Skip to main content

DIABETES DAN PENYAKIT KARDIOVASKULAR



BAB 29
DIABETES DAN PENYAKIT KARDIOVASKULAR
Kan Liu

PENDAHULUAN
Diabetes melitus mempengaruhi lebih dari 10% populasi penduduk Amerika Serikat dan prevalensinya meningkat pada populasi usia lanjut dan berkembang lebih obes. Penyakit ini mengklaim fraksi yang tidak proporsional dari biaya kesehatan, sebagai hasil tidak hanya biaya yang melibatkan perawatan diabetes itu sendiri tapi juga mereka yang telibat dalam merawat komplikasi dari penyakit ini. Komplikasi kardiovaskular merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas yang berhubungan. Bab ini fokus pada  pathogenesis , manifestasi klinis , dan manajemen  dari penyakit  kardiovaskular yang bervariasi termasuk penyakit janjtung koroner (CHD) dan gagal jantung  kongestif (CHF) sekaligus  juga strategi pengurangan risiko jantung pada pasien diabetik.

Untuk download file microsoft word klik link berikut: Diabetes dan Penyakit Kardiovaskular Microsoft Word.
Bila masih bingung cara download file, baca petunjuk download berikut: Download File di MediaFire.

PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA DIABETES
Pengenalan
Dibandingkan dengan non diabetik, pasien diabetic mempunyai prevalensi CHD yang lebih tinggi, angka lebih tinggi dari infark miokard,  beban iskemik, yang lebih besar, dan hasil post-MI dan long-term survival  yang lebih jelek. Risiko jantung pada individu diabetik 2 sampai 4 kali lebih besar dari pada mereka yang non-diabetik. Diabetes dipertimbangkan oleh National Cholesterol Education Program/Adult Treatment Panel III (NCEP/ATP III) guidelines menjadi risiko ekuivalen penyakit arteri koroner (CAD).

Penyebab
Patofisiologi
Mekanisme multiple telah diajukan yang bertanggungjawab untuk peningkatan risiko CAD pada pasien diabetik, termasuk disfungsi endotelial dan enhanced thrombosis development. Ateroma koroner dari pasien diabetic terdiri dari jaringan yang lebih kaya lemak dan infiltrasi makrofag, yang meningkatkan risiko rupture plak dan selanjunya perkembangan thrombosis juga terdapat agresi platelet yang lebih tinggi dan aktivasi  bersama dengan perkembangan kolateral koroner yang  jelek.
 


Presentasi
Presentasi Klinis
Keparahan klinis  MI akut pada diabetic sering besar  daripada non-diabetik meskipun dengan ukuran infark dan fraksi ejeksi (EF) ventrikel kiri yang mirip. Edema pulmonal akut  akibat CHF terjadi lebih sering pada penyakit  jantung diabetic, seperti juga aritmia akibat heteogenitas regional pada innervasi simpatetik dan instabilitas elektis miokardial. Pasien diabetic juga memilki risiko lebih tinggi dari komplikasi non-jantung  lain, seperti gagal ginjal.  

Gejala
Diabetik cenderung memiliki blunred appreciation dari nyeri iskemik, yang dapat menghasilkan gejala angina atipikal, silent ischemia, atau bahkan silent infarction denervasi otonom akibat neuropati diabetic mungkin menjadi mekanisme yang mendasari.

Manajemen
Diagnosis
Guideline saa ini dari American College of Cardiology/American Heart Association (ACC/AHA) tudak mengarahkan diagnosis dan utilitas prognostik dari tes EKG latihan yang spesifik pada pasien diabetik dengan:

·         Gejala jantung tipikal atau atipikal

·         EKG istirahat menyarankan iskemia atau infark

·         Penyakit arterial oklusif karotid atau periferal

·         Sedentary lifestyle dan usia ≥35 tahun dengan rencana memulai program latihan berat

·         Dua atau lebih faktor risiko tambahan pada diabetes:
Ø  Kolesterol total ≥240 mg/dL
Ø  Kolesterol LDL ≥160 mg/dL
Ø  Kolesterol HDL ≤35 mg/dL
Ø  Tekanan darah ≥140/90 mmHg
Ø  Merokok
Ø  Riwayat keluarga CAD prematur
Ø  Mikroalbuminuria

Tes Diagnostik
Untuk deskripsi modalitas tes stress diagnostik, lihat Bab 3. Seperti yang berlaku pada pasien diabetik, beberapa poin berharga untuk disebutkan:

  • Sensitivitas dan spesifisitas diagnostik dari tes EKG latihan mirip untuk pasien diabetik dan non-diabetik.
  •  Imaging perfusi miokardial memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang lebih tinggi pada populasi ini dibandingkan dengan EKG latihan saja.
  • Pasien diabetik dengan EKG stress normal mungkin memiliki risiko yang lebih besar untuk kejadian kardiovaskular selanjutnya daripada pasien non-diabetik, khususnya diatas 2 tahun.
  • Kalsifikasi koroner yang lebih ekstensif pada diabetik dapat menghalangi interpretasi keparahan stenosis koroner pada CT angiografi.


Terapi Sindrom Koroner Akut

  • Infark miokard elevasi segmen-ST (STEMI): seperti pada non-diabetik, pasien diabetik dengan STEMI harus menerima reperfusi koroner segera baik dengan PCI atau terapi trombolitik jika tidak terdapat kontraindikasi.
  • Angina tidak stabil (UA)/non-STEMI (NSTEMI): seperti pada non-diabetik, pasien diabetik dengan UA/NSTEMI harus dipertimbangkan sebagai kandidat untuk terapi invasif awal diikuti dengan revaskularisasi jika tepat.
  • Terapi medis: Terapi medis pada keadaan sindrom koroner akut (ACS) mirip dengan yang non-diabetik (lihat Bab 8). Seperti non-diabetik, pasien diabetik harus diberikan agen antiplatelet [aspirin(ASA), clopidogrel, dan glikoprotein (GP) IIb/IIIa inhibitor], antikoagulasi, juga ACE inhibitor dan ARB. Poin yang harus diperhatikan pada pasien diabetik yaitu:

Ø  Beta blocker dulunya kurang disukai, tapi keseluruhan benefit telah ditemukan paling tidak sama atau bahkan lebih daripada yang terlihat pada pasien non-diabetik.
Ø  Antagonis aldosteron memiliki indikasi kelas I untuk pasien diabetik setelah MI akut, pada keadaan:
§  Fraksi ejeksi ventrikel kiri (LVEF) ≤40%
§  Menerima ACE inhibitor
§  Kreatinin serum ≤2.5 mg/dL (pria) atau ≤2.0 mg/dL (wanita)
§  Potassium serum ≤5.0 meq/L
Ø  Target tekanan darah harus <130/80 untuk pasien diabetik.
Ø  Kontrol glikemik sangat penting. Baik diabetik dan non-diabetik yang memiliki MI akut akan sangat diuntungkan dari kontrol glukosa darah yang ketat. Guideline 2004 untuk kontrol sistemik pada STEMI (yang juga berlaku untuk NSTEMI) yaitu:
§  Rekomendasi kelas I: infus insulin untuk menormalisasi glukosa darah pada pasien dengan complicated course tanpa melihat apakah pasien memiliki diagnosis diabetes.
§  Rekomendasi kelas IIa: infus insulin pada seluruh pasien MI dengan hiperglikemia.
§  Kontrol glikemik ketat harus diperlihata setelah dipulangkan dengan target HbA1c <7% (lihat “Pengurangan Faktor Risiko Jantung pada Diabetes” dibawah).
Ø  Untuk detailnya mengenai revaskularisasi, lihat Bab 8 dan 9.

Komplikasi
Pasien diabetik sangat cenderung mengalami komplikasi yang berhubungan dengan MI, termasuk angina postinfark dan gagal jantung.

Topik Spesial
Terapi Revaskularisasi untuk Angina Stabil pada Pasien Diabetes. Tidak seperti pasien diabetik dengan ACS, strategi revaskularisasi untuk pasien diabetik dengan angina stabil masih kontroversial. Pada pasien diabetik dengan CHD stabil, terdapat peredaan hasil diantara mereka yang menerima revaskularisasi koroner dan mereka yang awalnya menerima manajemen medis intensif? The Bypass Angioplasty Revascularization Invenstigation 2 Diabetes (BARI 2D) merupakan trial klinis yang sedang berlangsung untuk mengarahkan isu ini. Berdasarkan BARI dan ARTS I trial dan meta-analisis selanjutnya, coronary artery bypass grafting (CABG) telah sejak dulu lebih diutamakan ke PCI pada pasien diabetes dengan penyakit multivessel. Meski begitu, rekomendasi ini dibuat sebelum ketersediaan drug-eluting stents.

GAGAL JANTUNG PADA DIABETES
Pengenalan
Diabetes mempengaruhi struktur jantung dan fungsi independen tekanan darah atau CHD. Lebih dari 30 tahun lalu, Rubbler et al. memperkenalkan istilah “kardiomiopati diabetik”, berdasarkan temuan postmortem. Insiden yang lebih tinggi gagal jantung pada pasien diabetes telah dianggap berasal dari kelainan subklinis yang telah ada dari fungsi ventikular kiri.
Pada keadaan terdapat diabetes, risiko gagal jantung 2.4 kali lebih tingi pada laki-laki dan 5 kali lebih tinggi pada perempuan. Diabetes memprediksi gagal jantung independen dengan hipertensi atau CHD yang koeksis. Setiap peningkatan HbA1c berhubungan dengan peningkatan risiko 8% dari gagal jantung. Insidensi gagal jantung setelah revaskularisasi dengan PCI atau CABG juga lebih besar pada diabetik.

Penyebab
Patofisiologi
Secara kasar, jantung diabetik (Gambar 29-1) memiliki peningkatan massa ventrikular kiri, ketebalan dinding, dan kekakuan arteri. Perubahan patologi mikroskopik termasuk fibrosis miokardial, infiltrasi interstitium dengan material periodic acid-Schiff-positive, dan perubahan pada myocardial capillary basement membrane. Pada studi autopsi, skor katekolamin miokardial telah kosong pada pasien diabetik yang dapat mengganggu fungsi jantung sistolik dan diastolik. Sehingga, neuropati otonom dapat sebagian berkonstribusi pada perkembangan disfungsi ventrikel kiri pada keadaan diabetes. Defisiensi insulin atau resistence impairs glucose availability dari miosit jantung, menghasilkan perubahan dari metabolisme glukosa menjadi asam lemak. Patologi mikrosirkulasi koroner berpadan pada perkembangan kardiomiopati diabetik. Nitrit oksida terganggu dan fungsi vascular endothelial growth factor (VEGF) berkonstribusi pada defek ini.



Gambar 29-1. Hubungan secara hipotesis perubahan metabolik fungsi jantung pada diabetes.

Presentasi
Presentasi Klinis
Presentasi klinis pasien kardiomiopati diabetik mirip dengan kardiomiopati jenis lainnya. Manifestasi klinis baik dari disfungsi sistolik atau diastolik telah ditemukan pada 27% sampai 70% pasien diabetik asimptomatik, berdasarkan beberapa studi. Studi multipel mengindikasikan bahwa level mikroalbuminuria urin proporsional sampai pada derajat disfungsi diastolik jantung pada pasien diabetik. Pada pandangan ini, adanya mikroalbuminuria urin mengharuskan pemeriksaan ekokardiografi dengan evaluasi pulsed-wave Doppler, bahkan pada pasien diabetik asimptomatik.

Manajemen
Terapi

Kontrol glikemik sangat penting pada pasien diabetes untuk mencegah perkembangan dari disfungsi diastolik dini menjadi gagal jantung yang jelas. Terapi ACE inhibitor harus diberikan tanpa melihat derajat disfungsi ventrikular kiri untuk menurunkan hipertrifu ventrikel kiri dan fibrosis miokardial, mencegah remodeling miokardial, memperbaiki fungsi endotel, dan menurunkan resistensi insulin. Jika ACE inhibitor tidak dapat ditoleransi, ARB dapat digunakan sebagai terapi alternatif. Beta blocker harus diutilisasi, sejak kriteria diagnostik yang barumempertimbangkan adanya diabetes sebagai gagal jantung stadium 1. Beta blocker mencegah proses remodeling dan memindahkan metabolisme miokard dari asam lemak menjadi glukosa, yang dapat mereduksi lipotoksisitas pada miosit jantung. Thiazolidinediones menurunkan konten asam lemak miokard dan metabolik toksiknya dan juga memperbaiki fungsi ventrikular. Meski begitu, thiazolidinediones dapat menyebabkan retensi cairan dan kontraindikasi pada NHYA kelas fungsional III atau IV gagal jantung. Perhatian saat ini mengenai roziglitazone menyarankan harus hati-hati ketika digunakan pada pasien dengan CAD atau CHF signifikan. Antagonis aldosteron memiliki efek antifibrotik pada perkembangan kardiomiopati. Meskipun begitu, tidak ada data yang tersedia spesifik mengenai penggunaanya pada terapi kardiomiopati diabetes. Diabetes dianggap sebagai konraindikasi relatif untuk transplantasi jantung. Pasien dengan komorbiditas diabetik multipel mungkin memiliki hasil yang lebih baik ketika diterapi dengan terapi lainnya, seperti alat bantu mekanis. Meskipun begitu, diabetes jangan menjadi sebuah prioritas dikeluarkan dari pertimbangan untuk transplantasi, khususnya jika mereka bebas dari komplikasi diabetik signifikan.

PENGURANGAN FAKTOR RISIKO JANTUNG PADA DIABETES
Pengenalan
Sejumlah faktor risiko yang dapat dimodifikasi untuk CHD dan gagal jantung pada pasien diabetik telah diidentifikasi. Ini termasuk obesitas, hipertensi, dislipidemia, dan merokok. Terdapat bukti berarti yang mengindikasikan pengurangan substansial pada mortalitas kardiovaskular dapat dicapai dengan pengurangan risiko jantung multifaktorial.

Manajemen
Aspirin
Terapi aspirin harian berguna pada pasien diabetik dengan CAD. Meski begitu tidak terdapat penelitian yang tidak acak tersedia mengenai pencegahan primer pada populasi diabetes.
Kontrol Tekanan Darah
The United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) menyarankan bahwa setiap pengurangan 10 mmHg tekanan sistolik rata-rata berhubungan dengan pengurangan 12% risiko komplikasi diabetik. Target tekanan darah untuk pasien diabetik yaitu ≤130/80 mmHg. Nilai yang lebih rendah mungkin menguntungkan pada pasien dengan nefropati diabetik. Kombinasi terapi dengan ACE inhibitor/ARB dan beta blocker sering dibutuhkan pada pasien dengan hipertensi dan diabetes.

Kontrol Lipid Serum
Skrining untuk kelainan lipid harus dilakukan paling tidak setahun pada pasien diabetik dan lebih sering jika dibutuhkan. Penggunaan statin direkomendasikan untuk pencegahan sekunder pada semua pasien diabetik dengan penyakit kardiovaskular, dengan target kolesterol LDL <70 mg/dL. ADA merekomendasikan kolesterol LDL <100 mg/dL sebagai target primer untuk semua pasien diabetes meski pada absennya CHD yang diketahui. Terapi statin harus dimulai pada pasien usia >40 tahun tanpa penyakit kardiovaskular yang jelas untuk mencapai penurunan kolesterol LDL 30% sampai 40%, tanpa melihat baseline level kolesterol LDL. Kolesterol non-HDL muncul khususnya sebagai prediktor kuat CHD baik pada pria dan wanita dengan diabetes.

Kontrol Glikemik
Progresi komplikasi kardiovaskular berhubungan tidak hanya dengan durasi diabetes tapi juga dengan kontrol level glukosa. Kontrol glukosa yang jelek dan onset penyakit dibawah usia 20 tahun sering berhubungan dengan disfungsi organ target progresif, termasuk koroner, serebral, dan penyakit vaskular perifer. Kontrol glikemik yang ketat direkomendasikan baik bagi diabetes tipe 1 dan tipe 2 karena menunjukkan keuntungan dalam hal penyakit mikrovaskular. Pentingnya kontrol glukosa ketat untuk perlindungan melawan penyakit kardiovaskular telah ditentukan pada diabetes tipe 1. Meskipun begitu, hubungan yang mirip masih belum ditentukan untuk pada diabetes tipe 2. Rekomendasi ADA saat ini yaitu untuk mencapai target HbA1c <7%. Target yang lebih ketat dapat dipertimbangkan pada pasien individual. HbA1c harus dicek paling tidak dua kali setahun pada pasien dengan kontrol glikemik yang stabil dan empat kali setahun pada pasien dengan kontrol glikemik yang jelek.

Topik Spesial
CHD Sebelum Diabetes. Diabetes mungkin dapat pertama kali didiagnosis pada keadaan MI akut. Glukosa plasma puasa dan HbA1c harus rutin diukur selama hospitalisasi pada pasien non-diabetik dengan MI akut. Nilai yang meningkat tapi tidak memenuhi kriteria untuk diabetes (misalnya glukosa puasa terganggu atau toleransi glukosa terganggu) harus diulangi setelah dipulangkan untuk identifikasi mereka yang berada pada peningkatan risiko. Jika diagnosis telah dikonfirmasi, terapi glikemik harus dimulai sedini mungkin.

POIN KUNCI UNTUK DIINGAT

  • Diabetes dianggap ekuivalen risiko CAD.
  • Pasien diabetik memiliki angka MI yang lebih tinggi, beban iskemik yang lebih besar, dan lebih banyak silent symptoms, dan hasil post-MI dan long-term survival yang lebih jelek. 
  • CABG telah secara tradisional diutamakan dari PCI pada pasien diabetik dengan penyakit multivessel, tapi ini dapat berubah dengan datangnya drug-eluting stents dan menunda hasil trial klinis yang saat ini sedang berjalan.
  • Diabetes mempengaruhi struktur jantung dan fungsi independen dari tekanan darah atau CHD.
  • Fungsi sistolik jantung abnormal sering ada pada stadium sangat awal bahkan pada pasien diabetik asimptomatik.
  • Mikroalbuminuria urin proporsional sampai pada derajat disfungsi sistolik jantung pada pasien diabetik.
  •  Pada absennya kontraindikasi, ACE inhibitor atau ARB harus digunakan pada pasien diabetes tanpa melihat derajat disfungsi ventrikularnya.
  • Target kontrol tekanan darah pada pasien diabetes yaitu ≤130/80 mmHg dan bahkan lebih rendah pada pasien dengan nefropati diabetik.
  • Target saat ini untuk kontrol glikemik yaitu untuk mencapai HbA1c <7%. Lebih banyak target keras/adekuat mungkin dibutuhkan.
  • Kontrol lipid serum sangat penting pada pasien diabetes untuk reduksi risiko jantung.
  • Target kolesterol LDL untuk pasien dengan CAD yaitu <70 mg/dL.

REFERENSI
Abaci A, Oguzhan A, Eryol NK, et al. Effect of diabetes mellitus on formation of coronary collateral vessels.  Circulation  1999;100(22):2219-2223.

Adler AI, Stratton IM, Neil HA, et al. Association of systolic blood pleasure with macrovascular and microvascular complications of type 2 diabetes (UKPDS 36): prospective observational study.  BMJ  2000;321(7258):412-419.

Albers AR, Krichavsky MZ,Balady GJ. Stress testing in patiens with diabetes mellitus: diagnostic and prognostic value. Circulation  2006;113(4):583-592.

Antiplatelet Trialists Collaboration. Collaborative overview of randomized trials of antiplatelet therapy--- I: Prevention of death, myocardical infarction, and stroke by prolonged antiplatelet therapy in various categories of patiens. BMJ 1994;308(6921):81-106.

Bell DSH, Use of beta blockers in patients with diabetes. Endocrinologist 200313:116-123.

Bypass Angioplasty Revascularization Investigation 2 Diabetes (BARI 2D) Trial Investigators. Am J Cardiol 2006;97(12A):9G-19G.

Camici PG, Crea . Coronary microvascular dysfunction. N Engl J Med 2007;356(8):830-840.

Galderisi M. Diastolic dysfunction  and diabetic cardiomyopathy: evaluation by Doppler echocardiography. J Am Coll Cardiol 2006;48(8):1548-1551.

Gundersen T, Kjekshus J. Timolol treatmentafter myocardial infarction in diabetic patients. Diabetes Care 1983;6(3):285-290.

Haffner SM,Letho S, Letho S, Ronnemaa T, et al. Mortality from coronary heart disease in subject with type 2 diabetes and in nondiabetic subject with and without prior  myocardial infarction.  N Engl J Med  1998;339(4):229-234.

Iribarren C, Karter Aj, Go AS, et al. Glycemic control and heart failure among adult patients with diabetes.  Circulations  2001;102(22):2668-2673.

Kambara N, Holycross BJ, Wung P, et al. Combined effect of low-dose oral spironolactone and captopril therapy and in a rat model of spontaneous hypertension and heart failure. J Cardiovasc Pharmacol  2003;41:830-837.

Kannel W, Hjortland M, Castelli W. Role of Diabetes in congestive heart failure. The Framingham Study. Am J Cardiol 1974;34:29.

Lu W,Restnick HE, Jablonski KA, Jones KL, et al. Non-HDL cholesterol  as a predictor of cardiovascular disease in type 2 diabetes: the strong heart study. Diabetes care  2003;26(1):16-23.

Mak KH, Topol EJ. Emerging concepts in the management of acute myocardial infarction in patients with diabetes mellitus.  J Am Coll Cardiol 2003:35(3): 563-568.

Marso S. The Handbook of Diabetes Mellitus and Cardiovascular Disase. London: Remedica; 2003.

McQueen MJ, Gerstein HC, Pogue J, et al. Reevaluation by high-performance liquid chromatography: clinical significance of microalbuminuria in individuals at high risk of cardiovascular disease in the Heart Outcomes Prevention Evaluation (HOPE) study. Am J Kidney Dis  2006;48(6):889-896.

Nathan DM, Cleary PA, Backlund JY, et al. Intensive diabetes treatment and cardiovascular disease in patients with type 1 diabetes. N Engl J Med 2005;353(25):2643-2653.

Porte D, Sherwin RS, Baron A, eds.  Ellenberg  and Rifkin’s Diabetes Mellitus, 6th ed. New York: McGraw Hill; 2003.

Roffi M, Chew DP, Mukherjee D, et al. Platelet glycoprotein IIb/IIIa inhibitors reduce mortality in diabetic patients with non-ST-segment-elevation acute coronary syndromes. Circulation 2001;104(23)2767-2771.

Rubler S, Dlugash J, Yuceoglu YZ. New type of cadiomyopathy associated with diabetic glomerulosclerosis. Am J Cardiol  1972;30:595.

Russo MJ, Chen JM, Hong K, et al. Survival after heart transplantation is not diminished among recipients with uncomplicated diabetes mellitus: an analysis of the United Network of Organ Sharing database. Circulation 2006;114:2280-2287.

Sobel BE, Schneider DJ, Medical Management of Diabetes and Heart Disease. New York: Marcel Dekker;2002.

Stevens MJ, Raffel DM, Allman KC, et al. Cardiac sympathetic dysinnervation in diabetes: implications for enhanced cardiovascular risk. Circulations 1998;98(10):961-968.

The Bypass Angioplasty Revascularization Investigation (BARI) Invesigators. Comparison of coronary bypass surgery with angioplasty in patients with multivessel disease. N Engl J Med 1996;335(4):217-225.

Third Report of the National Cholesteol Education Program (NCEP) Expert Panel on Treatment of High Blood Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III) final report. Circulation 2002;106:3143.

Wackers FJ, Young LH, Inzucchi SA, et al. Detection of silent myocardial ischemia in asymptomatic diabetic subject: the DIAD study. Diabetes Care 2004;27:1954-1961.

Yudkin JS. How can we best prolog life? Benefits of coronary risk factor reducation in nondiabetic and diabetic subject. BMJ 1993;306(6888):1313-1318.

Zarich SW, Arbuckle BE, Cohen LR, et al. Diastolic abnormalities in young asymptomatic patients assessed by pulsed Doppler echocardiography. J Am Coll Cardiol 1998;12(1):114-120.

Zhou Y-T, Graburn P, Karim A, et al. Lipotoxic heart disease in obese rats: implcationts for human obesity. Proc Natl Acad Sci USA 2000;97:1784-1789.

Zuanetti G, Latini R, Maggioni AP, et al. Effect of the ACE inhibitor lisinopril on mortality in diabetic patients with acute myocardial infarction: data from the GISSI-3 study. Circulation 1997;96(12):4239-4245.


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pidato Bahasa Inggris Singkat Pramuka: Scout is Always Ahead

KLIK DISINI UNTUK DOWNLOAD FILE WORD “ Scout is Always Ahead” Assalamu’alaikumWr. Wb. Good Morning / afternoon / evening. (liat situasi) The honorable jud g es, and my beloved friends. First of all, lets pray and thanks to our God ALLAH SWT the creator of everything in this universe for giving us a chance to gather in this place. Secondly, may peace and solutation always be given to our beloved prophet Muhammad SAW who has guided us from the darkness to the brightness, from jahiliyah era to the Islamiyah era namely Islamic religion that we love. Thanks for the opportunity that you given to me. In this good occasion, I would like to give a short speech about ‘ Scout is Always Ahead ’. Let us interpret the deeper that scouts should be at the forefront of every life as a pioneer and role model.   Do not even run away and hide if problems come off. We know, today's younger generation is more likely to run away from the problem and avoid the challen

GANGGUAN PERKEMBANGAN MOTORIK PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN A.        Latar Belakang Seorang anak dapat mengalami keterlambatan perkembangan di hanya satu ranah perkembangan saja, atau dapat pula di lebih dari satu ranah perkembangan.Keterlambatan perkembangan umum atau global developmental delay merupakan keadaan keterlambatan perkembangan yang bermakna pada dua atau lebih ranah perkembangan.Secara garis besar, ranah perkembangan anak terdiri atas motor kasar, motor halus, bahasa / bicara, dan personal sosial / kemandirian.Sekitar 5 hingga 10% anak diperkirakan mengalami keterlambatan perkembangan. Data angka kejadian keterlambatan perkembangan umum belum diketahui dengan pasti, namun diperkirakan sekitar 1-3% anak di bawah usia 5 tahun mengalami keterlambatan perkembangan umum. 1 Gangguan koordinasi motorik diketahui diderita 1 dari 20 anak usia sekolah. Ciri utamanya adalah gangguan perkembangan motorik, terutama motorik halus.Sebenarnya gangguan ini mengenai motorik kasar dan motorik halus, tetapi yang sanga

Pidato Bahasa Inggris Singkat Pramuka “The Importance of Scouts Education to Build Nation’s Character”

  “ The Importance of Scouts Education to Build Nation’s Character ” Assalamu’alaikum Wr. Wb. Good Morning. The honorable judges, and my beloved friends. First of all, lets pray and thanks to our God ALLAH SWT the creator of everything in this universe for giving us a chance to gather in this place. Secondly, may peace and solutation always be given to our beloved prophet Muhammad SAW who has guided us from the darkness to the brightness, from jahiliyah era to the Islamiyah era namely Islamic religion that we love. Thanks for the opportunity that has been given to me. In this occasion, I would like to give a short speech about “ The Importance of Scouts Education to Build Nation’s Character ”. Ladies and gentlemans, As we all know, scouts is the only organization that has assigned scouting education for children and young people of Indonesia. It was formed by merging nearly sixty scouting organizations with intentions to be a foundation of the nation’s unity

Sirkuit Kortikal-Ganglia Basalis-Thalamus

BAB I PENDAHULUAN Ganglia basalis yang mengatur kontrol motorik juga terlibat dalam banyak neuronal pathways seperti fungsi emosional, motivasional, assosiatif, dan juga fungsi kognitif. 1 Hubungan antara ganglia basalis dan regio korteks cerebri memperbolehkan koneksi-koneksi yang diorganisasikan menjadi sirkuit tersendiri. Aktivitas neuronal didalam ganglia basalis berhubungan dengan area motorik korteks cerebri dan   parameter pergerakan. 2 Sirkuit kortikal-ganglia basalis-thalamus menjaga organisasi somatotopik neuron yang berhubungan dengan gerakan. Sirkuit ini memperlihatkan subdivisi fungsional dari sirkuit okulomotor, prefrontal dan sirkuit cingulate, yang memainkan peran penting dalam atensi, pembelajaran dan potensiasi aturan behaviour-guiding . Keterlibatan ganglia basalis berhubungan dengan gerakan involunter dan stereotipe atau penghentian gerakan tanpa keterlibatan dari fungsi motorik volunter, seperti pada penyakit Parkinson, penyakit Wilson, progressive supr

Eighth Joint National Committee (JNC 8)

Review: Eighth Joint National Committee (JNC 8) Guideline berbasis bukti untuk manajemen tekanan darah tinggi pada orang dewasa 2014 Hipertensi merupakan kondisi umum yang paling sering ditemukan pada pusat kesehatan primer dan mengarah pada infark miokard, stroke, gagal ginjal, dan kematian bila tidak dideteksi dini dan diterapi secara tepat. Pasien ingin diyakinkan bahwa terapi tekanan darah akan mengurangi beban penyakitnya, sementara dokter menginginkan petunjuk pada manajemen hipertensi menggunakan bukti scientific terbaik. Laporan ini menggunakan pendekatan berbasis bukti yang teliti untuk rekomendasi ambang batas ( threshold ) terapi, target, dan obat-obatan dalam manajemen hipertensi pada orang dewasa. Bukti diambil dari randomized controlled trials , yang mewakili gold standard untuk menentukan efisiensi dan efektivitas. Kualitas bukti dan rekomendasi dinilai berdasarkan efeknya pada hasil yang signifikan. Untuk download file microsoft word yang lebih lengka

Pidato bahasa inggris singkat : National Examination as a dreams destroyer

Speech “National Examinations as dreams destroyer” Good Morning. The honorable teachers, and my beloved friends. Thanks for the opportunity that you given to me. In this chance, I would like to deliver a speech with tittle “ National examination as dreams destroyer”. Ladies and gentlemans, National examination is less than two weeks from now. But there’s always a controversial about that. The big question is “what for?” Do we need a national examination to improve the quality of education? Let’s check it out. For the government, a standardized national test means to control the quality of the schools, so that in the future, all schools in this country can meet the minimum demand of the national standard. This year the passing grade for the national examination is 4.25 of 10 (last year 4.01). For the school, the national examination will determine their prestige on the national stage. For the teachers, the national examination requires them no skills but drilling. For the st

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK TUTORIAL MODUL GANGGUAN HAID: DISMENORE (NYERI HAID)

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK TUTORIAL  MODUL GANGGUAN HAID: DISMENORE (NYERI HAID) Klik disini untuk download file microsoft word. BAB I PENDAHULUAN             Haid atau menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan endometrium (Prawirohardjo, 1999). Menurut Fitria (2007), haid atau menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan perdarahan dan terjadi berulang setiap bulan kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi merupakan masa reproduktif pada kehidupan seorang wanita, dimulai dari menarche sampai terjadinya menopause. Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting dalam reproduksi, pada manusia biasanya terjadi setiap bulan antara usia pubertas dan menopause.             Kelainan-kelainan siklus menstruasi antara lain adalah: Amenore, Dismenore, Menorrhagia, dan PMS. Pada laporan ini kelompo

Patofisiologi pembentukan plaque pada aterosklerosis

Pendahuluan Penyakit kardiovaskular (Cardiovascular disesae/CVD) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas, terutama di negara-negara Barat baru kemudian stroke. Tapi, gejala ini juga mulai nampak di negara-negara berkembang. Mayoritas penyakit kardiovaskular dan stroke terjadi karena komplikasi atherosklerosis. Selama lebih dari 150 tahun, berbagai usaha dilakukan untuk menjelaskan kejadian kompleks di balik terjadinya aterosklerosis. Dan, salah satu hipotesis cukup kuat adalah terjadinya oksidasi yang ikut andil dalam proses aterosklerosis. 1 Data epidemiologi menunjukkan dengan jelas bahwa pada sebagian populasi masyarakat terdapat fenomena peningkatan kadar lipid, yang dikaitkan dengan peningkatan penyakit kardiovaskular dan mortalitas (kematian). Kebanyakan negara maju berhasil menurunkan resiko kardiovaskular melalui promosi kesehatan sehingga terjadi perubahan gaya hidup. Di Indonesia sendiri belum ada data mengenai hal ini. 1 Pengaturan diet makanan saja sebenar

ASD (Atrial Septal Defek)

DEFINISI Atrial Septal Defect (ASD) adalah terdapatnya hubungan antara atrium kanan dengan atrium kiri yang tidak ditutup oleh katup ( Markum, 1991). ASD adalah defek pada sekat yang memisahkan atrium kiri dan kanan. (Sudigdo Sastroasmoro, 1994). ASD adalah penyakit jantung bawaan berupa lubang (defek) pada septum interatrial (sekat antar serambi) yang terjadi karena kegagalan fungsi septum interatrial semasa janin. Defek Septum Atrium (ASD, Atrial Septal Defect) adalah suatu lubang pada dinding (septum) yang memisahkan jantung bagian atas (atrium kiri dan atrium kanan). Kelainan jantung ini mirip seperti VSD, tetapi letak kebocoran di septum antara serambi kiri dan kanan. Kelainan ini menimbulkan keluhan yang lebih ringan dibanding VSD. Atrial Septal Defect adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri. Kelainan jantung bawaan yang memerlukan pembedahan jantung terbuka adalah defek sekat atrium. Defek sekat atrium adalah hu