan mood khusus. Sebagai dasar, 44 dari 68 remaja berisiko
tinggi itu sebelumnya diperiksa oleh profesional kesehatan mental anak, dan 16
telah didiagnosis dengan masalah-masalah emosional yang berkaitan dengan
keluarga atau teman-teman, delapan dengan gangguan neurotik (kecemasan), tujuh
dengan gangguan perilaku, tujuh skizofrenia dan empat dengan ADHD. Menariknya,
tak satu pun dari keturunan yang dinilai pada masa kanak-kanak dianggap
memiliki gangguan mood primer. Dalam tahun pertama penelitian prospektif, 24
remaja didiagnosis dengan depresi, 11 dengan episode manik atau campuran, dan
22 dengan gangguan subafektif. Setelah rata-rata 3 tahun penelitian prospektif,
kekambuhan terjadi pada orang-orang dengan gangguan afektif mayor serta
konversi dari subafektif untuk afektif mayor dan dari unipolar menjadi spektrum
bipolar. Dalam ringkasan, diagnosa nonafektif masa kanak-kanak mendahului terjadinya
gangguan mood minor dan mayor. Gangguan depresi dan subafektif masih mendominasi
pada awal perjalanan, sementara episode full-blown
hipomanik dan manik tidak terlihat sampai usia 13. Akhirnya, mirip dengan
temuan Laroche et al. (28), gejala awal masa kanak-kanak "hiperaktif"
dan "antisosial" digambarkan sebagai "fasik," terjadi
bersamaan dengan gejala mood dan tidak responsif terhadap uji obat stimulan.
Pada follow-up 10 tahun,
usia rata-rata dari kelompok keturunan 17-18 tahun, dan 41% keturunan orang tua
dengan bipolar ditandai memiliki resiko berdasarkan profil gejala, dibandingkan
dengan 16% dari keturunan kelompok keluarga perbandingan (82% dari subkelompok
sejarah keluarga positif). Gejala inti yang sama tetap pada frekuensi yang
lebih tinggi pada keturunan berisiko tinggi, kecuali energi rendah, kemarahan, ketakutan,
dan kepekaan yang turun di bawah tingkat kepentingan, sementara energi tinggi,
kesulitan tidur, bicara berlebihan, berbicara keras, dan masalah dengan
pemikiran dan konsentrasi mencapai signifikansi. Diambil bersama-sama, temuan
ini menunjukkan bahwa selama pengembangan, diduga tanda prodromal dalam
keturunan berisiko tinggi bergeser dari gejala kecemasan-depresif menjadi lebih
ke arah manik. Distractibility, keras
kepala dan mudah marah merupakan yang pertama diperhatikan pada awal masa
kanak-kanak, bersama gejala afektif, sedangkan " masalah berkonsentrasi
" dikaitkan dengan gejala seperti manik yang berkembang kemudian. Sifat
episodik gejala cluster ini berlanjut
selama pengembangan. Selain itu, penulis menegaskan bahwa ADHD sebagai sindrom
adalah "relatif tidak ada."
Penelitian prospektif
yang sedang berlangsung pada 140 anak-anak dari orangtua dengan gangguan bipolar
di Belanda, dilaporkan oleh Wals et al. (16, 26, 32), didasarkan pada
temuan-temuan dari penelitian yang dijelaskan sebelumnya. Mayoritas keluarga
(102 anak; usia rata-rata=16.1 tahun) berasal dari sebuah komunitas berbasis Dutch Patient Association, sementara
yang lain telah diidentifikasi melalui klinik rawat jalan. Keluarga yang berisiko
tinggi memiliki status sosial ekonomi yang sebanding dan IQ yang rata-rata
lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum Belanda, dan 76% dari keluarga
yang utuh. Sementara skala rating gejala umumnya sebanding antara kelompok yang
beresiko tinggi dan populasi normal, puteri-puteri dari orang tua bipolar
memiliki nilai yang lebih tinggi pada Child
Behavior Checklist subscales untuk total masalah, internalisasi,
eksternalisasi, keluhan somatik, cemas/tertekan, masalah-masalah sosial,
perilaku nakal, dan perilaku agresif. Anak laki-laki dari keturunan orangtua bipolar
mencetak angka tinggi pada Child Behavior
Checklist subscales dari total masalah, eksternalisasi, masalah berpikir,
dan perilaku agresif. Pada self-report,
remaja perempuan yang lebih dewasa melaporkan lebih ke masalah perhatian,
sementara guru melaporkan ada perbedaan dalam masalah perhatian atau perilaku
berisiko tinggi untuk anak laki-laki atau perempuan dibandingkan dengan
populasi normal.
Pada terakhir follow up,
hampir 5 tahun, kelompok memiliki 129 anak-anak, dengan usia rata-rata 20.8
tahun (26). Risiko ADHD pada gelombang penelitian prospektif tetap stabil,
sementara risiko gangguan mood dan gangguan bipolar meningkat. Risiko seumur
hidup adalah 10% untuk gangguan bipolar (I atau II), 40% untuk setiap gangguan
mood yang didiagnosis, dan 5% untuk ADHD. Dalam keturunan yang berisiko tinggi
dengan gangguan bipolar, indeks diagnosis mood hampir selalu depresi polaritas,
pada usia rata-rata 13.4 tahun (SD=4.2), dan indeks episode hipomanik/manik bermanifestasi
pada usia rata-rata 4.9 tahun (SD=3.4) kemudian (pada usia 18.4 tahun). Hanya
salah satu dari 13 subyek bipolar yang mendapat terapi pengobatan stimulan
sebelum pengembangan dari episode aktif. Secara kolektif, temuan ini
meminjamkan dukungan selanjutnya untuk laporan dari berbagai emosi dan perilaku
masa kanak-kanak pendahulunya diikuti oleh gangguan subafektif dan depresi pada
awal masa remaja, dan episode hipomanik/manik kemudian hari dalam hidup. ADHD,
sebagai diagnosis klinis, itu tidak lebih tinggi pada keturunan berisiko tinggi
daripada di populasi umum berdasarkan laporan penilaian atau wawancara klinis guru
kedua.
Akhirnya, kelompok kami
telah menerbitkan beberapa laporan dari penelitian longitudinal berisiko tinggi
berkelanjutan (33-36). Keluarga berisiko tinggi (salah satu yang terkena dampak
dan satu orang tua yang sehat) dipilih melalui program penelitian klinis khusus
dan didiagnosis berdasarkan prosedur perkiraan terbaik. Orangtua bipolar dibagi
berdasarkan respon pasti atau tidak berespon untuk jangka panjang terapi
lithium. Respon terapi lithium mengidentifikasi subtipe gangguan bipolar klasik
yang lebih homogen (37), sementara lithium ang tidak responsif ditandai dengan perjalanan
penyakit kronis dan risiko familial yang lebih tinggi dari gangguan psikotik
(38).
Pada awalnya, kami
melaporkan hubungan keturunan yang berisiko tinggi antara masalah subyektif dalam
perhatian dan gejala depresi yang tidak berhubungan dengan setiap defisit
perhatian terus-menerus yang jelas pada tes psikologi (39). Dalam analisis
berikutnya, kelompok kami menemukan angkaseumur hidup sebanding dengan ADHD yang
signifikan secara klinis (sering terdapat komorbiditas dengan ketidakmampuan
belajar) pada kelompok berisiko tinggi (8.3%) dan kelompok perbandingan (5.8%)
(25). saat ini usia disesuaikan dengan resiko gangguan afektif utama dalam 231
keturunan berisiko tinggi pada usia rata-rata 25.7 tahun (SD=9.23) diperkirakan
52. 8% (Usia rata-rata pada tahun onset=16.8) dan gangguan bipolar di 13,5%.
Menariknya, angka ADHD yang lebih tinggi dan kelainan perkembangan saraf
lainnya, termasuk ketidakmampuan belajar dan ciri-ciri kluster A, yang diamati
pada subkelompok keturunan orang tua yang tidak responsif terhadap lithium
(35). Selain itu, analisis terbaru (40) menemukan bahwa fenotipe perkembangan
saraf ini adalah lebih sering diamati dalam keturunan berisiko tinggi yang
mengembangkan substansi menggunakan gangguan dibandingkan dengan mereka yang
tidak (sebesar 18,0% dibandingkan dengan 9,3%, p=0.06). Sementara dibatasi oleh
contoh kecil, di seluruh gelombang ini berisiko tinggi, ADHD tidak muncul sebagai
prediktor utama yang kuat untuk gangguan
afektif atau gangguan bipolar. Keturunan yang berisiko tinggi pada masa
kanak-kanak dengan diagnosis ADHD, sejauh ini 28% telah terkena gangguan
afektif mayor (depresi mayor atau bipolar I atau II) dan 11% gangguan afektif minor
(menyetir mobil atau depresi yang tidak disebutkan secara spesifik), sementara
93% dari keturunan berisiko tubggu dengan diagnosis afektif mayor tidak
memiliki ADHD awalnya.
KESIMPULAN
Temuan
Utama
Sementara ulasan
kualitatif ini dibatasi oleh jumlah penelitian longitudinal berisiko tinggi
yang dikumpulkan secara kolektif untuk menilai jumlah keturunan bipolar yang
terkena dampak relatif kecil, temuan ini konsisten di seluruh penelitian. Salah
satu temuan utama dari review ini adalah bahwa ADHD masa kanak-kanak tampaknya
tidak akan secara signifikan menonjol di antara keturunan orang tua yang
memiliki gangguan bipolar khas dibandingkan dengan keturunan orang tua yang
sehat atau dengan risiko ADHD pada populasi umum. Selain itu, meskipun data
tetap terbatas, tidak ditemukan hubungan antara ADHD sebagai masa kanak-kanak
diagnosis dan risiko mengidap gangguan bipolar berikutnya pada keturunan
berisiko tinggi. Oleh karena itu, tampaknya masuk akal untuk menyimpulkan bahwa
diagnosis klinis ADHD tidak secara menonjol muncul pada perkembangan ke arah
penyakit gangguan bipolar.
Namun, risiko ADHD
dalam penelitian ditinjau mungkin telah dipengaruhi oleh angka tinggi keutuhan
dan status sosial ekonomi yang relatif tinggi dari keluarga berisiko tinggi.
Spekulasi ini langsung didukung oleh temuan-temuan dari Birmaher dan
rekan-rekan (17), yang dilaporkan dalam sebuah penelitian cross-sectional anak-anak usia sekolah bahwa angka ADHD tidak meningkat
diantara keturunan orangtua bipolar secara relatif terhadap subyek perbandingan
setelah disesuaikan untuk confounding variabel
(yaitu, status sosial ekonomi dan gangguan psikopatologi non- bipolar pada
orangtua biologis), menunjukkan bahwa ADHD bisa lebih terkait dengan beban umum
psikopatologi dalam keluarga , bukan khusus untuk risiko gangguan bipolar.
Dukungan langsung juga datang dari Radke-Yarrow et al. (21), yang melaporkan
hubungan antara angka yang lebih tinggi dari gangguan perilaku yang mengganggu
dalam keturunan dari keluarga berisiko tinggi yang memiliki status sosial ekonomi
yang lebih rendah dan orang-orang dengan stres yang lebih banyak.
Pengaruh tambahan
mungkin tingkat rendah psikopatologi pada orangtua nonproband dan angka komorbiditas yang rendah (terutama penggunaan
zat dan conduct disorder) pada orang
tua bipolar dalam beberapa penelitian yang ditinjau (26, 27, 36). Selain itu,
sejumlah penelitian berisiko tinggi yang ditinjau di sini termasuk orang tua
yang terkena dengan bentuk gangguan bipolar yang benar-benar responsif terhadap
atau setidaknya stabil oleh lithium dan tidak secara tipikal terkait dengan
ADHD (23, 25, 31) yang lebih klasik. Misalnya, antara orangtua probands Amish, ADHD adalah secara
relatif tidak ada berdasarkan review retrospektif dokter ahli dari semua
informasi klinis yang tersedia (31).
Namun, gejala
attentional dan kognitif dan masalah yang dilaporkan oleh subyek yang berisiko
tinggi dan lain informan (biasanya orang tua) di sejumlah penelitian ditinjau
di sini, konsisten dengan sifat kerentanan dalam beberapa atau sebagai bagian
dari kursus awal berkembang utama gangguan afektif pada orang lain. Sebagai
contoh, dalam temuan-temuan yang dilaporkan oleh Duffy et al. (25, 35), ADHD
dilihat pada tingkat peningkatan dalam keturunan orang-tua dengan gangguan
bipolar psikotik spektrum yang gagal untuk menstabilkan dengan lithium. Jumlah
anak-anak ini didiagnosis dengan full-blown ADHD oleh psikiater anak dan remaja
dan terus mengembangkan gangguan afektif didiagnosis pada masa remaja. Tentu
saja gangguan suasana hati dalam keturunan ini (seperti orangtua) cenderung
nonepisodic, dengan gejala sisa antara akut episode, dan kerabat dewasa
memiliki pemuatan diferensial tinggi gangguan psikotik kronis. Temuan awal
menunjukkan bahwa ADHD dapat membentuk bagian dari fenotipe masa kanak-kanak
perkembangan saraf memprediksi subtipe tertentu dari gangguan bipolar. Dengan
kata lain, gangguan bipolar dikenal sebagai diagnosis heterogen, dan
somesubtypes muncul tumpang tindih klinis dan biologis dengan gangguan spektrum
psikotik (41).
Di sisi lain, beberapa penelitian
ditinjau di sini melaporkan bahwa masalah dengan perhatian dan distractibility
mewujudkan dalam keturunan berisiko tinggi sebagai bagian dari masa kanak-kanak
internalisasi kondisi. Selanjutnya, sebuah aspek penting yang didokumentasikan
dalam beberapa penelitian telah sifat periodik ini awal dicampur cluster
gejala, yang sekali lagi menunjukkan diathesis gangguan bipolar yang dicirikan
oleh penyakit berulang lapangan, bukan oleh kursus kronis, seperti yang
diharapkan dalam kasus gangguan perkembangan khas seperti ADHD. Oleh karena
itu, anak-anak beresiko familial dikonfirmasi untuk pengembangan gangguan
bipolar, masa kanak-kanak ADHD tidak mungkin menjadi yg klinis per se, tapi
agak gejala kurangnya perhatian dan distractibility dapat membentuk bagian dari
presentasi klinis subaffective awal pada lintasan menuju gangguan bipolar.
Penelitian
klinis prospektif dan anak-anak berbasis komunitas
Mengingat keterbatasan
data berisiko tinggi meninjau di sini, temuan dari penelitian calon pelengkap
lainnya kohort anak-anak dapat menginformasikan interpretasi dari temuan dari
tinjauan ini. Ada beberapa besar calon penelitian epidemiologi sampel. Salah
satunya adalah penelitian kohort longitudinal kelahiran Dunedin, yang diikuti
1.037 anak dengan penilaian poin melalui masa kanak-kanak, masa remaja dan awal
dewasa. Dalam penelitian Dunedin, orang dewasa didiagnosis dengan mania adalah
lebih mungkin daripada orang-orang tanpa mania memiliki sejarah juvenile
perilaku atau gangguan menantang oposisi dan depresi, tetapi tidak ADHD (1).
Para penulis mencatat bahwa banyak orang dewasa dengan gangguan bipolar
memiliki masa kanak-kanak yg gangguan kecemasan, tetapi Asosiasi ini jatuh
pendek signifikansi Statistik. Menariknya, orang dewasa dengan gangguan
schizophreniform memiliki sejarah juvenile sejumlah gangguan termasuk ADHD.
Dalam sebuah laporan yang berikutnya pada kelompok ini (42), gangguan
schizophreniform adalah dikaitkan dengan perkembangan saraf dan kelainan
kognitif selama masa kanak-kanak, sementara orang dewasa dengan gangguan
bipolar telah sebanding motor, bahasa, dan kinerja kognitif pada anak-anak yang
sehat perbandingan subyek. Ini pengamatan menambah substansial bukti dari penelitian
prospektif kelainan neurologis dan psikologis anak-anak yang pergi untuk
mengembangkan skizofrenia dewasa, kontras dengan normal atau lanjutan jelek
intelektual fungsi dan kinerja sekolah umumnya ditemukan pada anak-anak yang
mengembangkan gangguan bipolar di masa dewasa (41, 43).
Lain penelitian tersebut,
Oregon remaja depresi proyek, mengikuti sekelompok siswa SMA Terdapat total
1.709 dari perwakilan perkotaan dan pedesaan distrik sekolah dinilai pada empat
titik waktu dari remaja ke dewasa awal. Kelompok ini memiliki tingkat yang
sangat rendah full-blown gangguan bipolar, sementara tahan gangguan bipolar
gejala yang lebih umum tetapi sementara. Dalam analisa berikutnya yang
menyelidiki hubungan tahan kondisi untuk perkembangan full-blown gangguan,
Shankman et al. (44) melaporkan bahwa dengan pengecualian gangguan bipolar
ADHDand, ada kemungkinan peningkatan meningkat dengan penuh sindrom gangguan
(homotypic kontinuitas). Dalam kasus heterotypic kesinambungan, masing-masing
kondisi tahan eksternalisasi meramalkan perkembangan kondisi eksternalisasi penuh-syndrome
(yaitu, asosiasi antara ADHD, perilaku, dan zat digunakan gangguan), tetapi
tidak pengembangan internalisasi gangguan atau gangguan bipolar.
Akhirnya, analisis baru
dari penelitian prospektif Jerman awal perkembangan tahap dari psikopatologi menegaskan
bahwa gejala hypomanic Umum dan sebagian besar transisi di populasi remaja Umum
(45). Hampir 40% peserta 1,565 menyatakan gejala-gejala bipolar di penilaian
satu, tapi hanya 17% mengalami gejala-gejala pada penilaian dua kali (46).
Dalam sebuah analisis dari Asosiasi antara faktor-faktor risiko, termasuk ADHD,
dan awal dan ketekunan tahan manik dan depresi gejala, penggunaan ganja
dipertalikan dengan onset gejala manic (peluang ratio54.26; p50.010), sementara
ADHD dikaitkan dengan kegigihan gejala depresi (45). Oleh karena itu, temuan
menyarankan bahwa gejala hypomanic yang sering pengalaman sementara yang
normatif dalam masa remaja dan ADHD itu tampaknya tidak menjadi faktor risiko
di populasi umum untuk pengembangan tahan atau full-blown gangguan bipolar.
Akhirnya, analisis baru
dari penelitian prospektif Jerman awal perkembangan tahap dari psikopatologi
menegaskan bahwa gejala hypomanic Umum dan sebagian besar transisi di populasi
remaja Umum (45). Hampir 40% peserta 1,565 menyatakan gejala-gejala bipolar di
penilaian satu, tapi hanya 17% mengalami gejala-gejala pada penilaian dua kali
(46). Dalam sebuah analisis dari Asosiasi antara faktor-faktor risiko, termasuk
ADHD, dan awal dan ketekunan tahan manik dan depresi gejala, penggunaan ganja
dipertalikan dengan onset gejala manic (peluang ratio54.26; p50.010), sementara
ADHD dikaitkan dengan kegigihan gejala depresi (45). Oleh karena itu, temuan
menyarankan bahwa gejala hypomanic yang sering pengalaman sementara yang
normatif dalam masa remaja dan ADHD itu tampaknya tidak menjadi faktor risiko
di populasi umum untuk pengembangan tahan atau full-blown gangguan bipolar.
Baru-baru ini, Wozniak
et al. (48) melaporkan pada kegigihan gangguan bipolar setelah 4 tahun calon penelitian
di 78 pemuda dengan usia rata-rata 13.4 tahun terakhir penilaian dan perkiraan
usia 4.9 tahun pada permulaan bipolar saya gangguan. Pemuda-pemuda, terutama
laki-laki dengan ADHD, komorbiditas dipastikan dari sebuah klinik
psychopharmacology perawatan tersier yang mengkhususkan diri dalam pengobatan
ADHD. Kursus gangguan bipolar ini kebanyakan kronis, dan hanya lima anak-anak
berada di pengampunan terakhir tindak lanjut. Laporan lain terus-menerus
manik-seperti presentasi telah diterbitkan (10, 47), dan sebagian besar
laporan-laporan ini menunjukkan tingkat tinggi penyerta dengan ADHD,
eksternalisasi gangguan, atau gangguan perkembangan pervasif. Seperti yang
ditinjau baru-baru ini oleh Leibenluft (49), beberapa presentasi ini telah
menyusun kembali sebagai pas kriteria untuk gangguan disregulasi severemood dan
pada tindak-lanjut calon tidak menunjukkan kesinambungan dengan dewasa gangguan
bipolar. Di sisi lain, penelitian prospektif anak-anak dengan ADHD utama telah
menjadi sangat konsisten dalam mendukung temuan-temuan dari penelitian
epidemiologi prospektif, yaitu, bahwa ADHD pada anak-anak dikaitkan dengan
risiko lebih besar prilaku anti Social, kriminal, gangguan perilaku, dan
gangguan penggunaan zat remaja dan dewasa, tetapi tidak untuk peningkatan
risiko gangguan bipolar (50, 51).
Terhadap
Perkembangan Model Integratif ADHD dan Gangguan Bipolar
Pada akhirnya, calon penelitian
longitudinal memberikan sedikit bukti bahwa ADHD yg handal untuk pengembangan
gangguan bipolar yang terus menjadi dewasa. Pada kenyataannya, substansial bukti
telah dilaporkan dari prospektif kohort penelitian penyakit yang semakin
berbeda lintasan ADHD dan gangguan bipolar selama pengembangan dari tempat
mulai beberapa tumpang tindih gejala spesifik pada awal masa kanak-kanak
(gambar 1). Lintasan tidak menyarankan bahwa semua anak dengan ADHD akan pergi
untuk memiliki gigih ADHD atau untuk mengembangkan komplikasi atau gangguan
yang terkait seperti perilaku atau zat menggunakan gangguan atau sociopathy
sebagai orang dewasa, tetapi sebaliknya ini hasil dari peningkatan risiko pada
populasi ini. Demikian pula, hal ini tidak bahwa semua keturunan orang tua
dengan gangguan bipolar akan terwujud dini pendahulunya seperti gangguan
kecemasan atau akan mengembangkan kepekaan terhadap stres atau depresi gangguan
pada awal masa remaja, kemudian diikuti episode diaktifkan. Namun, urutan
klinis prediksi ini mencerminkan resiko kemungkinan berasal dari penelitian
prospektif.
Pengamatan penting
lainnya dari penelitian calon sarung adalah bahwa awal dalam pengembangan dan perjalanan
klinis, gejala muncul untuk menjadi spesifik dan sering tumpang tindih antara
berbagai gangguan berkembang; gangguan bipolar dan ADHD, impulsif, suasana hati
akut dan internalisasi gejala (kecemasan dan depresi) yang tidak biasa di masa
kanak-kanak. Selain itu, di bagian tertentu dari anak-anak dari orang tua
bipolar dengan tingkat tinggi psikosis dalam anggota keluarga dan penyakit yang
tidak menanggapi lithium prophylaxis, ADHD dan ketidakmampuan belajar dapat
membentuk bagian dari awal perkembangan saraf fenotipe yang tumpang tindih agak
dengan presentasi awal pada anak-anak dengan ADHD utama. Namun, pola fosil
psikopatologi latar belakang diferensial familial risiko sheds cahaya pada
lintasan penyakit yang semakin berbeda, mungkin mencerminkan bersama serta sebagai
berbeda proses patofisiologi yang mendasarinya.
Penelitian longitudinal
prospektif komunitas besar dan kohort berisiko tinggi yang dipilih telah sangat
membantu dalam pemetaan riwayat natural awal gangguan kejiwaan mayor dan
menyoroti perkembangan kontinuitas psikopatologi homotipik dan heterotipik
selama perkembangan penyakit. Pemetaan perjalanan klinis awal adalah langkah
pertama dalam memajukan pendidikan terkait jalur neurobiologi dan
mengidentifikasi target baru untuk intervensi dini. Sistem diagnostik dan
pendekatan kami dapat mengejar kemajuan yang dibuat oleh penelitian prospektif dengan menekankan pada kebutuhan,
seperti dalam bidang kedokteran, untuk memasukkan jalur perkembangan pada risiko
latar belakang seperti yang ditunjukkan oleh riwayat keluarga gangguan
kejiwaan, untuk meningkatkan akurasi dan validitas diagnosis psikiatri yang
simptomatik pada remaja.
Comments
Post a Comment