BAB
29
DIABETES
DAN PENYAKIT KARDIOVASKULAR
Kan
Liu
PENDAHULUAN
Diabetes
melitus mempengaruhi lebih dari 10% populasi penduduk Amerika Serikat dan
prevalensinya meningkat pada populasi usia lanjut dan berkembang lebih obes.
Penyakit ini mengklaim fraksi yang tidak proporsional dari biaya kesehatan,
sebagai hasil tidak hanya biaya yang melibatkan perawatan diabetes itu sendiri
tapi juga mereka yang telibat dalam merawat komplikasi dari penyakit ini.
Komplikasi kardiovaskular merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
yang berhubungan. Bab ini fokus pada
pathogenesis , manifestasi klinis , dan manajemen dari penyakit
kardiovaskular yang bervariasi termasuk penyakit janjtung koroner (CHD)
dan gagal jantung kongestif (CHF)
sekaligus juga strategi pengurangan
risiko jantung pada pasien diabetik.
Untuk download file microsoft word klik link berikut: Diabetes dan Penyakit Kardiovaskular Microsoft Word.
Bila masih bingung cara download file, baca petunjuk download berikut: Download File di MediaFire.
Untuk download file microsoft word klik link berikut: Diabetes dan Penyakit Kardiovaskular Microsoft Word.
Bila masih bingung cara download file, baca petunjuk download berikut: Download File di MediaFire.
PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA
DIABETES
Pengenalan
Dibandingkan
dengan non diabetik, pasien diabetic mempunyai prevalensi CHD yang lebih
tinggi, angka lebih tinggi dari infark miokard, beban iskemik, yang lebih besar, dan hasil
post-MI dan long-term survival yang lebih jelek. Risiko jantung pada individu
diabetik 2 sampai 4 kali lebih besar dari pada mereka yang non-diabetik.
Diabetes dipertimbangkan oleh National
Cholesterol Education Program/Adult Treatment Panel III (NCEP/ATP III) guidelines
menjadi risiko ekuivalen penyakit arteri koroner (CAD).
Penyebab
Patofisiologi
Mekanisme
multiple telah diajukan yang bertanggungjawab untuk peningkatan risiko CAD pada
pasien diabetik, termasuk disfungsi endotelial dan enhanced thrombosis development. Ateroma koroner dari pasien
diabetic terdiri dari jaringan yang lebih kaya lemak dan infiltrasi makrofag,
yang meningkatkan risiko rupture plak dan selanjunya perkembangan thrombosis juga terdapat agresi platelet
yang lebih tinggi dan aktivasi bersama
dengan perkembangan kolateral koroner yang
jelek.
Presentasi
Presentasi Klinis
Keparahan
klinis MI akut pada diabetic sering
besar daripada non-diabetik meskipun
dengan ukuran infark dan fraksi ejeksi (EF) ventrikel kiri yang mirip. Edema
pulmonal akut akibat CHF terjadi lebih
sering pada penyakit jantung diabetic,
seperti juga aritmia akibat heteogenitas regional pada innervasi simpatetik dan
instabilitas elektis miokardial. Pasien diabetic juga memilki risiko lebih
tinggi dari komplikasi non-jantung lain,
seperti gagal ginjal.
Gejala
Diabetik
cenderung memiliki blunred appreciation dari
nyeri iskemik, yang dapat menghasilkan gejala angina atipikal, silent ischemia, atau bahkan silent infarction denervasi otonom
akibat neuropati diabetic mungkin menjadi mekanisme yang mendasari.
Manajemen
Diagnosis
Guideline
saa ini dari American College of Cardiology/American Heart Association
(ACC/AHA) tudak mengarahkan diagnosis dan utilitas prognostik dari tes EKG
latihan yang spesifik pada pasien diabetik dengan:
· Gejala jantung tipikal atau atipikal
· EKG istirahat menyarankan iskemia atau infark
· Penyakit arterial oklusif karotid atau periferal
· Sedentary lifestyle dan usia ≥35 tahun dengan rencana memulai program latihan berat
· Dua atau lebih faktor risiko tambahan pada diabetes:
Ø Kolesterol
total ≥240 mg/dL
Ø Kolesterol
LDL ≥160 mg/dL
Ø Kolesterol
HDL ≤35 mg/dL
Ø Tekanan
darah ≥140/90 mmHg
Ø Merokok
Ø Riwayat
keluarga CAD prematur
Ø
Mikroalbuminuria
Tes Diagnostik
Untuk
deskripsi modalitas tes stress diagnostik, lihat Bab 3. Seperti yang berlaku
pada pasien diabetik, beberapa poin berharga untuk disebutkan:
- Sensitivitas dan spesifisitas diagnostik dari tes EKG latihan mirip untuk pasien diabetik dan non-diabetik.
- Imaging perfusi miokardial memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang lebih tinggi pada populasi ini dibandingkan dengan EKG latihan saja.
- Pasien diabetik dengan EKG stress normal mungkin memiliki risiko yang lebih besar untuk kejadian kardiovaskular selanjutnya daripada pasien non-diabetik, khususnya diatas 2 tahun.
- Kalsifikasi koroner yang lebih ekstensif pada diabetik dapat menghalangi interpretasi keparahan stenosis koroner pada CT angiografi.
Terapi Sindrom Koroner Akut
- Infark miokard elevasi segmen-ST (STEMI): seperti pada non-diabetik, pasien diabetik dengan STEMI harus menerima reperfusi koroner segera baik dengan PCI atau terapi trombolitik jika tidak terdapat kontraindikasi.
- Angina tidak stabil (UA)/non-STEMI (NSTEMI): seperti pada non-diabetik, pasien diabetik dengan UA/NSTEMI harus dipertimbangkan sebagai kandidat untuk terapi invasif awal diikuti dengan revaskularisasi jika tepat.
- Terapi medis: Terapi medis pada keadaan sindrom koroner akut (ACS) mirip dengan yang non-diabetik (lihat Bab 8). Seperti non-diabetik, pasien diabetik harus diberikan agen antiplatelet [aspirin(ASA), clopidogrel, dan glikoprotein (GP) IIb/IIIa inhibitor], antikoagulasi, juga ACE inhibitor dan ARB. Poin yang harus diperhatikan pada pasien diabetik yaitu:
Ø Beta
blocker dulunya kurang disukai, tapi keseluruhan benefit telah ditemukan paling
tidak sama atau bahkan lebih daripada yang terlihat pada pasien non-diabetik.
Ø Antagonis
aldosteron memiliki indikasi kelas I untuk pasien diabetik setelah MI akut,
pada keadaan:
§ Fraksi
ejeksi ventrikel kiri (LVEF) ≤40%
§ Menerima
ACE inhibitor
§ Kreatinin
serum ≤2.5 mg/dL (pria) atau ≤2.0 mg/dL (wanita)
§ Potassium
serum ≤5.0 meq/L
Ø Target
tekanan darah harus <130/80 untuk pasien diabetik.
Ø Kontrol
glikemik sangat penting. Baik diabetik dan non-diabetik yang memiliki MI akut
akan sangat diuntungkan dari kontrol glukosa darah yang ketat. Guideline 2004
untuk kontrol sistemik pada STEMI (yang juga berlaku untuk NSTEMI) yaitu:
§ Rekomendasi
kelas I: infus insulin untuk menormalisasi glukosa darah pada pasien dengan complicated course tanpa melihat apakah
pasien memiliki diagnosis diabetes.
§ Rekomendasi
kelas IIa: infus insulin pada seluruh pasien MI dengan hiperglikemia.
§ Kontrol
glikemik ketat harus diperlihata setelah dipulangkan dengan target HbA1c <7%
(lihat “Pengurangan Faktor Risiko
Jantung pada Diabetes” dibawah).
Ø
Untuk
detailnya mengenai revaskularisasi, lihat Bab 8 dan 9.
Komplikasi
Pasien
diabetik sangat cenderung mengalami komplikasi yang berhubungan dengan MI,
termasuk angina postinfark dan gagal jantung.
Topik Spesial
Terapi Revaskularisasi untuk Angina
Stabil pada Pasien Diabetes. Tidak seperti pasien
diabetik dengan ACS, strategi revaskularisasi untuk pasien diabetik dengan
angina stabil masih kontroversial. Pada pasien diabetik dengan CHD stabil,
terdapat peredaan hasil diantara mereka yang menerima revaskularisasi koroner
dan mereka yang awalnya menerima manajemen medis intensif? The Bypass Angioplasty
Revascularization Invenstigation 2 Diabetes (BARI 2D) merupakan trial klinis
yang sedang berlangsung untuk mengarahkan isu ini. Berdasarkan BARI dan ARTS I
trial dan meta-analisis selanjutnya, coronary
artery bypass grafting (CABG) telah sejak dulu lebih diutamakan ke PCI pada
pasien diabetes dengan penyakit multivessel. Meski begitu, rekomendasi ini
dibuat sebelum ketersediaan drug-eluting
stents.
GAGAL JANTUNG PADA DIABETES
Pengenalan
Diabetes
mempengaruhi struktur jantung dan fungsi independen tekanan darah atau CHD.
Lebih dari 30 tahun lalu, Rubbler et al. memperkenalkan istilah “kardiomiopati
diabetik”, berdasarkan temuan postmortem. Insiden yang lebih tinggi gagal
jantung pada pasien diabetes telah dianggap berasal dari kelainan subklinis
yang telah ada dari fungsi ventikular kiri.
Pada
keadaan terdapat diabetes, risiko gagal jantung 2.4 kali lebih tingi pada
laki-laki dan 5 kali lebih tinggi pada perempuan. Diabetes memprediksi gagal
jantung independen dengan hipertensi atau CHD yang koeksis. Setiap peningkatan
HbA1c berhubungan dengan peningkatan risiko 8% dari gagal jantung. Insidensi
gagal jantung setelah revaskularisasi dengan PCI atau CABG juga lebih besar
pada diabetik.
Penyebab
Patofisiologi
Secara
kasar, jantung diabetik (Gambar 29-1) memiliki peningkatan massa ventrikular
kiri, ketebalan dinding, dan kekakuan arteri. Perubahan patologi mikroskopik
termasuk fibrosis miokardial, infiltrasi interstitium dengan material periodic acid-Schiff-positive, dan
perubahan pada myocardial capillary
basement membrane. Pada studi autopsi, skor katekolamin miokardial telah
kosong pada pasien diabetik yang dapat mengganggu fungsi jantung sistolik dan
diastolik. Sehingga, neuropati otonom dapat sebagian berkonstribusi pada
perkembangan disfungsi ventrikel kiri pada keadaan diabetes. Defisiensi insulin
atau resistence impairs glucose
availability dari miosit jantung, menghasilkan perubahan dari metabolisme
glukosa menjadi asam lemak. Patologi mikrosirkulasi koroner berpadan pada
perkembangan kardiomiopati diabetik. Nitrit oksida terganggu dan fungsi vascular endothelial growth factor (VEGF)
berkonstribusi pada defek ini.
Gambar 29-1.
Hubungan secara hipotesis perubahan metabolik fungsi jantung pada diabetes.
Presentasi
Presentasi Klinis
Presentasi
klinis pasien kardiomiopati diabetik mirip dengan kardiomiopati jenis lainnya.
Manifestasi klinis baik dari disfungsi sistolik atau diastolik telah ditemukan
pada 27% sampai 70% pasien diabetik asimptomatik, berdasarkan beberapa studi.
Studi multipel mengindikasikan bahwa level mikroalbuminuria urin proporsional
sampai pada derajat disfungsi diastolik jantung pada pasien diabetik. Pada
pandangan ini, adanya mikroalbuminuria
urin mengharuskan pemeriksaan ekokardiografi dengan evaluasi pulsed-wave Doppler, bahkan pada pasien
diabetik asimptomatik.
Manajemen
Terapi
Kontrol glikemik sangat
penting pada pasien diabetes untuk mencegah perkembangan dari disfungsi
diastolik dini menjadi gagal jantung yang jelas. Terapi ACE inhibitor harus diberikan tanpa melihat derajat
disfungsi ventrikular kiri untuk menurunkan hipertrifu ventrikel kiri dan
fibrosis miokardial, mencegah remodeling miokardial, memperbaiki fungsi
endotel, dan menurunkan resistensi insulin. Jika ACE inhibitor tidak dapat
ditoleransi, ARB dapat digunakan sebagai terapi alternatif. Beta blocker harus diutilisasi, sejak
kriteria diagnostik yang barumempertimbangkan adanya diabetes sebagai gagal
jantung stadium 1. Beta blocker mencegah proses remodeling dan memindahkan
metabolisme miokard dari asam lemak menjadi glukosa, yang dapat mereduksi
lipotoksisitas pada miosit jantung. Thiazolidinediones
menurunkan konten asam lemak miokard dan metabolik toksiknya dan juga
memperbaiki fungsi ventrikular. Meski begitu, thiazolidinediones dapat
menyebabkan retensi cairan dan kontraindikasi pada NHYA kelas fungsional III
atau IV gagal jantung. Perhatian saat ini mengenai roziglitazone menyarankan
harus hati-hati ketika digunakan pada pasien dengan CAD atau CHF signifikan. Antagonis aldosteron memiliki efek
antifibrotik pada perkembangan kardiomiopati. Meskipun begitu, tidak ada data
yang tersedia spesifik mengenai penggunaanya pada terapi kardiomiopati
diabetes. Diabetes dianggap sebagai konraindikasi relatif untuk transplantasi jantung. Pasien dengan
komorbiditas diabetik multipel mungkin memiliki hasil yang lebih baik ketika
diterapi dengan terapi lainnya, seperti alat bantu mekanis. Meskipun begitu,
diabetes jangan menjadi sebuah prioritas
dikeluarkan dari pertimbangan untuk transplantasi, khususnya jika mereka bebas
dari komplikasi diabetik signifikan.
PENGURANGAN FAKTOR RISIKO JANTUNG
PADA DIABETES
Pengenalan
Sejumlah
faktor risiko yang dapat dimodifikasi untuk CHD dan gagal jantung pada pasien
diabetik telah diidentifikasi. Ini termasuk obesitas, hipertensi, dislipidemia,
dan merokok. Terdapat bukti berarti yang mengindikasikan pengurangan
substansial pada mortalitas kardiovaskular dapat dicapai dengan pengurangan
risiko jantung multifaktorial.
Manajemen
Aspirin
Terapi
aspirin harian berguna pada pasien diabetik dengan CAD. Meski begitu tidak
terdapat penelitian yang tidak acak tersedia mengenai pencegahan primer pada
populasi diabetes.
Kontrol Tekanan Darah
The
United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) menyarankan bahwa setiap
pengurangan 10 mmHg tekanan sistolik rata-rata berhubungan dengan pengurangan
12% risiko komplikasi diabetik. Target tekanan darah untuk pasien diabetik
yaitu ≤130/80 mmHg. Nilai yang lebih rendah mungkin menguntungkan pada pasien
dengan nefropati diabetik. Kombinasi terapi dengan ACE inhibitor/ARB dan beta
blocker sering dibutuhkan pada pasien dengan hipertensi dan diabetes.
Kontrol Lipid Serum
Skrining
untuk kelainan lipid harus dilakukan paling tidak setahun pada pasien diabetik
dan lebih sering jika dibutuhkan. Penggunaan statin direkomendasikan untuk
pencegahan sekunder pada semua pasien diabetik dengan penyakit kardiovaskular,
dengan target kolesterol LDL <70 mg/dL. ADA merekomendasikan kolesterol LDL
<100 mg/dL sebagai target primer untuk semua pasien diabetes meski pada
absennya CHD yang diketahui. Terapi statin harus dimulai pada pasien usia >40
tahun tanpa penyakit kardiovaskular yang jelas untuk mencapai penurunan
kolesterol LDL 30% sampai 40%, tanpa melihat baseline level kolesterol LDL.
Kolesterol non-HDL muncul khususnya sebagai prediktor kuat CHD baik pada pria
dan wanita dengan diabetes.
Kontrol Glikemik
Progresi
komplikasi kardiovaskular berhubungan tidak hanya dengan durasi diabetes tapi
juga dengan kontrol level glukosa. Kontrol glukosa yang jelek dan onset
penyakit dibawah usia 20 tahun sering berhubungan dengan disfungsi organ target
progresif, termasuk koroner, serebral, dan penyakit vaskular perifer. Kontrol
glikemik yang ketat direkomendasikan baik bagi diabetes tipe 1 dan tipe 2
karena menunjukkan keuntungan dalam hal penyakit mikrovaskular. Pentingnya
kontrol glukosa ketat untuk perlindungan melawan penyakit kardiovaskular telah
ditentukan pada diabetes tipe 1. Meskipun begitu, hubungan yang mirip masih
belum ditentukan untuk pada diabetes tipe 2. Rekomendasi ADA saat ini yaitu
untuk mencapai target HbA1c <7%. Target yang lebih ketat dapat
dipertimbangkan pada pasien individual. HbA1c harus dicek paling tidak dua kali
setahun pada pasien dengan kontrol glikemik yang stabil dan empat kali setahun
pada pasien dengan kontrol glikemik yang jelek.
Topik Spesial
CHD Sebelum Diabetes.
Diabetes mungkin dapat pertama kali didiagnosis pada keadaan MI akut. Glukosa
plasma puasa dan HbA1c harus rutin diukur selama hospitalisasi pada pasien
non-diabetik dengan MI akut. Nilai yang meningkat tapi tidak memenuhi kriteria
untuk diabetes (misalnya glukosa puasa terganggu atau toleransi glukosa
terganggu) harus diulangi setelah dipulangkan untuk identifikasi mereka yang
berada pada peningkatan risiko. Jika diagnosis telah dikonfirmasi, terapi
glikemik harus dimulai sedini mungkin.
POIN KUNCI UNTUK DIINGAT
- Diabetes dianggap ekuivalen risiko CAD.
- Pasien diabetik memiliki angka MI yang lebih tinggi, beban iskemik yang lebih besar, dan lebih banyak silent symptoms, dan hasil post-MI dan long-term survival yang lebih jelek.
- CABG telah secara tradisional diutamakan dari PCI pada pasien diabetik dengan penyakit multivessel, tapi ini dapat berubah dengan datangnya drug-eluting stents dan menunda hasil trial klinis yang saat ini sedang berjalan.
- Diabetes mempengaruhi struktur jantung dan fungsi independen dari tekanan darah atau CHD.
- Fungsi sistolik jantung abnormal sering ada pada stadium sangat awal bahkan pada pasien diabetik asimptomatik.
- Mikroalbuminuria urin proporsional sampai pada derajat disfungsi sistolik jantung pada pasien diabetik.
- Pada absennya kontraindikasi, ACE inhibitor atau ARB harus digunakan pada pasien diabetes tanpa melihat derajat disfungsi ventrikularnya.
- Target kontrol tekanan darah pada pasien diabetes yaitu ≤130/80 mmHg dan bahkan lebih rendah pada pasien dengan nefropati diabetik.
- Target saat ini untuk kontrol glikemik yaitu untuk mencapai HbA1c <7%. Lebih banyak target keras/adekuat mungkin dibutuhkan.
- Kontrol lipid serum sangat penting pada pasien diabetes untuk reduksi risiko jantung.
- Target kolesterol LDL untuk pasien dengan CAD yaitu <70 mg/dL.
REFERENSI
Abaci
A, Oguzhan A, Eryol NK, et al. Effect of diabetes mellitus on formation of
coronary collateral vessels. Circulation 1999;100(22):2219-2223.
Adler
AI, Stratton IM, Neil HA, et al. Association of systolic blood pleasure with
macrovascular and microvascular complications of type 2 diabetes (UKPDS 36):
prospective observational study. BMJ 2000;321(7258):412-419.
Albers
AR, Krichavsky MZ,Balady GJ. Stress testing in patiens with diabetes mellitus:
diagnostic and prognostic value. Circulation
2006;113(4):583-592.
Antiplatelet
Trialists Collaboration. Collaborative overview of randomized trials of
antiplatelet therapy--- I: Prevention of death, myocardical infarction, and
stroke by prolonged antiplatelet therapy in various categories of patiens. BMJ 1994;308(6921):81-106.
Bell
DSH, Use of beta blockers in patients with diabetes. Endocrinologist 200313:116-123.
Bypass
Angioplasty Revascularization Investigation 2 Diabetes (BARI 2D) Trial
Investigators. Am J Cardiol 2006;97(12A):9G-19G.
Camici
PG, Crea . Coronary microvascular dysfunction. N Engl J Med 2007;356(8):830-840.
Galderisi
M. Diastolic dysfunction and diabetic
cardiomyopathy: evaluation by Doppler echocardiography. J Am Coll Cardiol 2006;48(8):1548-1551.
Gundersen
T, Kjekshus J. Timolol treatmentafter myocardial infarction in diabetic
patients. Diabetes Care 1983;6(3):285-290.
Haffner
SM,Letho S, Letho S, Ronnemaa T, et al. Mortality from coronary heart disease
in subject with type 2 diabetes and in nondiabetic subject with and without
prior myocardial infarction. N
Engl J Med 1998;339(4):229-234.
Iribarren
C, Karter Aj, Go AS, et al. Glycemic control and heart failure among adult
patients with diabetes. Circulations 2001;102(22):2668-2673.
Kambara
N, Holycross BJ, Wung P, et al. Combined effect of low-dose oral spironolactone
and captopril therapy and in a rat model of spontaneous hypertension and heart
failure. J Cardiovasc Pharmacol 2003;41:830-837.
Kannel
W, Hjortland M, Castelli W. Role of Diabetes in congestive heart failure. The
Framingham Study. Am J Cardiol 1974;34:29.
Lu
W,Restnick HE, Jablonski KA, Jones KL, et al. Non-HDL cholesterol as a predictor of cardiovascular disease in
type 2 diabetes: the strong heart study. Diabetes
care 2003;26(1):16-23.
Mak
KH, Topol EJ. Emerging concepts in the management of acute myocardial
infarction in patients with diabetes mellitus. J Am Coll Cardiol 2003:35(3):
563-568.
Marso
S. The Handbook of Diabetes Mellitus and
Cardiovascular Disase. London: Remedica; 2003.
McQueen
MJ, Gerstein HC, Pogue J, et al. Reevaluation by high-performance liquid
chromatography: clinical significance of microalbuminuria in individuals at
high risk of cardiovascular disease in the Heart Outcomes Prevention Evaluation
(HOPE) study. Am J Kidney Dis 2006;48(6):889-896.
Nathan
DM, Cleary PA, Backlund JY, et al. Intensive diabetes treatment and
cardiovascular disease in patients with type 1 diabetes. N Engl J Med 2005;353(25):2643-2653.
Porte
D, Sherwin RS, Baron A, eds. Ellenberg
and Rifkin’s Diabetes Mellitus, 6th ed. New York: McGraw
Hill; 2003.
Roffi
M, Chew DP, Mukherjee D, et al. Platelet glycoprotein IIb/IIIa inhibitors
reduce mortality in diabetic patients with non-ST-segment-elevation acute
coronary syndromes. Circulation 2001;104(23)2767-2771.
Rubler
S, Dlugash J, Yuceoglu YZ. New type of cadiomyopathy associated with diabetic
glomerulosclerosis. Am J Cardiol 1972;30:595.
Russo
MJ, Chen JM, Hong K, et al. Survival after heart transplantation is not
diminished among recipients with uncomplicated diabetes mellitus: an analysis
of the United Network of Organ Sharing database. Circulation 2006;114:2280-2287.
Sobel
BE, Schneider DJ, Medical Management of
Diabetes and Heart Disease. New York: Marcel Dekker;2002.
Stevens
MJ, Raffel DM, Allman KC, et al. Cardiac sympathetic dysinnervation in
diabetes: implications for enhanced cardiovascular risk. Circulations 1998;98(10):961-968.
The
Bypass Angioplasty Revascularization Investigation (BARI) Invesigators.
Comparison of coronary bypass surgery with angioplasty in patients with
multivessel disease. N Engl J Med 1996;335(4):217-225.
Third
Report of the National Cholesteol Education Program (NCEP) Expert Panel on
Treatment of High Blood Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III) final
report. Circulation 2002;106:3143.
Wackers
FJ, Young LH, Inzucchi SA, et al. Detection of silent myocardial ischemia in
asymptomatic diabetic subject: the DIAD study. Diabetes Care 2004;27:1954-1961.
Yudkin
JS. How can we best prolog life? Benefits of coronary risk factor reducation in
nondiabetic and diabetic subject. BMJ 1993;306(6888):1313-1318.
Zarich
SW, Arbuckle BE, Cohen LR, et al. Diastolic abnormalities in young asymptomatic
patients assessed by pulsed Doppler echocardiography. J Am Coll Cardiol 1998;12(1):114-120.
Zhou
Y-T, Graburn P, Karim A, et al. Lipotoxic heart disease in obese rats:
implcationts for human obesity. Proc Natl
Acad Sci USA 2000;97:1784-1789.
Zuanetti
G, Latini R, Maggioni AP, et al. Effect of the ACE inhibitor lisinopril on
mortality in diabetic patients with acute myocardial infarction: data from the
GISSI-3 study. Circulation 1997;96(12):4239-4245.
eiittss :D
ReplyDeleteSista..
ReplyDelete^_^