Prevalensi dan Faktor Risiko Untuk Distress Psikologis dan Kecatatan Fungsional Pada Masyarakat Perkotaan di Pakistan
Prevalensi
dan Faktor Risiko Untuk Distress Psikologis dan Kecatatan Fungsional Pada
Masyarakat Perkotaan di Pakistan
Nusrat
Husain, Nasim Chaudhry, Farhat Jafri, Barbara Tomenson, Ishaq Surhand, Ilyas
Mirza, Imran B Chaudhry
Abstrak
Latar
belakang : ada hubungan kuat antara status
kesehatan mental yang buruk dan kesehatan fisik yang buruk dan penurunan
produktivitas. Bukti mengenai faktor risiko untuk distres psikologi pada
negara-negara dengan pendapatan masih kurang dan diperlukan lebih banyak bukti
untuk mengembangkan intervensi yang tepat. Tujuan kami untuk memperkirakan
prevalensi distress psikologis pada masyarakat perkotaan di Pakistan dan
mengenali hubungan faktor risiko dan kecacatan fungsional.
Metoda
: penelitian ini adalah penelitian didasrkan dari
populasi berusia 18-75 tahun masyarakat perkotaan di Pakistan. The Self
Reporting Questionnaire (SRQ) diberikan kepada 1000 orang dewasa untuk menilai
distress psikologis. The Life Events Checklist, Oslo-3 untuk Social Support dan
Brief Disability Questionnaires dipakai untuk menentukan stresor sosial,
dukungan dan kecacatan fungsional.
Hasil
: Kuesioner dilengkapi oleh 880 (94%) partisipan yang
memenuhi syarat, dari mereka 41% wanita dan 19% pria memiliki skor 9 atau lebih
pada SRQ (kisaran yang mungkin 0-20). Latar belakang pendidikan yang rendah
menyebabkan angka tinggi distres psikologis. Wanita memiliki level distres
lebih tinggi daripada pria dan wanita sepertinya lebih kurang mendapatkan
dukungan.
Kesimpulan
: Prevalensi distres psikologis lebih rendah pada
masyarakat perkotaan Karachi daripada yang sebelumnya dilaporkan untuk
masyarakat pedesaan provinsi Punjab,
Pakistan. Namun, pada masyarakat perkotaan Karachi, seperti pada masyarakat
pedesaan di Punjab, status sosial ekonomi kelihatan memberikan pengaruh lebih
besar terhadap kesehatan mental wanita daripada pria.
Kata
kunci : kecacatan fungsional, negara dengan
pendapatan rendah, stres psikologis, faktor risiko, Asia selatan.
Pendahuluan
Gangguan depresif merupakan
penyebab utama kecacatan di seluruh dunia dan diperhitungan merupakan penyebab
kedua setelah HIV / AIDS untuk kecacatan setelah penyesuaian dengan usia dalam
tahun pada tahun 2030. Kemungkinan gangguan depresif merupakan penyebab ketiga
kecatatan di negara-negara dengan pendapatan rendah dan merupakan penyebab
utama kecatatan di negara-negara dengan pendapatan tinggi. Ada kesenjangan yang
luas terapi untuk penyakit mental, yang sangat mengenjutkan kesenjangan ini
mencapai 90% pada negara-negara dengan sumber terbatas. Jadi, sangat diperlukan
informasi sistematik mengenai gangguan
mental – agar dapat menginformasikan perkembangan intervensi di negara-negara
dengan pendapatan rendah.
Prevalensi
kecemasan dan gangguan depresif tinggi di Pakistan, 66% wanita dan 25% pria di
pedesaan Pakistan, dan sangat kuat hubungannya dengan keadaan sosial yang
buruk. Penemuan ini telah ditetapkan di dalam tinjauan sistematik, yang
menemukan bahwa hambatan sosial ekonomi dan masalah yang berhubungan dengan
hambatan sosial ekonomi merupakan faktor risiko utama terjadinya depresi.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Mumford et al pada tahun 2000 melaporkan
angka depresi pada masyarakat perkotaan yang tinggal di daerah kumuh di
Provinsi Punjab, Pakistan, kurang dari separuh dari yang tinggal dekat dengan
daerah pedesaan.
Penelitian
pada negara-negara dengan pendapatan tinggi memperlihatkan bahwa angka penyakit
mental lebih tinggi pada populasi di perkotaan daripada populasi pedesaan. Pada
penelitian European (Outcome of Depression International network-ODIN), ada
perbedaan besar antara kota/ desa pada prevalensi gangguan depresi pada wanita di
United Kingdom of Great Britain dan Irlandia Utara (UK) dan Irlandia, dengan
angka tinggi depresi pada wanita yang tinggal di perkotaan, sedangkan pada pria
perbedaan ini tidak besar. Alasan yang mungkin menegaskan perbedaan ini adalah
faktor-faktor seperti kurangnya kepercayaan dalam mendapatkan bantuan dari
tetangga. Pada tahun 2000, Paykel et al, menganalisis perbedaan antara kota,
semi desa dan daerah pedesaan di dataran Inggris. Mereka menemukan bahwa subjek
yang tinggal di perkotaan memiliki angka tinggi penyakit mental daripada
populasi di pedesaan, yang dipengaruhi oleh buruknya lingkungan sosial pada
masyarakat perkotaan. Penemuan yang sama juga dilaporkan dari penelitian yang
dilakukan di Amerika (USA) yang mengkaji perbedaan antara pedesaan dan kota,
dimana penyakit psikiatri lebih tinggi pada masyarakat yang tinggal di
perkotaan.
Ada
beberapa penelitian perbandingan mengenai kesehatan mental pada masyarakat
kota/ desa di Asia. Di Republik Korea, Lee et al membandingkan prevalensi
penyakit psikiatri pada pria dan wanita pada masyarakat perkotaan di Seoul dan
masyarakat di pedesaan, dan menemukan prevalensi penyakit psikiatri, seperti
ketergantungan alkohol lebih tinggi pada wanita yang tinggal di pedesaan.
Distres
psikologi diartikan sebagai penderitaan batin, termasuk gejala kecemasan dan
depresi.
Penulis
memprediksikan bahwa angka distress psikologis di Karachi akan lebih rendah
daripada yang ditemukan pada penelitian mereka sebelumnya di daerah pedesaan di
Pakistan, baik pada pria dan wanita, dan keadaan ini berhubungan dengan faktor
risiko yang sama.
Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menentapkan prevalensi distres psikologis pada
masyarakat kota Pakistani dan untuk mengenali stressor sosial dan kecacatan
fungsional yang menyebabkan distres ini.
METODA
Bentuk
dan Tempat Penelitian
Penelitian ini di lakukan di
Karachi, kota besar Pakistan, dengan perkiraan populasi berjumlah 15.5 juta
dibandingkan dengan 18 juta di Kota metropolitan. Ada perbedaan luas pada
status sosial ekonomi, dan beberapa daerah sangat tinggi kemakmuran, sedangkan
daerah lain sangat kurang seperti saluran air, pembuangan limbah, gas dan
listrik.
Penelitian
ini adalah penelitian survey dari rumah ke rumah di masyarakat di kota Arafat,
sebuah daerah kota dengan populasi padat yang tidak ditetapkan untuk daerah
tempat tinggal, tetapi 20 tahun berlalu akhirnya ditetapkan secara resmi. Sejak
saat ini, air, gas, listrik dan sistem drainase telah dikembangkan, bahkan saat
ini, sejumlah rumah tanggga tidak memiliki fasilitas ini.
Pengumpulan
data
Pengacakan sampel terdiri dari 1000
orang dewasa (500 pria dan 500 wanita) didapatkan dari catatan elektoral,
menggunakan tabel angka acak. ukuran sampel dipertimbangkan addekuat,
mempertimbangkan jumlah variabel yang dinilai pada penelitian ini. kesemua individu
berusia antara 18-75 tahun, tinggal di kota dan tidak menderita penyakit fisik
yang serius pada waktu diundang ikut serta dalam penelitian ini oleh tim
peneliti melalui kunjungan rumah tangga.
Persetujuan
komite etik didapatkan dari Karachi Medical College and The Pakistan Institute
of Learning and Living. Penelitian ini dijelaskan kepada setiap partisipan,
dihadiri oleh saksi. Setelah penjelasan lengkap penelitian, informed consent
didapatkan. Partisipan yang berpendidikan kemudian menandatangani lembar
informed consent, tetapi jika partisipan tidak dapat menuliskan nama mereka,
mereka memberikan sidik jari pada lembar informed consent, yang ditanda tangani
saksi. The self Reporting Questionnaire (SRQ), Brief Disability Questionnaire
(BDQ), Oslo-3 for Social Support and Life Events Checklist adalah kuesioner
yang dijawab sendiri oleh partisipan, untuk mempertahankan konsistensi
penelitian, pembantu penelitian membacakan semua pertanyaan ke setiap
partisipan. Beberapa derajat kekebasan pribadi diusahakan saat diberikan
kuesioner. Partisipan pria ditinjau oleh pembantu penelitian pria dan
partisipan wanita oleh pembantu peneliti wanita. Anggota time penelitian
mengunjungi banyak rumah tangga lebih dari satu musim (mencapai 6 kali
kunjungan) untuk melengkapi kuesioner. Uraian metodologi dijelaskan pada
tulisan sebelumnya.
Uraian
demografi dasar, seperti jenis kelamin, jumlah anggota keluarga, status
pernikahan, pendidikan, pekerjaan, sistem keluarga dan pendapatan kelompok
dicatat.
Data
Riwayat Medis
Partisipan ditanyakan mengenai
apakah mereka pernah atau tidak pernah dirawat di rumah sakit dan apakah mereka
pernah dilakukan tes diagnostik atau prosedur selama 12 bulan terakhir.
Gejala
psikiatri
Gejala psikiatri dicatat
menggunakan the Self-Reporting Questionnaire (SRQ-20). Instrumen standar ini
telah dipakai pada negara-negara dengan pendapatan rendah dan tinggi selama
lebih dari 20 tahun. instrumen ini telah disahkan pada populasi Pakistan, dan
ditemukan merupakan alat dengan psikometrik yang baik. tiap 20 gejala diberikan
jawaban ya atau tidak, berdasarkan pada apakah pasien mengalami salah satu
gejala dlaam 30 hari terakhir. Total skor SRQ adalah jumlah gejala yang dialami
dari total 20 gejala, sehingga skor dari 0 sampai 20. Skor SRQ sebesar 9 atau
lebih dipakai karena semakin tinggi skor semakin tinggi distress psikologis,
dan nilai ini berhubungan dengan diagnosis gangguan depresif.
Dukungan
sosial
Skala Oslo 3 dipakai untuk menilai
dukungan sosial. Skala ini terdiri dari tiga pertanyaan untuk mengetahui
hubungan dengan keluarga, teman, tetangga. Pertanyaan ini mengkaji seberapa
mudah mendapatkan bantuan dari tetangga jika diperlukan, seberapa banyak orang
yang dapat diandalkan dan seberapa besar perhatian yang mereka perlihatkan.
Pertanyaan ini telah dipakai pada penelitian the health of Pakistanis living di
Norwegia. Tiap item pertanyaan diberikan skor 1 sampai 5 dan total tiga skor
berkisar dari 3 sampai 15, dengan skor tinggi menunjukkan tingginya dukungan
sosial.
Kejadian
Hidup
Kejadian hidup ditentukan
menggunakan daftar 15 pertanyaan, termasuk kategori didasrkan pada the Quebec
Health Survey, dikenali pad apenelitian penyakit fisik dan depresi. Partisipan
ditanyakan mengenai kejadian hidup yang dialami dalam 12 bulan sebelumnya.
Bentuk respon ya/ tidak dipakai dan skor total (jumlah kejadian yang dialami)
diberikan pada hasil. Skala ini telah dipakai dalam penelitian sebelumnya.
Kecacatan
The cross culturally validated BDQ
dipakai untuk menilai kecacatan. BDQ ini memiliki enam item kuesioner bentuk
singkat (SF-36), yang menanyakan respon apakah mereka memiliki batasan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari pada bulan lalu dan empat pertanyaan mengenai
fungsi sehari-hari. Dua tambahan item yang dimasukkan – hambatan untuk melakukan
aktivitas harian dan tetap tinggal di tempat tidur karena penyakit atau cedera.
Tiap item diberikan skor pada tiga nilai skala (0 = tidak/ tidak ada sama
sekali, 1 = ya/ kadang-kadang dan 2 = ya/ sedang atau pasti). Total skor dari
10 item, berkisar dari 0 sampai 20,
dipakai, skor tertinggi menunjukkan kecacatan berat.
Analisis
statistik
Data dianalisis menggunakan SPSS
untuk Widows versi 15. Pria dan wanita dibandingkan berdasarkan data demografi
dan riwayat medis, dan setiap item kuesioner dan total dianalisis, menggunakan
tes t untuk pengukuran tetap, dan tes chi squared untuk penilaian kategorial.
Analisis
bivariasi dilakukan untuk pria dan wanita secara terpisah, dengan skor total
SRQ sebagai variabel bebas, menggunakan tes t untuk pembagian variabel,
analisis one way varian diikuti dengan Bonferroni corrected pair wise group
comparison untuk variabel kategorial lain, dan Pearson correlation untuk
variabel tetap. Koefisien korelasi antara 0 dan 0.3 dianggap sangat lemah dan
tidak menunjukkan hubungan linear, antara 0.29 dan 0.45dianggap ringan dan
koefisien korelasi diatas 0.45 dianggap kuat.
Agar
dapat menentukan korelasi bebas yang besar skor SRQ tinggi, analisis regresi
multipel dilakukan dengan SRQ total sebagai variabel dependen, dan setiap
variabel independen sangat kuat pada P < 0.05 pada analisis bivariasi dengan
skor SRQ total. Variabel ini adalah usia, jenis kelamin, tidak menikah, level
pendidikan primer atau kurang, pekerjaan sebagai buruh, pendapatan bulanan di
bawah Rs 5000 (rupee Pakistan), apakah subjek di rumah sakit atau setiap tes
diagnostik, empat atau lebih anak berusia kurang dari 14 tahun, enam atau
beberapa orang di rumah tangga, akses untuk mendapatkan air minum yang bersih,
apakah limbah dibiarkan di luar, konstruksi rumah baik beton dan bahan lokal
dan skor total untuk Oslo, kejadian hidup dan kecacatan. Analisis regresi
multipel diulangi untuk pria dan wanita secara terpisah. Faktor inflasi varian
dihitung untuk setiap variabel pada setiap analisis regresi multipel, untuk
memastikan multi colinearitas bukan merupakan masalah. Analisis kovarian
membandingkan skor SRQ pria dan wanita, setelah menghitung perbedaan pada usia,
edukasi, pendapatan, kontruksi rumah, perawatan rumah sakit, kecacatan,
kejadian hidup dan dukungan sosial.
Hasil
Dari 100 orang yang dipilih dari
catatan elektoral, 50 tidak hidup pada tempat yang dipilih dan 12 dikeluarkan
dari peneltian karena mereka memiliki penyakit serius. Dari 938 paritisipan
yang memenuhi syarat, 49 (15 wanita dan 34 pria) menolak ikut serta dan data
tidak lengkap untuk 9 partisipan, sehingga data untuk 880 partisipan yang
dianalisis.
Karakteristik
sampel
Sampel memasukkan 411 pria dan 496
wanita, dari mereka 712 (80.9%) menikah, 237 (26.9%) buta huruf, 539 (61.3%)
tidak bekerja, ibu rumah tangga atau pensiunan, dan 321 (36.5%) memiliki
pendapatan keluarga bulanan kurang dari 5000 rupee (lihat tabel 1). Pria lebih
tua daripada wanita. Wanita lebih banyak buta huruf dan lebih banyak
mendapatkan pendidikan kurnag dari 10 tahun. mereka juga lebih banyak hidup
bersama daripada tinggal bersama pria dan merupakan kelompok dengan pendapatan
rendah.
Tabel 1. Karakteristik sampel
Distres
psikologis
Rata-rata skor SRQ sangat tinggi
untuk wanita daripada pria (lihat tabel 2). Tujuh puluh delapan (19.0%) pria
dan 194 (41.4%) wanita memiliki sembilan atau lebih gejala SRQ (X2 P
< 0.001). delapan puluh delapan wanita (18.8%) dan 29 wanita (7.1%)
melaporkan gagasan bunuh diri (X2 P < 0.001). jumlah wanita
yang mengalami tiap gejala pada SRQ sangat besar daripada pria, dengan
pengecualian nafsu makan yang buruk dan pencernaan yang buruk, yang memiliki
jumlah yang sama pada dua jenis kelamin.
Tabel 2. Skor Kuesioner
Kejadian
hidup
Rata-rata jumlah kejadian untuk
untuk seluruh sampel adalah 4.2 (lihat tabel 2), yang menyajikan 4 dari 15 tipe
kajadian hidup berbeda. kejadian hidup yang paling sring dialami adalah masalah
berhubungan dengan pekerjaan (N = 476, 54.1%) diikuti dengan penyakit atau
pasien atau keluarga yang dirawat di rumah sakit (N = 410, 46.6%) dan masalah
keuangan (n = 367, 41.7%). Tidak ada perbedaan besar antara pria dan wanita
mengenai jumlah total kejadian hidup dan pria dan wanita melaporkan jumlah yang
sama dari setiap tipe kejadian hidup. Tipe kejadian yang sangat berbeda adalah
kesulitan di sekolah atau bekerja, yang dialami oleh 132 (28.1%) dari wanita
dan 88 (21.4%) dari pria, P = 0.024.
Kecacatan
Skor rata-rata BDQ adalah 6.8 untuk
seluruh sampel, dimana menyajikan 7 gejala dengan kecacatan sedikit, 3-4 gejala
dengan kecacatan sedang (lihat tabel 2). Ada kecenderungan perbedaan besar
antara pria dan wanita berdasrakan skor BDQ, tetapi wanita lebih sering
daripada pria keterbatasan motivasi bekerja, efisiensi dan aktivitas
sehari-hari dan lebih sering menghabiskan satu atau lebih hari ditempat tidur
karena penyakit atau cedera. Pria lebih sering daripada wanita mengalami
masalah kesehatan yang membatasi dalam jumlah besar aktivitas (data tidak
diperlihatkan).
Dukungan
sosial
Rata-rata skor Oslo adalah 8.1,
yang merupakan tiga skor item 2-3 pada skala dari 1 sampai 5, atau dua dari
tiga item memperlihatkan dukungan yang baik dan skor 4. Total skor Oslo sangat
tinggi untuk pria daripada wanita (lihat tabel 2). Keringanan dengan
mendapatkan bantuan dari tetangga merupakan item individual untuk
memperlihatkan perbedaan besar (data tidak diperlihatkan).
Hubungan
antara skor total SRQ dan usia, jumlah anggota keluarga, kejadian hidup,
kecacatan dan dukungan sosial
Skor total SRQ memiliki hubungan
positif rendah (r > 0.3) dengan jumlah total kejadian hidup dan skor BDQ
untuk tiap jenis kelamin, dan memiliki hubungan negatif rendah dengan skor
total Oslo untuk wanita. Hubungan sisa (antara sko SRQ total dan usia dan
jumlah anggota keluarga) lemah (r < 0.21), seperti hubungan antara skor Oslo
dan skor SRQ untuk pria (r = - 0.10).
Untuk
pria, ada hubungan kuat skor SRQ yang tinggi dengan pernikahan, memiliki latar
belakang pendidikan yang rendah, buruh, memiliki tes diagnostik atau
pemeriksaan pada tahun lalu, dan tinggal di rumah dengan konstruksi bahan lokal
dan beton (lihat tabel 3). Untuk wanita, faktor risiko utama adalah latar
belakang pendidikan yang rendah, buruh, tergolong dalam kelompok dengan
pendapatan rendah, pernah di rawat di rumah sakit pada tahun lalu, tidak
memiliki air minum yang bersih, tinggal di rumah yang kecil, memiliki sedikit
anak berusia kurang dari 14 tahun, dan hidup di rumah dengan kontruksi bahan
lokal dan beton.
Tabel 3. Hubungan antara Pengukuran
kategorial dan total skor SRQ, untuk pria dan wanita secara terpisah
Regresi
multipel untuk skor SRQ
Usia, jenis kelamin wanita,
pendidikan rendah, pendapatan rendah, pernah dirawat di rumah sakit, memiliki
kurang dari tiga anak, dan memiliki konstruksi rumah dari bahan beton dan bahan
lokal dan setiap skor kuesioner kesemuanya memilii hubungan kuat dengan
peningkatan skor SRQ (lihat tabel 4). Dilakukan beberapa prosedur diagnostik
atau tes yang memiliki hubungan kuat dengan skor SRQ yang rendah. Nilai R2 yang
disesuaikan adalah 38.5%. hal ini berarti bahwa 38.5% varian SRQ total
dijelaskan dengan variabel di dalam analisis. Variabel multi collinearitas
tidak masalah, karena varian maksimum faktor inflamasi adalah 1.85. koefisiena
regresi untuk jenis kelamin wanita menunjukkan bahwa wanita memilii total SRQ
yang lebih tinggi 1.7 daripada pria, pada rata-rata setelah penyesuaian untuk
variabel lain di dalam analisis. Sama halnya, orang yang memiliki latar
belakang pendidikan yang rendah memiliki skor 1.11 lebih tinggi daripada mereka
dengan pendidikan yang lebih baik, orang dengan pendapatan rendah memilii skor
0.75 lebih rendah daripada mereka dengan pendapatan lebih tinggi, dan mereka
yang dirawat di rumah sakit memiliki skor 1.33 lebih tinggi daripada orang yang
tidak. Orang dengan level dukungan yang lebih tinggi memiliki skor SRQ yang
lebih rendah sebesar 0.29 per nilai meningkat pada skor dukungan, mereka dengan
kejadian hidup yang lebih banyak memiliki skor 0.63 lebih tinggi pada skor SRQ per kejadian hidup dan mereka dengan level
kecacatan yang lebih banyak memiliki skor lebih tinggi SRQ sebesar 0.17 per
nilai pada skala kecacatan.
Tabel 4. Analisis regresi linear
dengan skor total SRQ sebagai variabel tergantung
Analisis
regresi multipel untuk pria dan wanita secara terpisah
Untuk pria, usia, pendidikan
rendah, konstruksi rumah dan skor kuesioner (kecacatan, kejadian hidup dan
dukungan sosial) merupakan faktor yang sangat kuat berhubungan dengan skor SRQ
(lihat tabel 5). Penyesuaian nilai R2 sebesar 32.3% sedikit lebih
rendah daripada kelompok secara keseluruhan.
Untuk wanita, hasil
sama untuk kelompok secara keseluruhan, meskipun tidak menikah sangat kuat dan
pendidikan rendah tidakberbeda (lihat tabel 5). Penyesuaian nilai R2
sebesar 37.8% asma untuk seluruh kelompok.
Analisis
covarian membandingkan skor total SRQ pria dan wanita, setelah menghitung
perbedaan pada usia, pendidikan, pendapatan, konstruksi rumah, perawatan di
rumah sakit, kecacatan, kejadian hidup dan dukungan sosial, memperlihatkan,
meskipun faktor lain terhitung untuk beberapa perbedaan pada skor SRQ antara
pria dan wanita, setelah menghitung faktor-faktor ini. rata-rata tidak
dilakukan penyesuaian untuk pria dan wanita adalah 5.1 dan 7.7 sedangkan
penyesuaian rata-rata adalah 5.5 dan 7.4 (kesalahan standar = 0.2).
Tabel 5. Analisis regresi linear
dnegan skor total SRQ sebagai variabel tergantung : pada pria saja
Tabel 6. Analisis regresi linear
dengan skor total SRQ sebagai variabel tergantung : wanita saja
Diskusi
Penelitian ini merupakan salah satu
penelitian yang dilakukan di masyarakat perkotaan di daerah Pakistan.
Penelitian sebelumnya secara primer dari pendudukan pedesaan. Salah satu
penelitian di masyarakat perkotaan menggunakan metodologi yang kuat yang dilakukan
di Provinsi Punjab, Pakistan, dimana penulis melaporkan angka rendah morbiditas
psikiatri pada masyarakat perkampungan kumuh di perkotaan dibandingkan dengan pendudukan
pedesaan. Sama dengan hasil dari penelitian Mumford, hasil pada penelitian kami
juga memperlihatkan bahwa angka distress psikologis lebih rendah daripada
penelitian sebelumnya pada masyarakat pedesaaan di Pakistan menggunakan metodologi
yang sama. Penemuan ini dapat dipakai pada pria dan wanita meskipun prevalensi
distess psikologis memiliki nilai 2.6 lebih tinggi, pada rata-rata, pada wanita
dibandingkan dengan pria yang menurun hingga nilai 1.77 setelah penyesuaian
untuk covariasi lain. Penemuan ini sama dengan penemuan dari penelitian
sebelumnya. Pada tahun 2007, Gadit dan Mugford melaporkan perbedaan pada angka
prevalensi antara kota di Pakistan dalam penelitian melalui telefon. Mereka
menemukan bahwa kota Lahore memiliki prevalensi tertinggi (53.4%) diandingkan
dengan Quetta (43.9%) dan Karachi (35.7%). Penemuan prevalensi untuk kota
Karachi pada penelitian saat ini sama dengan laporan mereka.
Perbedaan
Kota/ Desa
Penelitian ini dan penelitian
Mumford sebelumnya terhadap masyarakat perkotaan di provinsi Punjab, Pakistan
memperlihatkan angka lebih rendah distres psikologis pada penduduk kota, yang
berbeda dengan angka tinggi dilaporkan pada masyarakat kota pada negara-negara
dengan pendapatan tinggi. Alasan untuk perbedaan ini kemungkinan dalam
pemilihan positif, individu di Pakistan
yang memiliki banyak masalah psikologis berpindah ke kota, dimana kehidupan
sosial dan sosial ekonomi lebih baik. ada perbaikan dalam fasilitas dasar,
seperti air, listrik, gas dan transportasi dan pekerjaan lebih baik, waktu
luang dan fasilitas kesehatan yang lebih baik. juga sistem dukungan sosial dalam
bentuk keluarga dan kesetiaan dari suku, yang cenderung mengurangi pengaruh faktor-faktor
seperti kurangnya kepercayaan diri dan tidak dapat mendapatkan dukungan
praktis.
Membandingkan
angka prevalensi dnegan penelitian lain
India/
Pakistan
Kami membandingkan penemuan kami
dengan penelitian sebelumya di Mandra, sebuah kota dekat Rawalpindi dan
penelitia suku kami di Desa Thooth Dhand, yang merupakan salah satu dari tujuh
agen suku di Pakistan. Pada penelitian ini dilakukan di Karachi, 19.0% pria
memiliki skor 9 atau lebih pada SRQ, yang sama dengan penelitian Mandra dengan
18% dan jauh lebih rendah daripad a45% yang dilaporkan pada penelitian suku. Hasil
yang berhubungan untuk wanita adalah 41% pada penelitian ini, 44% di Mandra dan
60% pada penelitian suku. Pad apenelitian saat ini, 16 pria dan 36.1% wanita
memiliki skor 10 atau lebih pada SRQ dibandingkan dengan 12% pria dan 45%
wanita pada penelitian di desa di Provinsi Punjab, Pakistan. Sama dengan
penelitian saat ini, prevalensi depresi cukup tinggi pada wanita pada
penelitian dengan populasi skala besar di Kota di India selatan, dan
berhubungan dnegan peningkatan usia pada wanita dan pria, status sosial ekonomi
yang rendah dan penyakit penyerta fisik.
Perbedaan
jenis kelamin
Wanita dua kali lebih sering
dibandingkan pria melaporkan depresi. Perbedaan ini meningkat pada
negara-negara dnegan pendapatan rendah. Patel dan Kleinman berpendapat bahwa,
selain faktor biologis, perbedaan stressor yang dihadapi wanita di negara
berkembang, seperti kemiskinan, kurang kesempatan untuk mendapatkan pendidikan,
kekerasan fisik oleh suami mereka, perceraian, perdagangan manusia untk tujuan
seksual dan keterbatasan kesempatan bekerja, dapat menjelaskan perbedaan ini.
sebuah penelitian cross seksional terhadap masyarakat semi kota di Karachi
melaporkan angka prevalensi depresi sebesar 30% pada wanita. Faktor-faktor yang
menyebabkan depresi adalah usia tua, kurangnya pendidikan dan ucapan kasar
dalam bermasyarakat.
Angka tinggi depresi pada wanita dibandingkan
pria juga ditemukan pada wanita pada klas atas dan menengah keatas dibandingkan
pria pada daerah sosial ekonomi diatas di kota Karachi. Angka depresi pada
wanita dua kali lebih tinggi pada pria dan terutama berhubungan dnegan masalah
pernikahan dan peranan konfilik dalam kehidupan rumah tangga. Penelitian saat
ini juga memperlihatkan bahwa masalah sosial sangat kuat berhubungan dnegan
depresi. Pada penduduk kota Karachi, seperti pada pendudukan desa Punjab,
status sosial ekonomi kelihatan memiliki pengaruh lebih beasr terhadap
kesehatan mental wanita daripada pria.
Psikososial
lain yang berhubungan dengan depresi
Penelitian ini menemukan bahwa
wanita ditemukan lebih kuat daripada pria untuk mendapatkan bantuan praktis
dari tetangga dan ada juga kecenderungan wanita memiliki skor kecacatan lebih
tinggi daripada pria. Dukungan sosial telah lama dipikir merupakan faktor yang
melindungi dari depresi. Sebuah meta analisis yang dilakukan oleh Henderson
pada tahun 1992 memasukkan 35 penelitian yang berhubungan dnegan depresi dan
dukungan sosial. Penulis melaporkan dua penemuan : ada hubungan kebalikan
antara dukungan sosial dan gejala afektif, dimana kurangnya dukungan sosial
meningkatkan risiko perkembangan depresi dan dukungan sosial beraksi sebagai hambatan
dalam menghadapi stressor berat.
Pada
penelitian sebelumnya, kurangnya edukasi dan kemelaratan kelihatan memiliki
hubungan kuat dengan depresi. Penelitian ini menemukan bahwa edukasi yang
rendah menyebabkan angka tinggi distress dan sepertinya kurangnya level
pendidikan menghasilkan keterbatasasan pemahaman mengenai jasa kesehatna dan
berikutnya kurangnya perilaku untuk mencaribantan kesehatna. Sebuah penelitian
menggunakan data survey kesehatan dari 22 negara berkembang memperlihatkan
bahwa ibu yang berpendidikan sepertinya lebih sering memiliki perilaku mencari
layanan kesehatna. Penelitian lain pada wanita post partum menemukan bahwa
angka rendah pendidikan merupakan faktor risiko untuk depresi.
Meskipun
Karachi memiliki penduduk dengan jumlah migrasi yang besar, diperkirakan 90%
berasal dari latar belakang suku bangsa berbeda, penelitian ini dilakukan di
kota Arafat di Karachi, yang secara khusus perkembangan kota pada kota besar.
Kebanyakan orang yang hidup adlaah migrasi dari pedesaan Punjab. Penulis
menemukan bahwa hasil dari penelitian ini tidak dapat mewakili seluruh penduduk
Pakistan, khususnya provinsi Baluchistan dan provinsi North west Frontier.
Penelitian
prospektif selanjutnya memasukkan penelitian di kota lain Pakistan akan memberikan
pemahaman yang lebih baik mengenai kesehatan mental dan faktor lingkungan dan
pengaruh dari migrasi internal ke kota besar di Pakistan.
Penemuan
dari penelitian ini memiliki makna kesehatan publik dan implikasi kebijakan. Pada
Individu dengan pendapatan rendah, gejala depresi dan kecemasan lebih sering
pada mereka karena kurangnya kesempatan untuk mendapatkan sumber dan
mendapatkan pekerjaan untuk mengatasi masalah keuangan sehingga mereka terus
mengalami depresi dan kecemasan. Individu ini perlu dikenali dan diterapi
secara tepat. Peningkatan risiko depresi pada wanita, secara khusus dipertimbangkan
terhadap kesehatan mental ibu dan secara keseluruhan terhadap keluarga, membuat
sangat penting dibuat program pemeriksaan untuk populasi yang berisiko tinggi
ini.
Kekuatan
dan kelemahan Dari Penelitian ini
Kekuatan dari penelitian ini adalah
tingginya angka respon sebesar 93.8%, yang menggambarkan angka tinggi yang
dapat diterima untuk penelitian pada populasi lokal. Penggunaaan skala yang valid
pada penelitian ini, seperti SRQ, membuat validitas pada penelitian Urdu
sebelumnya di Pakistan dapat diperkuat.
Salah
satu kekurangan dari penelitian ini adalah bahwa kecacatan dan penilaian
dukungan sosial yang dipakai adalah subjektif, yang dapat menghasilkan bias
dalam respon dari partisipan yang mengalami depresi. Keterbatasan lain adalah
kepercayaan menggunakan kuesioner laporan sendiri dan bentuk cross seksional,
yang berarti bahwa tidak mungkin untuk menentukan arah hubungan antara distress
sosial dan hubungannya.
Comments
Post a Comment